D. Novel Sebagai Bentuk Sastra
Karya sastra adalah karya yang kreatif, sehingga ada hal yang baru muncul, sastra mempunyai intensitas terhadap realitas bukan sekedar
meletakkan kembali realitas tersebut.
28
Dalam hal ini beberapa para ahli yang mengungkapkan pengertian dari sastra:
1 Menurut M. Atar Semi, bahwa sastra adalah bentuk seni kreatif
yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
29
2 Panuti Sujiman mengemukakan, sastra adalah karya lisan dan
tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan,
karakteristik, keindahan
dalam isi
dan ungkapannya.
30
3 Menurut Jan Van Luxembrug, pada dasarnya sastra adalah seni
kreatif. Hal ini lahir karena adanya objek peristiwa dari kegiatan manusia itu sendiri. Dan sastra merupakan ciptaan sebuah kreasi
bukan semata-mata sebuah imitasi.
31
Segala yang berhubungan dengan sastra adalah sesuatu yang bisa dipahami dan mengerti. Dan sebuah karya sastra selalu mengandung banyak
pesan di dalamnya, yang dirangkai dengan kata-kata indah.
28
Goenawan Muhammad, Sejarah Sastra Indonesia, Perkembangan Yang Tak Pernah Mengagetkan, Prisma no. 8tahun 1998, h. 53
29
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, 1998, h. 8
30
Panuti Sujiman, Kamus Istilah Sastra, Jakarta: UI Press, 1990, h. 71
31
Jan Van Luxembrug, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko ,Jakarta: PT. Gramedia, 1989, h. 112
E. Unsur Intrinsik Novel
Novel memiliki unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsisik. Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang
secara langsung turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang
dimaksud antara lain: plot, tokoh, dan penokohan, latar atau setting, point of view atau sudut pandang.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi. Menurut
Welleck dan Warren, sebaaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur- unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki
sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.
32
Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel atau prosa yaitu: 1.
Plot Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit
orang yang sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi lain.
33
Hal itu kiranya beralasan, sebab kejelasan plot kejelasan tentang kaitan antara peristiwa yang dikisahkan secara linear akan
mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanan plot
berarti kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya plot sebuah karya fiksi yang kompleks dan sulit dikenali hubungan kausalitas
32
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 23
33
Ibid, h. 110
antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami.
34
Plot sering dikupas menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan
pemecahan masalah.
35
Secara teoritis plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, plot progresif atau lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa
yang diceritakan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama kali diikuti oleh atau: menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa
yang kemudian. Atau secara berurutan cerita dimulai dari tahap awal penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah
konflik meningkat, klimaks, dan akhir penyelesaian. Kedua, plot regresif atau alur sorot balik flash back, yakni peristiwa yang
diceritakan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan tahap
akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Namun tidak ada novel yang secara mutlak berplot lurus-kronologis atau
sebaliknya sorot-balik. Maka Burhan Nurgiantoro dalam pembahasan yang sama mengenai plot, menambahkan satu kategori
plot yaitu progresif-regresif atau dapat dinamakan plot-campuran.
36
34
Ibid, h. 120
35
Jacob Sumardjo dan Saini K. M, Apresiasi Kesusastraan , Jakarta: Penerbit PT. Gramedia 1986, h. 49
36
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995, h. 153-156