Sejarah Singkat Rumah Musik The Bamboes

membawakannya. Namun sulit mencari yang membawakan dalam bentuk yang sama. Hampir semua mempunyai versi atau gaya yang berbeda dalam menyajikannya. Tidak hanya di kota Medan saja musik sampah ini digeluti oleh para musisi jalanan, tapi juga di kota lainnya. Misalnya saja kelompok Lungsuran daur LD “Contemporary Instrument” yang berasal dari kota Bandung, bagi mereka sampah adalah berkah. Barang bekas itu mampu melahirkan bunyi-bunyi musical yang tidak lazim di dengar oleh banyak orang. Tempat bekas makanan ayam yang berupa plastic berbentuk bulat tersebut, menjadi suara kendang yang aneh. Sama halnya dengan Kelompok Sirkus Perkusi yang terdiri dari anak-anak jalanan yang bernaung di bawah “Rumah Belajar Anak Langit” yang berpusat di tepi sungai Cisadane, Tangerang. Kelompok Sirkus Perkusi ini menyulap translator bekas dari tegangan listrik PLN menjadi alat musik yang mengeluarkan bunyi-bunyian yang berpadu dengan suara drum minyak bekas. Belum lagi suara yang keluar dari pecahan kaca di atas penggorengan bekas mampu melahirkan harmoni.

2.3 Sejarah Singkat Rumah Musik The Bamboes

Komunitas anak-anak jalanan di kota medan sesungguhnya cukup banyak. Seperti yang berada di bawah naungan yayasan KKSP Kelompok Kerja Sosial Perkotaan diantaranya ada Anonym, Macan, Jalanan, Bazky dan The Bamboes. Ada juga kelompok yang menamakan Kelompok Pengamen Jalanan atau biasa dipanggil dengan sebutan KPJ. Rumah Musik yang menjadi komunitas anak-anak jalanan The Bamboes, berdiri dan dideklarasikan di Taman Bunga Stadion Teladan pada tanggal 23 Juli 1995. Sedangkan Universitas Sumatera Utara nama kelompok The Bamboes diambil atas ide dasar melihat rumput-rumput bambu liar. Bamboes diambil dari kata bambu, yang tumbuh dimana saja dan memiliki rumpun. Bambu itu tumbuh dimana saja dan terus berkembang 4 . Rumah musik bisa di tempati oleh anak-anak jalanan yang ada di kota medan, tidak ada larangan yang di berlakukan bagi mereka untuk datang, kapan saja pintu selalu mereka bukakan bagi anak-anak jalanan. Di dalam rumah musik ini banyak kreativitas yang mereka lakukan. Mulai dari melukis, merangkai, mencetak sablon, berjualan dan lainnya. Mereka juga kerap kali mengadakan kegiatan-kegiatan sosial dalam lingkungan mereka sendiri, seperti berbuka puasa bersama, makan bersama, diskusi antar kelompok dan latiham bersama. Laihan rutin dilakukan oleh The Bamboes setiap hari Selasa dan Kamis yang dimulai pada pukul 09.00 wib hingga pukul 11.00 wib. Gambar: Lukisan Tangan Anak Jalanan Komunitas anak-anak jalanan ini, secara khusus kelompok The Bamboes juga sering sekali di undang oleh orang lain yang ingin menyaksikan kemampuan mereka. Mereka 4 Alley, dalam majala Analisa Universitas Sumatera Utara pernah di undang untuk mengisi acara kebaktian di AMIK MBP sekitar bulan November yang lalu. Pada bulan yang sama juga mereka juga di undang oleh panitia ibadah Ajaran Buddha yang bertempat di gedung Paramount di Jl. Merak Jingga. Menurut Alley dan Eko, sesungguhnya mengatur anak-anak jalanan ini gampang- gampang susah. Gampang, karena dalam mengatur anak-anak jalanan ini mereka tidak perlu di perintah, karena mereka memiliki kesadaran yang cukup tinggi. Susah, karena dalam keseharian mereka selalu datang silih berganti, bahkan terkadang ada saja anak- anak jalanan ini tidak pulang selama beberapa hari atau bahkan juga minggu. Hal ini menghambat Alley dan Eko dalam memantau perkembangan mereka. Gambar: Rumah Musik tempat tinggal anak jalanan Rumah musik ini juga banyak mengalami kendala dalam operasionalnya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memperoleh bantuan dari pihak pemerintah kota Medan. Universitas Sumatera Utara Dalam Anggaran Pemerintah Daerah tidak ada alokasi dana bagi anak-anak jalanan. Dana yang diperoleh oleh komunitas Rumah Musik ini bersumber dari donatur dan founding. Dana yang bersumber dari donatur dan founding ini dialokasikan untuk membayar sewa tempat tinggal mereka, membayar biaya listrik dan air, serta biaya operasional tempat tinggal. Sementara untuk makan sehari-hari harus mereka usahakan sendiri. Universitas Sumatera Utara BAB III PENYAJIAN MUSIK SAMPAH Dalam membahas bagaimana musik sampah ini di sajikan, penulis membaginya kedalam beberapa sub bab agar lebih terperinci dan teratur, diantaranya: gambaran lokasi penelitian, waktu penyajian musik sampah, tempat penyajian musik sampah, instrumen dalam musik sampah, dan lagu-lagu yang dinyanyikan dalam instrumen musik sampah.

3.1 Gambaran Lokasi