86
diperkenalkan dengan dunia kerja,sehingga anak mengikut jejak orang tuanya setelah remaja dan ikut bekerja membantu keluarga selain itu, dengan sendirinya pendidikan
terlupakan karena anggapan mudahnya mendapatkan uang sebagai Buruh pabrik dengan hanya bekerja bila ada bangunan, sementara bagi anak perempuan lebih baik
menikah karena tidak bekerja dan putus sekolah. Banyak orang tua yang menikahkan anak mereka sebelum umur 20 tahun
karena takut anak gadisnya mendapat status perawan tua jika tidak buru-buru dinikahkan, karena bila menikah setelah umur 20 tahun dianggap perawan tua. Belum
lagi, pandangan mereka bahwa setelah menikahkan anak perempuan, orang tua sudah tidak berkewajiban lagi mencukupi kebutuhan anak. Alasan lain ada rasa ketakutan
dari para orang tua jika anaknya menjadi korban pergaulan bebas seperti hamil di luar nikah jika tidak segera dikawinkan Berbagai faktor itu menjadi landasan penyebab
maraknya kasus perkawinan usia muda kasus pernikahan di bawah umur. Seperti sudah menjadi tradisi dan dampak negatifnya yang tidak disadari masyarakat
Luthfiyati.
5.1 Karakteristik Informan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa informan yang terpilih sudah sesuai dengan azas kesesuaian, yang mana sampel yang dipilih dalam
penelitian ini yaitu informan yang memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian, apabila dalam penelitian ini peneliti belum mempunyai gambaran tentang
siapa yang harus dipilih sebagai sampel, maka peneliti mencari informan kunci yang mana dari informan kunci tersebut peneliti dapat mengetahui informan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
87
Dari hasil penelitian yang dilakukan dilihat karakteristik informan berdasarkan umur yaitu 4 informan yang merupakan pelaku pernikahan dini dimana 3
informan berusia 15 tahun, 1 informan berusia 17 tahun, 1 informan berusia 18 tahun dan 3 informan yang merupakan tokoh masyarakat, 1 informan perempuan berusia 50
tahun, 2 informan laki-laki berusia 55 tahun dan 1 informan berusia 65. Hal ini menunjukkan bahwasanya penduduk di Desa Pematang Johar di bawah umur 20
tahun sudah dapat memilih pasangan untuk menikah. Dalam masyarakat Jawa, apabila dalam keluarga terdapat seorang anak gadis atau pemula yang sudah akil
baligh maka orang tua harus mempercepat anaknya untuk berumah tangga atau menikah, apalagi bila anak tersebut telah mendekati umur 20 tahun karena umur
gadis-gadis Jawa zaman dahulu menikah sebelum umur 20 tahun Syaifuddin, 2002. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dari hasil penelitian diketahui bahwa
informan wanita lebih terbuka daripada informan laki-laki dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti.
Dilihat dari pendidikan terakhir yang pernah dijalani informan diketahui bahwa 2 informan tidak menamatkan pendidikan SD, 3 informan menamatkan
pendidikannya sampai SD, 2 informan menamatkan pendidikannya sampai SMA, dan 1 informan menamatkan pendidikannya sampai SMP. Tingkat pendidikan keluarga
juga memengaruhi terjadinya pernikahan dini. Makin rendah tingkat pendidikan, makin sering ditemukan pernikahan dini. Peranan tingkat pendidikan disini
berhubungan erat dengan pemahaman tentang kehidupan berkeluarga Azwar, 2001. Pada dasarnya Undang-Undang sistem pendidikan nasional telah
mencanangkan wajib belajar 9 tahun dan dioperasionalkan dengan kewajiban
Universitas Sumatera Utara
88
bersekolah bagi anak bangsa minimal selesai SLTP, kewajiban belajar ini didasari oleh rendahnya sumber daya manusia Indonesia apalagi dengan meningkatnya
pernikahan dini yang menyebabkan anak putus sekolah Azwar, 2001. Karakteristik informan berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa 3 informan
merupakan Ibu Rumah tangga, 1 informan merupakan buruh, 1 informan merupakan wiraswasta, dan 1 informan merupakan PNS guru agama sekalian, Pekerjaan juga
memengaruhi informan dalam menjawab, dimana informan yang tidak bekerja cenderung kurang mampu menjawab dibandingkan dengan informan yang memiliki
pekerjaan sampingan yang lebih ideal lebih mampu dalam mampu menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti.
Karakteristik informan berdasarkan pendapatan keluarg orang tua diketahui bahwa 1 informan berpenghasilan Rp. 700.000 perbulan, 1 informan berpenghasilan
Rp. 750.000 perbulan, 1 informan berpenghasilan 800.000 perbulan dan 1 informan berpenghasilan Rp.1.500.000 perbulan. 1 informan berpenghasilan 2.000.000
perbulan, 1 informan berpenghasilan 3.000.000, Tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan juga mempengaruhi terjadinya pernikahan dini. Masyarakat yang
tingkat ekonominya rendah, sering memilih pernikahan sebagai jalan keluar untuk mengatasi kesulitan ekonomi tersebut Azwar, 1987.
5.2 Pernikahan dini