Perbuatan KhalwatMesum di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

berwenang dalam menindak pelanggar Syari’at Islam, dan iman seseorang belum terbentuk dengan baik dan kurangnya binaan pendidikan agama dari keluarga. Mengakibatkan para remaja bisa melakukan perbuatan khawat yang sebebas-bebasnya akibat ikut-ikutan meniru budaya barat sehingga sangat sulit dicegah. Untuk mengatasinya haya orang tua yang paling terdepan dan bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya dan andil orang tua sangat menentukan penegakan hukum syari’at Islam dan terlaksanannya penyelenggaraan pelaksanaan syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 144

B. Perbuatan KhalwatMesum di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Menurut bahasa, istilah khalwat berasal dari khulwat dari akar kata yang berarti sunyi atau sepi. Sedangkan menurut istilah khalwat adalah keadaan seseorang yang menyendiri dan jauh dari pandangan orang lain. Dalam pemakaiannya istilah ini bernotasi ganda yaitu dapat diartikan secara positif dan negatif. Pengertian makna positif khalwat adalah menarik diri dari keramaian dan menyepi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan pengertian dalam 144 . Wawancara dengan Tgk. M. Arif, tokoh masyarakat Kota Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pada Tanggal, 15 Mei 2009. lihat juga penjelasan umum Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang KhalwatMeusum menyebutkan, Secara umum syari’at Islam di bidang hukum memuat norma yang mengatur kehidupan masyarakatbernegara dan norma hukum yang mengatur moral atau kepentingan individu yang harus ditaati oleh setiap orang. Ketaatan terhadap norma hukum yang mengatur moral sanagat tergantung pada kualitas iman, taqwa dan hati nurani seseorang, juga disertai adanya sanksi duniawi dan ukhrawi terhadap orang yang melanggarnya. Dalam system hukum Islam terhadap dua jenis sanksi yaitu sanksi yang bersifat definitive dari Allah dan Rasul dan sanksi yang ditetapkan manusia melalui kekuasaan eksekutif, legeslatif dan yudikatif. Kedua jenis sanksi tersebut mendorong masyarakat untuk patuh pada ketentuan hukum. Dalam banyak hal penegakan hukum menuntut peranan nagara. Hukum tidak berjalan bila tidak ditegakkan oleh Negara. Di sisi lain suatu Negara akan tidak tertib bila hukum tidak ditegakkan. Khalwatmeusum merupakan perbuatan yang dilakukan oleh dua orang yang berlawanan jenis atau lebih, tanpa ikatan nikah atau bukan muhrim pada tempat tertentu yang sepi yang memungkinkan terjadinya perbuatan maksiat di bidang seksual atau yang berpeluang pada terjadinya perbuatan perzinaan. Islam dengan tegas melarang melakukan zina. Sementara khalwatmeusum merupakan washilah atau peluang untuk terjadinya zina, maka khalwat meusum juga termasuk salah satu jarimah perbuatan pidana dan diancam dengan ‘uqubat ta’zir, sesuai qaidah syar’iy yang berbunyi, perintah untuk melakukan atau tidak melakukan suatu, mencakup prosesnya. Dalam perkembangannya khalwatmeusum Universitas Sumatera Utara arti negative khalwat adalah melakukan perbuatan berdua di tempat sunyi atau terhindar dari pandangan orang lain antara seorang pria dengan seorang wanita yang bukan muhrimnya dan tidak terikat perkawinan. 145 Pengertian khalwat dalam Pasal 1 ayat 16 Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang KhalwatMesum menyebutkan, khalwatmesum adalah perbuatan bersunyi-sunyi antara dua orang mukallaf atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrimnya atau tanpa ikatan perkawinan. Khalwat perbuatan sangat dilarang dalam Islam karena perbuatan tersebut dapat menjeremuskan diri seseorang untuk melakukan zina atau hubungan intim antara seorang pria dengan seorang wanita yang bukan muhrimnya. Larangan keras bagi orang yang melakukan perbuatan zina terdapat dalam Alqur’an. Surat Al-Isra’ ayat 32, menyebutkan, wala taqrabu zina innahu kana fa hisyatan wasa a sabiilan. Yang artinya. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. 146 Karenanya hukum Syari’at Islam telah mengatur dengan baik tentang tatacara pergaulan manusia antara seorang laki dengan seorang wanita yang dihalalkan oleh Allah untuk dapat hidup tenang yang diridha-Nya sehingga terhindar dari perbuatan zina yang sangat dibenci oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah diciptan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikan-Nya rasa kasih sayang diantara kamu, sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berpikir” 145 . Al Yasa Abubakar, ed, “Hukum Pidana Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,” Banda Aceh: Dinas Syari’at Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006, hlm. 80. 146 . Al Hakim, “Al Qur’an dan Terjemahannya, Ayat Pokok Bergaris,” Semarang : CV. Asy Syifa’ Semarang, 1998, hlm. 227. Universitas Sumatera Utara Firman Allah tersebut Islam telah membatasi dan mengatur tatacara yang beretika dalam pergaulan muda-mudi yang diridhai oleh Allah. Cinta dan kasih sayang dalam pergaulan para laki-laki dan perempuan sudah merupakan fitrah bagi manusia yang diciptakan oleh Allah. Karena itu untuk menghalalkan pergaulan hubungan para kaum laki dan kaum perempuan Allah memerintahkan untuk melakukan pernikahan atau perkawinan sesuai dengan agama dan kepercayaannya, karena perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 147 Dilakukan pernikahan antara laki-laki dengan perempuan maka telah adanya suatu ikatan tali pernikahan yang dihalalkan Allah untuk melakukan hubungan suami istri yang sah dan dapat menghindari dari perbuatan zina dan dapat terjaga kemurnian garis keturunan yang baik bagi anak yang lahir dari hubungan suami istri yang sah. Kejelasan keturunan anak sangat penting untuk melindungi masa depan anak yang akan datang. Allah melarang bagi umat manusia yang beragama islam melakukan perbuatan khalwat, pemberlakukan larangan khawat adalah untuk mencegah diri dan menjauh dari perbuatan melakukan zina, karena perbuatan zina itu terjadi akibat pergaulan bebas yang mengarah kepada perbuatan zina. Al Yasa’ Abubakar menyebutkan dalam beberapa hadits, Nabi menunjukkan batas-batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya, seperti: 147 . Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Lihat juga penjelasannya, disebutkan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiaannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil. Universitas Sumatera Utara 1. Nabi melarang seorang perempuan berhubungan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya tanpa ditemani oleh muhrim si wanita. 2. Nabi melarang khalwat dengan wanita yang sudah dipinang, meski Islam membolehkan laki-laki memandang perempuan yang dipinangnya untuk menyakinkan dan memantapkan hatinya. 3. Nabi melarang seorang laki-laki masuk kerumah wanita yang tidak bersama muhrimnya atau orang lain. 4. Nabi melarang wanita bepergian tanpa ditemani muhrimnya. 148 Syari’at Islam telah jelas mengatur bagaimana hubungan pergaulan seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang dibolehkan dalam Islam supaya tidak sampai mendekati zina. Namun nilai-nilai etika yang ditawarkan Islam tersebut dizaman era globalisasi sekarang ini mendapat tantangan yang keras dari orang-orang yang berpaling pada budaya sekuler yang serba permisif, pada umumnya datang dari budaya barat. Budaya sekuler yaitu budaya yang lahir dari aliran filsafat sekulerisme yang memisahkan nilai-nilai agama dengan nilai-nilai duniawi. Karena aliran ini berpandang, Agama tidak boleh dicampuradukkan dengan urusan dunia. Manusia bebas sebebas-bebasnya menentukan urusan dunianya, dalam hal berhubungan laki-laki dan perempuan diberikan kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan bersama teman laki-laki atau perempuan akhirnya terjerumus dalam perbuatan zina. Eraglobalisasi sekarang ini budaya barat begitu bebas masuk keranah pergaulan masyarakat, dalam berhubungan antara laki-laki dan perempuan tidak ada suatu kewajiban diikat dengan tali pernikahan atau perkawinan. Seorang laki –laki dan perempuan dapat hidup bersama tanpa suatu ikatan perkawinan sampai perempuan melahirkan anak. Terjadi Tsunami di Aceh pada Tahun 2004 dan banyak masuk orang Asing yang berlabel Non Government Organization NGO Asing untuk membangun Aceh dari kehancuran diterpa Tsunami, membawa efek negatif sangat