STUDI TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN STRATEGI BERTAHAN HIDUP KELOMPOK GURU HONORER ( Studi kasus di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan )

(1)

ABSTRAK

STUDI TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN STRATEGI

BERTAHAN HIDUP KELOMPOK GURU HONORER

( Studi kasus di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan )

Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana para guru memberikan ilmu kepada anak didiknya, tantangan dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa mendapatkan prestasi terbaik.peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting, guru dikatakan gagal jika memiliki pandangan bahwa suatu pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan yang tidak menarik, sehingga akan memiliki dampak bahwa guru akan kehilangan tanggung jawabnya dalam memberikan pendidikan yang semestinya. Seorang guru harus sadar bahwa kegiatan mengajar merupakan pekerjaan mulia dan butuh tanggung jawab pribadi agar hasil yang diharapkan tercapai. Guru ada yang berstatus sebagai tengaga honorer dan PNS , guru yang berstatus honor memiliki penghasilan yang jauh dari cukup namun para guu honor masih mempertahankan pekerjaanya Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi para guru honorer ini tetap bertahan dengan pekerjaannya hal itulah yang akan kita kaji dalam skripsi ini yang akan membahas mengenai alasan para guru honor bertahan serta strategi yang dilakukan untuk memnuhi kebutuhanya dengan gajih yang jauh di bawah rata-rata.


(2)

( Studi kasus di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan )

(Skripsi)

Oleh

SRI RAHMAINI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(3)

STUDY OF WELFARE S LEVEL AND SURVIVAL STRATEGIES OF THE HONORARY GROUP TEACHER

(Case Study In Penengahan District , South Lampung Regency)

As a means for forming the national character of the school is an important location where the teachers provide knowledge to their students, educational challenge becomes even greater, it is encouraging students to get the best teachers .the role of achievement in education is very important, the teacher fails if the view that teaching job is a job that is not interesting, so it will have the impact that teachers will lose their responsibility to providing a proper education. A teacher must be aware that teaching is a noble job and took personal responsibility for the results expected to be achieved. There are the teacher status as the honorary teachers and civil servants, teachers's income salaries status is far from enough but teachers salaries still retains his job. There are several reasons behind the temporary teacher's stick with the job that is what will we examine in this paper will discuss the reasons for the honorary teachers to survive and the strategies undertaken to comply it s needs with lard which is far below average.


(4)

STUDI TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN STRATEGI

BERTAHAN HIDUP KELOMPOK GURU HONORER

( Studi kasus di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan )

Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana para guru memberikan ilmu kepada anak didiknya, tantangan dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa mendapatkan prestasi terbaik.peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting, guru dikatakan gagal jika memiliki pandangan bahwa suatu pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan yang tidak menarik, sehingga akan memiliki dampak bahwa guru akan kehilangan tanggung jawabnya dalam memberikan pendidikan yang semestinya. Seorang guru harus sadar bahwa kegiatan mengajar merupakan pekerjaan mulia dan butuh tanggung jawab pribadi agar hasil yang diharapkan tercapai. Guru ada yang berstatus sebagai tengaga honorer dan PNS , guru yang berstatus honor memiliki penghasilan yang jauh dari cukup namun para guu honor masih mempertahankan pekerjaanya Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi para guru honorer ini tetap bertahan dengan pekerjaannya hal itulah yang akan kita kaji dalam skripsi ini yang akan membahas mengenai alasan para guru honor bertahan serta strategi yang dilakukan untuk memnuhi kebutuhanya dengan gajih yang jauh di bawah rata-rata.


(5)

( Studi kasus di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan )

(Skripsi)

Oleh

SRI RAHMAINI

1216011089

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(6)

Nama Mahasiswa : Sri Rahmaini Nomor Pokok Mahasiswa : 1216011089

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dra. Paraswati Darimilyan Drs. Gunawan Budi Kahono

NIP : 19550930 198902 2 001 NIP. 19570512 198603 1 002

2. Ketua Jurusan Sosiologi

Drs. Susetyo, M.Si.

