Keuntungan dan Risiko Saham

Suri Chairani : Analisis Pengaruh NPM, LAR, LDR, DAN NPL Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009

H. Keuntungan dan Risiko Saham

Dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu: 1. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai cash devidend yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham stock devidend yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham. 2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk karena adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Selain keuntungan, saham juga memiliki risiko antara lain Darmadji, 2006:13, yaitu: 1. Tidak mendapatkan dividen Suri Chairani : Analisis Pengaruh NPM, LAR, LDR, DAN NPL Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. 2. Capital loss Investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya dalam aktivitas perdagangan saham. Adakalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga belinya. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss. 3. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi Jika sebuah perusahaan bangkrut atau dilikuidasi sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi dalam hal pelunasan hak jika semua aset perusahaan dijual. 4. Saham dikeluarkan dari bursa Saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan pencatatan efek di bursa. 5. Saham dihentikan sementara suspensi Suri Chairani : Analisis Pengaruh NPM, LAR, LDR, DAN NPL Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Saham di-suspend berarti saham tersebuh dihentikan perdagangannya sementara oleh Otoritas Bursa, dan pemodal tidak diperbolehkan menjual sahamnya sampai suspend itu dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam beberapa hari perdagangan. Perusahaan yang di-suspend oleh Otoritas Bursa biasanya karena sahamnya mengalami lonjakan harga yang luar biasa.

I. Price Earning Ratio PER

Djarwanto 1984 mengatakan bahwa Price Earning Ratio PER merupakan salah satu indikator yang sering digunakan analis sekuritas untuk menilai harga suatu saham yang diperdagangkan di pasar modal. Rasio ini memperbandingkan harga pasar saham saat ini dengan laba per lembar saham, dengan rumus sebagai berikut: Market price of common share Price Earning Ratio = Earning Per Share PER menggambarkan harga saham di bursa pada tanggal neraca atau tanggal yang lain dibandingkan laba per lembar saham selama satu periode Marpaung,2003. Jika PER tinggi, berarti haga saham itu terlalu mahal atau dengan harga tertentu hanya memperoleh laba yang kecil. Dengan demikian, calon pembeli saham akan memperoleh keuntungan lebih besar jika pembeliannya pada saat PER rendah karena saham cenderung akan mengalami kenaikan harga, sementara jika PER menunjukkan nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham. Dengan kata lain, pengetahuan tentang PER bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan menjual Suri Chairani : Analisis Pengaruh NPM, LAR, LDR, DAN NPL Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga capital gain.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Pasar modal telah ada sejak tahun 1912. Perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti Perang Dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhn seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasarmodal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: