Hal ini sesuai menurut WHO 2007 bahwa penyebab kematian ibu di Indonesia adalah penyebab obstetric langsung yaitu perdarahan 28, preeklamsia
ekslamsia 24 dan infeksi 11 serta penyebab lain-lainnya adalah 11. Jika dilihat dari data diatas ditemukan data antara kunjungan K1 dan K4 yang
tidak saling mendukung, ditambah lagi dengan jumlah kematian selama tahun 2013 mengalami peningkatan walaupun hanya 3 kasus kematian yang ditemukan. Menurut
Murti 2013 bahwa mengukur kematian ibu dengan akurat sulit, kecuali jika tersedia registrasi kematian yang komprehensif meliputi penyebab kematian, sedangkan
sampai saat ini Indonesia belum melakukannya secara maksimal tetapi lebih mengandalkan sesnsus, survei ataupun modeling. Selain dari kondisi tersebut bisa
juga disebabkan oleh pengukuran yang bersifat under reporting ataupun over reporting yaitu laporan data-data yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang
terjadi.
5.2.3. Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2011-2013
Tabel 5.3. Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Batang Kuis Tahun 2011-2013 Persalinan
2011 2012
2013
Ibu Bersalin yang ditolong tenaga kesehatan
96,31 95,84
96,9
Berdasarkan data diatas Jumlah ditolong persalinan yang oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Batang Kuis mengalami peningkatan ditahun 2013 yaitu
96,9 walaupun hanya mengalami sedikit peningkatan. Menurut Lancet 2006
Universitas Sumatera Utara
bahwa kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60 dari seluruh penyebab kematian ibu. Komplikasi dan kematian ibu sebagian besar terjadi pada
masa persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan.
5.2.4. Ibu Nifas yang Mendapatkan Pelayanan Nifas Tabel 5.4. Ibu Nifas yang mendapatkan Pelayanan Nifas di Puskesmas Batang
Kuis Kecamatan Batang Kuis Tahun 2011-2013 Pelayanan Nifas
2011 2012
2013
Ibu Nifas mendapat yankes
92,62 94,27
90.2
Berdasarkan data diatas dapat dilihat perbedaan ibu nifas yang mendapatkan
pelayanan kesehatan pasca persalinan di Puskesmas Batang Kuis terjadi peningkatan dimana ditahun 2011 92,62 dan di tahun 2012 94,27 sedangkan di Puskesmas
Pagar Jati dan Puskesmas Bandar Dolok mengalami penurunan. Kondisi ibu setelah persalinan sangat memerlukan perhatian yang serius,
karena dimasa nifas berpeluang untuk terjadinya kematian ibu akibat infeksi karena luka yang ada setelah melahirkan karena menurut WHO 2007 bahwa salah satu
penyebab kematian ibu adalah 11 disebabkan oleh infeksi sehingga perlu mendapatkan pelayanan nifas.
Universitas Sumatera Utara
5.2.5. Jumlah Tenaga Medis di Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Tahun 2012
Tabel 5.5 Jumlah Tenaga Medis di Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Tahun 2012
Puskesmas dr. Spesialis
Dokter Umum Dokter Gigi
Batang Kuis -
4 2
5.2.6 Jumlah Tenaga Bidan dan Perawat di Puskesmas Batang Kuis
Kecamatan Batang Kuis Tahun 2012 Tabel 5.6, Jumlah Tenaga Bidan dan Perawat di Puskesmas Batang Kuis di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Puskesmas Bidan
Perawat DI Bidan
DIII Bidan
Sarjana D3
Perawat D3 Perawat
Gigi
Batang Kuis 6
45 6
9 1
Berdasarkan tabel 18 dan 19 dapat dilihat bahwa penyebaran bidan-bidan
sudah disesuaikan dengan jumlah daerah binaan. Tetapi dilapangan banyak kendala yang ditemukan petugas kesehatan sedang tidak ada ditempat atau memiliki urusan
lannya. Kendala yang dihadapi adalah petugas kesehatan tidak semua tinggal didesa yang menjadi binaan mereka. Ditambah lagi dengan jumlah pendapatan yang masih
kurang terhusus bidan PTT. Hal-hal yang seperti inilah mengakibatkan petugas kesehatan menjadi petugas yang tidak bertanggung jawab terhadap tugas dan tanggun
jawabnya. Menurut Indihano 2009 bahwa kegagalan dalam melaksanakan suatu
program bisa terjadi karena pegawai tidak mencukupi, tidak kompeten dibidangnya. Tidak selamanya penambahan secara kuantitas akan bisa menjawab masalah yang ada
Universitas Sumatera Utara
tetapi diperlukan pegawai yang memiliki keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugasnya.
Selain dari keahlian dan kemampuan SDM, gaji juga sangat mempengaruhi kemampuan seseorang bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
bahwa salah satu kendala yang mereka hadapi adalah tidak semua bidan desa yang ditempatkan di desa binaan tinggal menetap di desa tersebut, yang menjadi
permasalahan adalah ketidakcukupan gaji yang mereka peroleh sehingga membuat mereka sering mencari pekerjaan yang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Selain dari itu tidak ada sanksi yang tegas yang diberikan pemerintah kepada bidan desa yang melakukan pelanggaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hariandja 2007 bahwa gaji merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai, sebab gaji adalah
alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan pegawai, sehingga dengan gaji yang diberikan pegawai akan termotivasi untuk bekerja lebih giat.
5.3. Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Sistem Rujukan antar Puskesmas dan Rumah Sakit