Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses. 9 Rustaman mengemukakan bahwa guru seringkali merasa sudah mengajar dan bertanggung jawab setelah menyampaikan materi, tanpa meminta siswa untuk belajar lebih lanjut. 10 Dalam hal ini, seharusnya guru mengembangkan pembelajaran secara kreatif, salah satu contohnya penggunaan model, strategi, metode, pendekatan dan teknik pembelajaran, baik yang diadaptasi dari luar maupun dalam negeri yang telah dilakukan penelitiannya. Dengan mengembangkan hal tersebut diharapkan dapat mengurangi kecenderungan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru semata. Pembelajaran biologi yang dilakukan guru selama ini belum efektif bila dilihat dari hasil belajar dan pengalaman belajar yang diberikan pada siswa. Hal ini ditandai dengan guru masih cenderung memberikan banyak materi dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kebiasaan berpikir, seperti keterampilan berpikir penalaran dan keterampilan inkuiri. 11 Di sisi lain, beberapa siswa berpandangan bahwa pelajaran biologi adalah pelajaran yang membosankan karena begitu banyak konsep yang membuat siswa sulit dalam memahaminya. Selain itu, kurangnya minat siswa terhadap pelajaran biologi karena bersifat hafalan. Hal ini dikarenakan biologi merupakan salah satu pelajaran yang dinilai cukup kompleks. Biologi sebagai cakupan ruang lingkup IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. 12 Agar terciptanya pengalaman belajar dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran inkuiri. Menurut Mathison yang dikutip Campbell memaparkan 9 Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran MIPA Kompetensi Supervise Kademik 03-B6a, Depdiknas, 2008 Tersedia : http:www.bpgdisdik-jbar.netmateriPS-1203-15.pdf . Diakses pada 13092012, h. 21. 10 Nuryani Y. Rustaman, “Pengembangan Model Pembelajaran MIPA,” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran MIPA dan Implementasinya pada Pelaksanaan KBK, FPMIPA IKIP PGRI Semarang, h. 2. 11 Putu Budi Adnyana, Penggunaan Suplemen Bahan Ajar Biologi Berorientasi Siklus Belajar Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Penalaran, dan Keterampilan Inkuiri Siswa SMP, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 3, 2007, h. 655. 12 BSNP, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, h. 451. inkuiri sebagai sebuah strategi instruksional yang menjanjikan, jika biasa dilakukan di ruang kelas. 13 Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Selain itu, kurikulum biologi yang memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri terdapat proses-proses mental yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data serta menarik kesimpulan. 14 Henrichsen Jarrett seperti dikutip Zulfiani menyatakan bahwa pada pembelajaran IPA, “inkuiri merupakan esensi kegiatan ilmiah dan merupakan suatu strategi pengajaran dan pembelajaran sains ”. 15 Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual kecakapan berpikir terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara dalam membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Banyak penelitian menunjukkan bahwa inkuiri memberikan pengaruh baik dalam pembelajaran, diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Soetjipto 1996, menyatakan bahwa inkuiri banyak dilakukan oleh guru-guru sekolah di Victoria, Australia. Temuan yang lain menyatakan bahwa penggunaan inkuiri ini ternyata dapat meningkatkan rasa keingintahuan siswa 13 Todd Campbell, et.all., Development Of Instruments To Assess Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experiences In Science Classroom, Journal Science Teacher Education, 2010, p. 27. 14 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h. 76. 15 Zulfiani, Pengembangan Program Pembelajaran Bioteknologi untuk Meningkatkan Kemampuan Inkuiri Calon Guru, Jurnal Metamorfosa, 2, 2006, h. 2. akan topik yang diteliti, meningkatkan kerja sama kelompok dan mendorong siswa menjadi pemecah masalah yang independen independent problem solvers. 16 Selain itu, penelitian tentang inkuiri juga banyak dilakukan dalam penyusunan skripsi untuk mengetahui pengaruh penggunaan inkuiri terhadap hasil belajar dan keterampilan proses sains. Di antaranya, Siti Aisyah 2010 yang menunjukkan bahwa pembelajaran model inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 17 Penelitian lain yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri tidak hanya berpengaruh terhadap hasil belajar saja melainkan keterampilan proses sains, diantaranya hasil penelitian Nunung Nurjanah 2010 yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan proses sains. 18 Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Naeli Zakiyah 2011 bahwa dalam penerapan pendekatan inkuiri terstruktur memberikan pengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa. 19 Jika ditinjau dari beberapa teori di atas serta hasil penelitian yang telah dilakukan, begitu besar pengaruh positif yang dapat dihasilkan dari aplikasi pendekatan inkuiri tersebut. Kemudian pendekatan inkuiri dengan kelebihan- kelebihannya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga dapat membuktikan bahwa begitu pentingnya inkuiri dalam proses pembelajaran. Berdasarkan survai awal peneliti yang dilakukan di MAN Se-Jakarta Selatan menunjukkan bahwa beberapa guru belum mengenal inkuiri. 16 Budi Eko Soetjipto, dkk., Penyusunan Video Pembelajaran Inovatif Untuk IPS SD dengan Model Inkuiri, Jigsaw, Group Investigation, TGT dan STAD, Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 20, No. 1, April 2010, h. 69. 17 Siti Aisyah, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan, h. 56. 18 Nunung Nurjanah , “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Proses Sains pada Konsep Kalor”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan, h. 68. 19 Naeli Zakiyah, “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan, h. 60. Walaupun mungkin secara tidak langsung guru sudah pernah menerapkannya. Selain itu, kelengkapan fasilitas pendukung dalam melakukan eksperimen pun menjadi salah satu alasan mengapa guru jarang melakukan penyelidikan, dan sistem pembelajaran yang digunakan beberapa sekolah berupa SKS Sistem Kredit Semester yang menuntut guru menyampaikan materi secara cepat dan padat sehingga guru tidak sempat melakukan kegiatan-kegiatan praktikum ataupun bereksperimen. Berdasarkan kondisi beberapa MA di Jakarta Selatan seperti dipaparkan di atas, maka peneliti berminat melakukan kajian lebih lanjut mengenai penggunaan pendekatan inkuiri di beberapa sekolah. Dari penelitian ini diharapkan lahir data otentik mengenai penerapan pendekatan inkuiri dan seberapa sering guru menerapkan pendekatan tersebut, serta pendekatan pembelajaran inkuiri apa yang pernah dilakukan. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Penggunaan Pendekatan Inkuiri Pada Pembelajaran Biologi Penelitian Deskriptif di MAN Se-Jakarta Selatan ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Aktivitas pembelajaran didominasi oleh guru. 2. Guru hanya memberikan banyak materi dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kebiasaan berpikir. 3. Pelajaran biologi yang membosankan, membuat siswa cenderung sulit dalam memahaminya. 4. Minimnya pengetahuan guru mengenai pembelajaran yang berbasis inkuiri. 5. Kurangnya kelengkapan fasilitas praktikum menjadi hambatan bagi guru dalam melaksanakan praktikum. 6. Keterbatasan waktu dalam melakukan praktikum dikarenakan sekolah menggunakan Sistem Kredit Semester SKS.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pendekatan inkuiri yang diteliti adalah pendekatan inkuiri yang digunakan di MAN Se-Jakarta Selatan yakni MAN 4, MAN 7, MAN 11, MAN 13, MAN 19 dan MA Pembangunan UIN. 2. Pendekatan inkuiri yang akan diteliti hanya kelas XI IPA.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah: ”Bagaimana penggunaan pendekatan inkuiri pada pembelajaran biologi di MAN Se- Jakarta Selatan?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan pendekatan inkuiri yang diterapkan di MAN Se-Jakarta Selatan. Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Bagi guru, memberikan masukan untuk lebih baik dalam menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran seperti pendekatan pembelajaran inkuiri. 2. Bagi sekolah, memberikan masukan untuk lebih menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat dengan mudah menerapkan pendekatan pembelajaran yang sedang berkembang. 3. Bagi pembuat kebijakan, data dasar penggunaan inkuiri oleh guru biologi di Jakarta Selatan dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran biologi khususnya di MA. 4. Bagi peneliti, memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan dan penerapan pendekatan pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya. 9