NIP 195810041989021001

KASUS DI KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)


(7)

1. Tim Penguji

Ketua :Dra. Paraswati Darilmilian ( .)

Penguji Utama:Drs.Drs. Gunawa Budi Kahono ( .)

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. NIP. 195801091986031002


(8)

(9)

Sri Rahmaini lahir pada tanggal 20 Febuari 1994, di Desa Kekiling Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Penulis merupakanAnak ke 3 dari 6 bersaudara, dari pasangan Bapak Lukman Hakim dan Ibu Aini Wati. Penulis pertama kali masuk pendidikan Formal di SDN 1 Kekiling pada tahun 2000 Dan Tamat pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Penengahan dan tamat pada tahun 2009. Setelah tamat di SLTP, penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Kalianda dan tamat pada tahun 2012. Dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas Negeri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru(SPMB)


(10)

"Kesalahan akan membuat orang belajar dan menjadi lebih baik"

Kemenangan yang seindah indahnya dan sesukar sukarnya yang boleh direbut

oleh manusia ialah menundukan diri sendiri. (Ibu Kartini )

Segala yang indah belum tentu baik,


(11)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

 Kedua orang tuaku tercinta

 Kakak-kakak dan Adik-adik kebanggaanku  Seluruh keluarga besarku, dan almamaterku


(12)

Skripsi dengan judul Studi Tingkat Kesejahteraan Dan Strategi Keberlangsungan Hidup Kelompok Guru Honorer adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, rasa syukur yang tak terkira dan tidak ada habisnya penulis dipanjatkan, karena telah meridhoi semua setiap proses sampai skripsi ini selesai.

2. Kedua orang tua ku tercinta, Ibu Aini Wati dan Bapak Lukman Hakim , yang telah memeliharadan mendidik dengan penuh kasih.

3. Kakak dan adiku yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan selama ini

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, selaku Rektor Universitas Lampung 5. Bapak Drs. Agus Hadiawan M.Si selaku Dekan FISIP universitas Lampung 6. Bapak Drs. Susetyo, M.Si , selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan Dosen

Pembimbing kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini;

7. Ibu Dra. Paraswati Darilmilian, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dan nasehat, baik untuk skripsi ataupun untuk masa depan penulis


(13)

9. Seluruh Dosen jurusan Sosiologi yang selama ini memberikan ilmunya kepda penulis selama ini

10. Seluruh staf di Fakultas ISIP yang telah memberikan bantuanya untuk kelancaran administratif kepada penulis

11. Kepada seluruh Guru di kecamatan Penengahan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membagi cerita kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

12. Kepada Wahyu Agusti Putra yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini

13. Teman seperjuanganku Sisi Adelia dan Anisa Fajrin yang selalu setia menemani selama ini

14. Kepada Kumbang, Kumairoh dan Soleh yang tak pernah lelah mengantar penulis selama ini

15. Dan untuk semua orang yang mencintai dan penulis cintai yang tidak dapat di sebutkan satu persatu

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2016 Penulis,


(14)

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

COVER DALAM ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

LEMBAR PERNYATAAN ... vii

RIWAYAT HIDUP... viii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

SANWANCANA... xi

DAFTAR ISI... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Permasalahan ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Pengertian Guru ... 13


(15)

2.3.2 Faktor Ekonomi... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1 Tipe Penelitian ... 26

3.2 Fokus Penelitian ... 28

3.3 Penentuan Informan ... 29

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 30

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 31

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33

4.1 Gambaran Umum Kabupaten ... 33

4.1.1 Geografis ... 33

4.1.2 Sejarah Singkat Lampung Selatan ... 34

4.2 Profil Kecamatan Penengahan ... 39

4.2.1 Geografi ... 39

4.2.2 Pemerintahan ... ... 40

4.2.3 Penduduk ... ... 43

4.2.4 Pendidikan... ... 46

4.2.5 Kesehatan ... ... 48

4.2.6 Pertanian ... ... 50

4.2.7 Industri ... ... 51

4.2.8 Keuangan ... ... 52

4.2.9 Transportasi ... ... 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

5.1 Profil dan Hasil Wawancara... 56

5.1.1 Informan Yang Tidak Memiliki Lahan ... 56


(16)

