Rumus prevalensi adalah:
Keterangan : ∑ = jumlah; konstanta = 100
Dari rumus tersebut, maka prevalensi gangguan perkembangan pervasif di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2010-2012 sebesar 34511=6,6, sedangkan prevalensi
autisme sendiri sebesar 23511 = 4,5. Pada tahun 2005, suatu penelitian di Inggris menemukan prevalensi gangguan
perkembangan pervasif sebesar 58,7 per 10.000 anak. Kemudian pada tahun 2006 suatu penelitian di Canada menemukan prevalensi gangguan perkembangan pervasif sebesar
64,9 per 10.000 anak,dengan autisme sebesar 21,6 per 10.000 anak, PDD-NOS 32,8 per 10.000 anak, dan Sindrom Asperger sebesar 10.1 per 10.000 anak. Penelitian di Canada
yang lain juga menemukan prevalensi autisme sebesar 6,5 per 1000 anak dan PDD-NOS sebesar 3,3 per 1000 anak.
8
Sedangkan menurut literatur, prevalensi autisme pada populasi adalah 20 per 10.000 anak atau 0.02.
4,5
Adapun penelitian mengenai prevalensi autisme di Indonesia baru tercatat di divisi Neurologi RSCM terdapat 281 kasus dari tahun 2001 sampai 2007, sedangkan penelitian
yang dilakukan Yuniar di Surabaya pad tahun 1998 terdapat 87 kasus, dan tahun 1999 terdapat 88 kasus, dan tahun 2000 terdapat 144 kasus. Hal ini menunjukkan terdapat
kecenderungan kenaikan jumlah kasus autisme tiap tahunnya.
9,25
Pada penelitian ini didapatkan prevalensi autisme yang lebih besar dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya dikarenakan penelitian dilakukan di RS rujukan pasien
anak dengan gangguan kesehatan jiwa dan merupakan tempat rujukan autisme dan gangguan perkembangan pervasif yang lain. Sedangkan penelitian prevalensi
sebelumnya dilakukan di populasi. ����� ���������� ���� =
∑pasien lama ±∑pasien baru ∑pasien keseluruhan
X konstanta
4.3.Pola Distribusi Pasien Anak dengan Autisme 4.3.1.
Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4. 1Distribusi Pasien Anak dengan Autisme Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSJ Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010-2012
Jenis kelamin Jumlah orang
Persentase Laki-laki
20 86,9
Perempuan 3
13,1 Total
23 100
Dari hasil yang didapat Tabel 4.1, pasien autisme pada anak laki-laki sebanyak 20 pasien 87,5,Sedangkan pada anak perempuan sebanyak 3 pasien 12,5sehingga
rasio jenis kelamin pasien anak dengan autisme adalah 7:1 untuk anak laki-laki : anak perempuan.
Berdasarkan literatur, pada pasienautisme, rasio jenis kelamin anak laki-laki dibanding anak perempuan adalah 3 sampai 4 banding 1 3 sampai 4 : 1
3,5.
Pada penelitian yang dilakukan Lingam, didapatkan rasio laki-laki dan perempuan yang paling
besar yaitu 4,8 :1, sedangkan rasio yang paling kecil didapatkan pada penelitian Morgan yaitu 1,25 :1.
22
Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris tahun 2011, rasio jenis kelamin pada pasien anak dengan autisme adalah 7 : 1, akan tetapi dalam penelitian
tersebut disebutkan bahwa mereka juga memasukkan diagnosis gangguan perkembangan pervasif yang lain seperti Sindrom Asperger.
10
Suatu penelitian biologi molekuler di Amerika Serikat menemukan alasan mengenai lebih banyaknya penderita autisme pada anak laki-laki daripada anak perempuan adalah
terdapatnya suatu gen retinoic acid-related orphan receptor alfa RORApada sel neuron. Mereka menemukan bahwa gen RORA tersebut mengatur suatu enzim
aromatase yaitu suatu enzim yang merubah testoteron menjadi esterogen. Mereka juga menemukan lebih lanjut bahwa enzim aromatase ini secara signifikan mengurangi
jumlah korteks serebri bagian frontal.
29
Pada penelitian ini didapatkan pasien anak laki-laki autisme sebanyak 20 87,5 dan pasien anak perempuan sebanyak 3 12,5 atau dengan rasio jenis kelamin anak
laki-laki : anak perempuan 7:1. Hal ini sesuai dengan penelitian mengenai demografi pasien autisme berdasarkan jenis kelamin yang dilakukan di Inggris pada tahun 2011
yang mendapatkan rasio jenis kelamin sebesar 7:1 juga yang bisa disebabkan karena adanya gen RORA yang disebut-sebut terdapat pada anak laki-laki sehingga autisme
lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
29
4.3.2. Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel 4. 2 Distribusi Pasien Anak dengan Autisme Berdasarkan Kelompok Umur di RSJ Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010-2012
Kelompok umur Jumlah orang
Persentase 0-4 tahun
3 9,1
5-9 tahun 9
39,1 10-14 tahun
9 39,1
15-20 tahun 2
8,6 Total
23 100
Pada tabel 4.2. didapatkan pasien autisme terbanyak di kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 9 pasien 39,1 dan kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 9 pasien 39,1.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh William kelompok umur terbanyak untuk autisme adalah 2-5 tahun
27
Pada penelitian kali ini kelompok umur terbanyak adalah usia 5-9 tahun dan 10-14 tahun, hal ini disebabkan karena definisi operasional
yangdigunakan di penelitian ini mengenai umur adalah umur pasien saat pertama kali dibawa ke RS dan tempat penelitian merupakan RS rujukan sehingga besar kemunginan
pasien anak autisme sudah pernah didiagnosis sebelumnya dan di rujuk ke RSJ Dr. Soeharto Heerdjan ini.
4.3.3. Berdasarkan RiwayatKejang
Tabel 4. 3Distribusi Pasien Anak dengan Autisme Berdasarkan Riwayat Kejang Di RSJ Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010-2012
Riwayat kejang Jumlah orang
Persentase Kejang
6 26
Tidak kejang 17
74 Total
23 100
Pada tabel 4.3 Riwayat kejang terdapat pada 6pasien 26 dan yang tidak memiliki riwayat kejang sebesar 17 pasien 74.
Menurut suatu penelitian yang dilakukan Roassia pada tahun 1999 pada 60 pasien dengan autisme 23 diantaranya memiliki riwayat kejang 38,3.
23
Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Muhartomo menunjukkan tidak ada hubungan antara
riwayat kejang dengan kejadian autisme p = 0,176.
14
Kejang demam menyebabkan peningkatan metabolisme tubuh, sehingga apabila kejang demam ini berlangsung dalam watu yang lama atau sering dapat menyebabkan
kekurangan glukosa, oksigen dan penurunan perfusi darah ke otak, sehingga dapat menyebabkan kerusakan neuron.
Pada penelitian ini didapatkan riwayat kejang pada pasien anak dengan autisme lebih sedikit dibandingkan penelitian yang dilakukan Roassia.
23
Hal ini dapat disebabkan sampel pada penelitian ini terlalu sedikit sehingga sulit memberikan gambaran riwayat
kejang pada pasien anak dengan autisme.
4.3.4. Berdasarkan Berat Bayi Lahir
Tabel 4. 4Distribusi Pasien Anak dengan Autisme Berdasarkan Berat Lahir di RSJ Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010-2012
Beratlahir kg Autisme
Persentase 2.50
4 17,3
2.51 – 3.00 6
26 3.01 – 3.50
7 30,4
3.51 6
26 Total
23 100
Pada tabel 4.4. Pada pasien anak dengan autisme didapatkan lahir dengan berat lahir yang normal 19 dari 23 pasien autisme 82,6, hanya 4 anak 17,3 saja yang
mempunyai riwayat BBLR. Suatu penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui hubungan BBLR dengan autisme, dari 40 anak pasien autisme, 9 22,2 diantaranya
mempunyai riwayat BBLR, tetapi pada penelitan tersebut tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara BBLR dengan kejadian autisme p = 0.1.
14
BBLR dapat diakibatkan karena kurangnya nutrisi saat dalam kandungan.Dan gangguan nutrisi akan menyebabkan peredaran darah ibu ke janin menjadi turun
sehingga kebutuhan glukosa maupun oksigen di otak tidak terpenuhi dengan baik. Keadaan ini dapat menyebabkan janin dapat mengalami iskemia otak dan menyebabkan
kerusakan sel-sel saraf di otak. Bayi dengan BBLR dapat mengalami gangguan metabolisme yaitu hipoglikemia dan hipoksia, keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya
metabolism anaerob sehingga sel-sel saraf di otak mengalami kerusakan pada periode perinatal.
14
Penelitian ini mendapatkan riwayat BBLR pada 4 pasien anak dengan autisme 17,3, persentase ini sebenarnya hampir sama dengan penelitian sebelumnya 22,2
karena tempat penelitian sebelumnya dilakukan di satu tempat dan dengan jumlah sampel yang sedikit walaupun tidak terdapat hubungan yang bermakna anatara BBLR
dengan autisme.
15
4.4.Terapi Farmakologi Pasien Anak Dengan Autisme Tabel 4. 5. Terapi Farmakologi Pasien Anak dengan Autisme di RSJ dr. Soeharto
Heerdjan
No Terapi
Diberikan Persentase
Tidak diberikan
Persentase 1
Asam folat 19
82,6 4
17,4 2
Vitamin B6 16
69,9 7
30,4 3
Risperidone 16
69,9 7
30,4 4
Aripriprazole 8
34,8 15
65,2 5
Olanzapine 1
4,3 22
95,7 6
Clozapine 4
17,4 19
82,6 7
Quetiapin 1
4,3 22
95,7 8
Trihexylphenidil 7
30,4 16
69,6 9
Methylphenidat 5
21,7 18
78,3 10
Piracetam 1
4,3 22
95,7
Berdasarkan hasil yang diperoleh, pemberian terapi farmakologi yang paling banyak diberikan adalah asam folat yaitu 19 pasien82,6, risperidone dan vitamin B6
sebanyak 16 pasien69,9, aripriprazole8 pasien 34,8, trihexylphenidil 7 pasien 30,4, methylphenidat5 pasien21,7, clozapine 4 pasien, dan yang paling sedikit
diberikan adalah olanzapine,quetiapin, dan piracetam diberikan kepada 1 pasien.