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Kajian Teoretis

1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, kemampuan guru dalam menguasai pendekatan pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. 1 Dalam menyampaikan suatu materi pelajaran guru harus pandai dalam menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, sebelum menggunakannya sebaiknya guru mengenali setiap karakter yang dimiliki siswa sehingga guru mengetahui pendekatan apa yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran. Menurut Rusman pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. 2 Berhasilnya suatu proses pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru. Kemampuan guru dalam menguasai kelas merupakan salah satu keberhasilan dalam pembelajaran, untuk itu guru harus dapat mengenali segala kemampuan siswa serta mampu mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran dengan mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Selain itu, Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam 1 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 91. 2 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 132. pengolahan pesan sehingga tercapai tujuan belajar. 3 Semua kemampuan yang dimiliki siswa akan berkembang jika guru mampu melakukan pendekatan-pendekatan yang dapat memberikan dorongan dalam mengatasi berbagai masalah dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. La Iru dan La Ode mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan cara umum dalam memandang permasalahan atau cara pandang guru terhadap pembelajaran. 4 Misalnya pendekatan siswa aktif memandang pembelajaran akan terjadi apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dengan menerapkan pendekatan tersebut guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif dalam memahami berbagai kompleksitas masalah pembelajaran.

b. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran

Menurut Rustaman, dkk., pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi antara lain: 5 1. Pendekatan Tujuan Pembelajaran Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Dengan adanya pendekatan tersebut maka semua komponen pembelajaran ditata dan diarahkan demi tercapainya suatu tujuan. 2. Pendekatan Konsep Pada pendekatan ini siswa dibimbing untuk memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. 3. Pendekatan Lingkungan Pendekatan yang mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dan menjadikannya sebagai sumber belajar untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 3 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, h. 185. 4 La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Presindo, 2012, h. 3. 5 Nuryani Y. Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Jakarta: Universitas Negeri Malang, 2005, h. 93.