besar bagi masyarakat Aceh, 148 . Al Yasa’ Abubakar. Op. cit.” Hukum Pidana……”, hlm. 81. Universitas Sumatera Utara diterima atau tidak budaya barat sudah berkembang dan subur dalam masyarakat Aceh kontemporer dan sangat gampang ditiru oleh kaum muda-mudi yang mendukung pergaulan bebas baik itu pacaran dating, seks bebas free sex, Kumpul kebo summon liven, maka begitu bebas terjadi hubungan seks yang pada umumnya banyak dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa. Dalam Islam semua perbuatan yang dilakukan tersebut di Aceh yang dapat medekatkan diri kepada perbuatan zina akan di hukum dengan hukum Islam, karena khalwatmesum adalah perbuatan bersunyi-sunyi antara dua orang mukallah atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrimnya atau tanpa ikatan perkawinan. Larangan melakukan KhalwatMesum telah diatur dalam Qanun No. 14 tahun 2003 tentang Khalwat Mesum sebagai berikut: Pasal 4 : menyebutkan, khalwatmesum hukumnya haram. Pasal 5 : menyebutkan, setiap orang dilarang melakukan khalwatmesum Pasal 6 : menyebutkan, setiap orang atau kelompok masyarakat, atau aparatur pemerintahan dan badan usaha dilarang memberikan fasilitas kemudahan danatau melindungi orang melakukan khawatmesum. Pasal 7 : menyebutkan, setiap orang, baik sendiri maupu kelompok berkewajiban mencegah terjadinya perbuatan khalwatmesum. Ancaman hukuman bagi pelanggar Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang Khalwat telah diatur dalam Pasal 22 menyebutkan : 1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebaimana dimaksud dalam Pasal 4, diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa cambuk paling tinggi 9 sembilan kali, paling rendah 3 tiga kali danatau denda paling banyak Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah, paling sedikit Rp. 2.500.000,- dua juta lima ratus ribu rupiah. 2. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa kurungan paling lama 6 enam bulan, paling sengkat 2 dua bulan danatau denda paling banyak Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah, paling sedikit Rp. 5.000.000,- lima juta rupiah. 3. Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan 6 adalah jarimah ta’zir. Universitas Sumatera Utara Pasal 24 menyebutkan, Pengulangan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, ‘uqubatnya dapat ditambah 13 sepertiga dari ‘uqubat maksimal. Pasal 26 menyebutkan, Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan 6 : a. Apabila dilakukan oleh badan hukum badan usaha, maka ‘uqubatnya dijatuhkan kepada penanggungjawab. b. Apabila ada hubungan dengan kegiatan usahanya, maka selain sanksi ‘uqubat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat 1 dan 2 dapat juga dikenakan ‘uqubat administrative dengan mencabut atau membatalkan izin usaha yang telah diberikan. Pemerintahan Aceh dengan Dinas syari’at Islam harus berupaya meningkatkan anggaran untuk mendukung biaya oprasional di lapangan dan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang lengkap, agar dapat terlaksananya syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam. Sekarang ini banyak pengusaha dan tempat pariwisata tempat terjadinya pelanggaran Qanun Khalwat yang sangat bertentangan dengan syari’at Islam, apalagi saat ini di Aceh perbuatan khalwat dilakukan secara terang-terangan yang disebut dengan pergaulan bebas sangat banyak terlihat disiang hari, khususnya diwilayah perkotaan para muda mudi yang berboncengan dengan rapat dan penuh mesra di jalan raya, atau duduk berdua di warnet, di kafe-kafe, pantai, tempat rekreasi. Hal ini sudah jelas merupakan sikap dan tingkah laku para muda dan mudi melakukan khalwat yang akan mejerumuskan diri kepada perbuatan zina. Karena perbuatan zina sangat dibenci oleh Ahllah sebagaimana firma-Nya dalam Surat An- Nuur: 2 yang artinya : “perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap orang dari mereka seratua kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kalian dari menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh segumpulan dari orang-orang yang beriman”. Universitas Sumatera Utara

C. Kewenangan Makamah Syar’iyah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam