B. Saran
1. Pemerintah dan Pemerintahan Aceh harus meninjau kembali posisi Mahkamah Syar’iyah yang khusus berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, seharusnya Pengadilan
Mahkamah Syar’iyah berada dalam lingkungan Pengadilan Agama yang sudah ada kepastian hukum formil, bukan sebaliknya Pengadilan Agama yang tunduk dalam
Pengadilan Mahkamah Syar’iyah. Dapat kita lihat berlakunya Pengadilan Hubungan Industrian adalah pengadilan khusus yang dibentuk dilingkungan Pengadilan Negeri yang
berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrian, begitu juga dengan Pengadilan Niaga adalah Pengadilan Niaga yang dibentuk
dalam Lingkungan peradilan umum.kedua pengadila tersebut berfungsi dalam lingkup khusus maka tetap berada dalam lingkungan pengadilan umum, sudah sepatutnya juga
Pengadilan Mahkamah Syar’iyah yang berlaku khusus dalam lingkup Provinsi maka seharusnya tetap berada dalam lingkungan pengadilan Agama.
2. Pemeritahan Aceh bersama-sama masyarakat harus mengawasi penyelenggarakan pelaksanaan Syari’at Islam tentang khalwat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
sebegaimana yang telah diatur oleh Peraturan perundang-undangan dan Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang Khalwat, sebagai dasar hukum penegakan Syari’at Islam di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam khususnya di bidang penegakan hukum terhadap pelanggaran khawatmesum. Dan Mahkamah Syar’iyah sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Qanun harus tegas dan tidak membeda-bedakan status sosial dalam penegakan hukum tehadap pelaku pelanggaran Khalwat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berkewajiban mengembangkan dan mengatur penyelenggaraan kehidupan beragama. dengan membuat kebijakan dan
mengatur kehidupan masyarakat yang sesuai dengan ajaran Islam. serta Pemerintahan Aceh bersama DPRA untuk mendukung sepenuhnya penyelenggaraan Syari’at Islam di
Aceh dan menjadikan syari’at Islam sebagai hukum positif di Aceh, dengan melakukan penyempurnaan khususnya terhadap Qanun khawal dan pembentukan Qanun formil
Jinayah Hukum Acara Pidana dalam waktu secepatnya, khusus untuk Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum. Agar dalam penerapannya dapat terlaksana dengan
baik dan tidak terjadi salah pemahaman dalam mengambil tindakan terhadap pelaku khalwat. Dan perlu segera dikeluarkan Qanun formil tentang Jinayah, agar tidak
tergantung pada KUHAP, karena sangat berbeda antara hukum dalam Qanun dengan hukum KUHP, baik dari ancaman hukumannya, alat bukti dan prosedur, tatacara
penangkapan sampai dengan tatacara pembinaan terhadap pelaku khalwat.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku