Hipotesis Neurokimia Mengatahui terapi yang diberikan pada anak dengan autisme.

2.6.Deteksi Dini Gejala-gejala dini autisme sangat berkaitan dengan usia anak. Gejala-gejala dini tersebut pada dasarnya sudah dapat diketahui sejak dini bahkan sejak lahir. Sebagian besar orangtua dapat menyadari adanya suatu masalah dalam perkembangan anaknya pada saat anak berusia 18 bulan. 6,11 Suatu pengisian ceklis yang dikembangkan oleh Harris dapat digunakan untuk membantu orangtua dalam mendeteksi gejala dini autisme pada bayi, yaitu: 11 a. Bayi lahir – usia 6 bulan a Anak terlalu tenang atau baik b Sering menangis dan sulit untuk ditenangkan c Jarang menyodorkan kedua lengan untuk meminta diangkat d Jarang mengoceh e Jarang menunjukkan senyuman sosial f Jarang menunjukkan kontak mata g Perkembangan gerakan kasar tampak normal b. Usia 6 bulan – 2 tahun a Tidak mau dipeluk b Tidak peduli terhadap orangtua c Tidak bisa mengikuti permainan sederhana seperti “ciluk-ba” d Tidak berusaha menggunakan kata-kata e Tidak ada ketertarikan terhadap boneka atau binatang mainan untuk bayi f Bisa berupa sangat tertarik pada kedua tangannya sendiri c. Usia 2 – 3 tahun a Tidak tertarik atau tidak menunjukkan perhatian khusus b Menunjukkan kontak mata yang terbatas c Mungkin mencium atau menjila-jilat benda d Menolak dipeluk atau menjadi tegang ketika dipeluk a Relatif tidak perduli terhadap orangtuanya d. Usia 4-5 tahun a Jika anak sudah dapat berbicara, tidak jarang ekolalia atau mengulang-ngulang apa yang dikatakan orang lain b Menunjukkan nada suara aneh, biasanya bernada tinggi dan monoton c Kontak mata masih sangat terbatas walaupun sudah terdapat perbaikan d Tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berngsur- angsur berkurang e Melukai diri sendiri 2.7.Diagnosis Banding Autisme harus dibedakan dari penyakit berikut yaitu: 9,16 a. Sindrom Asperger Merupakan sindrom yang dinyatakan oleh Asperger sebagai gangguan kepribadian yang muncul setelah usia 3 tahun. Ciri utamanya adalah kurangnya interaksi sosial sehingga muncul tingkah laku aneh, sulit menjalin hubungan dengan orang lain, kecerdasan normal tetapi koordinasi dan persepsi visuospasialnya lemah, dan terdapat preokupasi obsesif atau pola minat yang terbatas. 4,16 b. Sindrom Rett Anak dengan sindrom ini mempunyai gambaran klinisautisme pada tahap regresi perkembangan cepat biasanya pada usia 1-2 tahun. Tanda-tanda ini meliputi tidak adanya ketertarikan pada benda atau orang, respon- respon stereotipik terhadap stimulus lingkungan, tidak adanya atau kurangnya kontak interpersonal, manifestasi cemas atau ketakutan saat menghadapi situasi baru, dan yang paling khas adalah gerakan tangan stereotipik misalnya gerakan mencuci tangan didepan mulut atau dada, gerakan menggosok, gemeretak gigi, memegang lidah, dan gerakan- gerakan lain. Sindrom ini hanya didiagnosis pada anak perempuan. 9,16 c. Gangguan disintegratif pada anak Gangguan disintegratif pada anak merupakan gangguan dengan penunurunan intelektual progresif dan munculnya tanda-tanda neurologis. Pada keadaan ini perkembangan anak biasanya normal atau mendekati normal hingga usia 3-4 tahun, kemudian terjadi regresi dan disintegrasi tingkah laku. Anak dengan gangguan disintegrasi biasanya menunjukkan gejala-gejala seperti hilangnya kemampuan sosial dan ketertarikan pada objek, penurunan kemampuan berbahasa dan berbicara, dan perilaku stereotipik. 4,16 d. Retardasi mental umum Pasien retardasi mental umum menunjukkan kelainan tingkah laku yang menyerupai autisme. Walaupun manifestasi klinis pada autisme dan retardasi mental sangat berbeda, pada anak dengan retardasi mental seperti pada sindrom Downmempunyai daya ingat atau dapat mengenali wajah orang yang didekatnya dengan baik. 4,6,16 2.8.Penatalaksanaan 2.8.1. Terapi Farmakologi Sejauh ini memang belum ada obat yang diakui secara legal oleh FDA sebagai terapi untukautisme. 16 Beberapa terapinya diberikan untuk mengontrol gejala-gejala seperti agresifitas, hiperaktif, dan perilaku-perilaku ritual. Obat-obat yang diberikan antara lain: 4,16 Tabel 2. 3 Obat Psikiatrik yang Lazim pada Anak dan Remaja Obat Indikasi Dosis Efek samping dan pemantauan Antipsikotik - juga dikenal sebagai transkuilizer mayor atau neuroleptik, 1 potensi tinggi, dosis rendah misal haloperidol, pimozide, trifluoroperazine, thiotixen; 2 Potensi rendah dosis tinggi –lebih sedative misal chlorpromazine 3 antipsikosis atipikal misal risperidone, olanzapine, quetiapin, clozapine. - Psikosis, autisme, gangguan tourette, perilaku menciderai diri sendiri teragitasi pada RM Semua dapat dibagikan dalam 2- 4 dosis terbagi atau digabungkan menjadi satu dosis setelah ditingkatkan. a Haloperidol 0.5-6 mghari b Clozapine60 0mghari c Risperidone 1- 3mghari d Olanzapine 2.5-10 mghari e Quetiapin 25- 500 mghari a Sedasi, peningkatan berat badan, b Hiperprolaktine mia pada atipikal kecuali quetiapin c Monitor tekanan darah Stimulant Methylphenidate, dan pemolin Pada ADHD untuk hiperaktifit as, impulsivita s, dan tidak ada perhatian a Methyphenida t10-60mghari Insomnia, anoreksia, berat badan turun, sakit kepala, takikardia, Antidepresan Imipramin, clomipramin, notryptilin Gangguan depresi mayor, ansietas, gangguan tidur sambil berjalan a. Imipramin1,5 mgkghari b. Clomipramin 50 mghari Mulut kering, konstipasi, takikardi, aritmia Sumber :Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan perkembangan pervasif .2010. 4 1. Antipsikosis tipikal Antipsikosis potensi rendah seperti Chlorpromazine memiliki efek terapetik yang kecil bahkan tidak ada karena menyebabkan sedasi yang kuat, walaupun dengan pemberian dosis yang rendah. Sementara itu haloperidol, suatu neuroleptik potensi tinggi menunjukkan efikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada 40 anak autisme berusia 2,6-7,2 tahun. 6,17,24 2. Agonis, antagonis, dan bloker - Fenfluramine, suatu antiserotonergik, pertama kali dilaporkan menujukkan efek positif, namun data selanjutnya dari pusat penelitian lain gagal menunjukkan efek positifnya. 6 - Clomipramine, suatu bloker ambilan kembali 5-HT dengan komponen antiobsesif menunjukkan efektifitasnya dalam mengurangi kompulsif dan perilaku ritual, stereotipik, agresifitas, perilaku impulsif, dan memerbaiki hubungan sosial. 6,16 - Fluoxetine, suatu bloker ambilan kembali 5-HT lain juga dilaporkan mengurangi gejala gangguan autisme secara keseluruhan, tetapi juga menginduksi efek samping yang lain seperti kegelisahan, hiperaktifitas, agitasi, penurunan nafsu makan, dan insomnia. 6,16 - Setraline, suatu bloker ambilan kembali 5-HT lainnya, dilaporkan efektif dalam mengurangi tindakan mencederai diri sendiri dan agresifitas pada pasiendengan gangguan autisme, retardasi mental, kecemasan dan agitasi pada anak autis. 6 - Clonidine, suatu antagonis reseptor α-2 adrenergik menunjukkan efektifitasnya dalam mengurangi gejala hiperakifitas dan memperbaiki hubungan sosial. 4,6 - Risperidone, suatu antagonis 5-HT dan antagonis dopamin-D2 poten, akan mengurangi perilaku repetitive, agresifitas, kecemasan, depresi, iritabilitas, mencederai diri sendiri, dan gejala perilaku lain secara keseluruhan. 4,6,24 - Olanzapine, merupakan antagonis monoaminergik selektif terhadap reseptor serotonin 5-HT2A dan 2C, dopamin-D1- D4, muskarinik M1- M5, histamine H1, dan adrenergik. 24 - Quetiapin, suatu antagonis resseptor beberapa neurotransmitter di otak, reseptor serotonin 5-HTIA, 5-HT2, dopamin D1 dan D2, histamine H1 dan α-1 adrenergik, serta α-2 adrenergik. 24 - Naltrexone, suatu antagonis opiate dillaporkan memilki efek positif terhadap hiperaktifitas, hubungan sosial, dan mencederai diri sendiri. 4,24 3. Stimulan Penggunaan stimulan pada autismebelum diterima secara luas.Tetapi obat golongan ini sudah banyak diberikan sebagai terapi autisme.Diantaranya adalah methylphenidat. Handen melaporkan 8 dari 13 anak dengan autisme menunjukkan respon positif terhadap methylphenidat. 6 4. Antikonvulsan Antikonvulsan digunakan untuk mengobati gejala autisme. Hollander melaporkan sebanyak 10 dari 14 pasien anak dengan autisme mendapat natrium divalproex dan rata-rata mereka berespon baik terhadap pengobatan. Hal ini menunjukkan responden memiliki gambaran ketidakstabilan perasaan, impulsivitas, dan agresivitas, begitu pula riwayat kejang atau abnormalitas elektroensefalografi. 6 Antikonvulsan yang lain adalah Piracetam, yaitu suatu golongan obat yang merupakan turunan levetirasetam, ia bekerja dengan cara memodifikasi pelepasan glutamatedan GABA di ujung vesikelnya. 17 5. Medikasi lain 16 Piridoksin vitamin B6, digunakan sebagai terapi farmakologi autisme, perannya bukan sebagai kofaktor untuk mengatur fungsi enzim dalam tubuh tetapi untuk memodulasi fungsi enzim neurotransmiter seperti triptofan hidroksilase, dan tirosin hidroksilase. 6,16

2.8.2. Terapi Psikososial

1. Terapi Perilaku

Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh Lovaas, OI PhD dari University of California Los Angeles UCLA pada tahun 2007. 20 Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian “reinforcement” positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman punishment dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif salahtidak tepat atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif atau tidak berespons terhadap instruksi yang diberikan. 16,20 Dalam penelitian Lovaas dikatakan anak autisme dengan terapi perilaku yang intensif selama 1-2 tahun, dapat berhasil meningkatkan IQ dan fungsi adaptasinya dibanding kelompok anak yang tidak memperoleh terapi intensif. Bahkan pada akhir terapi sekitar 42 dapat masuk ke sekolah umum. 20 2. Terapi SensoriIntegrasi Sensori Integrasi berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah. 4,16 Disfungsi dari Sensori Integrasi atau disebut juga disintegrasi sensoris berarti ketidak mampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima. Gejala adanya disintegrasi sensoris bisa tampak dari : pengendalian sikap tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan persepsi,kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang. Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosis yang berbeda. 16 3. Terapi Okupasi Hampir semua anakautisme mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. 4 Gerak‐geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan ke dalam mulut, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot motorik halusnya dengan benar. 16 4. Psikoterapi Psikoterapi merupakan terapi khusus bagi anak autisme yang dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran aktif dari orang tua. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan non verbal yang memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak autisme mereka dan lebih mengenal lagi berbagai kondisi anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan anak. 4,16 2.9.Kerangka Teori Keterangan: : Variabel yang diteliti Asperger Diagnosis  DSM-IV Rett Gangguan Perkembangan Pervasif CDD farmakologi PDD-NOS demografi Terapi Autisme - Usia - Jenis kelamin antipsikosis psikososial Etiologi stimulan Terapi perilaku antikonvulsan kejang Teori biologis Terapi Okupasi Terapi wicara Vitamin+suplemen Teori genetik BBLR Teori perinatal psikoterapi Teori neurotransmitter Lain-lain