5.2.2 Alasan Guru Honor Bertahan ... 73

5.2.3 Strategi yang dilakukan kelompok Guru Honor Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya... 83

BAB VI PENUTUP ... 95

5.1 Kesimpulan . ... 95

5.2 Saran... 96


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan wadah bagi para peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran dan pengembangan pengetahuan juga keterampilan. Dunia pendidikan tidak hanya melibatkan peserta didik, tetapi juga melibatkan pendidik yang kemudian terjadi interaksi di antara keduanya. Interaksi tersebut meliputi proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik atau guru dan peserta didik atau siswa, dalam suatu konteks tertentu.

Guru merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab besar, karena memiliki tuntutan tidak tertulis berupa menjadikan siswa didiknya berhasil dalam bidang akademik maupun nonakademik, dan menjadi suri tauladan bagi masyarakat pada umumnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar. Dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, "guru adalah pendidik profesional dengan, tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah". (http://hafismuaddab, wordpress.com/, diakses 25 April 2012)


(18)

Sebagaimana diungkapkan di atas, guru sebagai pendidik merupakan figur yang hendaknya dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan, guru juga menanamkan nilai-nilai kepada siswa dalam rangka mengembangkan potensi diri dan pembetukan kepribadian para siswa. Secara disadari atau tidak, perilaku guru dalam keseharian akan diamati oleh siswa-siswanya, yang bukan tidak mungkin akan ditirunya juga pada suatu saat. Profesi sebagai guru merupakan suatu pilihan hidup seseorang. Upaya guru dalam mendidik, membrmbing, mengajar serta melatih siswa didik bukanlah hal yang mudah, karena di balik profesi itu dibutuhkan keseriusan, pengalaman, serta sikap profesional. Guru perlu mengorganisasikan materi yang tercakup dalam pokok pembelajaran sehingga dapat menjadi materi yang mudah dipahami oleh siswa didiknya. Dengan demikian, untuk dapat menjadi seorang guru dibutuhkan kemampuan dan kompetensi, kesediaan berkorban, serta sabar dan berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya.

Di Indonesia, ada guru yang berstatus honorer. Berbeda dengan guru tetap yang telah memiliki status minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan telah ditugaskan di sekolah tertentu sebagai instansi induknya dengan kewenangan khusus yang bersifat menetap, guru honorer berstatus tidak tetap atau belum CPNS, dengan sistem honorarium berdasarkan jumlah jam mengajar perhari. Tidak jarang para guru honorer memperoleh honor secara tidak rutin, dengan besaran yang cenderung di bawah Upah Minimum Regional (UMR). (id.wikipedia.org/wiki/ Guru, diakses 30 April 2012).


(19)

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi para guru honorer ini tetap bertahan dengan pekerjaannya. Alasan yang paling utama adalah besarnya harapan bahwa suatu saat kelak guru honorer ini dapat diangkat menjadi CPNS melalui jalur honorer, atau menunggu peluang untuk mengikuti dan lulus tes CPNS melalui formasi umum yang diselenggarakan pihak pemerintah.

Telah banyak cerita memilukan tentang 'nasib' para guru honorer di negeri ini, terutama guru honorer yang memperoleh penempatan di daerah terpencil. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya tidak jarang yang menjadi 'pengojeg' atau melakukan pekerjaan serabutan di luar jam mengajar. Padalial sebagai seorang pendidik, guru honorer memiliki beban rugas.dan tanggung jawab.yang sama berataya dengan guru tetap.

Sudah menjadi rahasia umum apabila guru honorer memang menghadapi kenyataan yang rnernrihatinkan. Dimulai dari tingkat penghasilan yang tidak menenfu, atau kalaupun memperoleh penghasilan namun sangat jauh di bawah standar kewajaran. Para guru honorer sama sekali tidak memperoleh tunjangan-tunjangan yang disediakan oleh pemerintah sebagaimana yang diterima oleh para guru tetap. Guru honorer memang cenderung terabaikan, padahal sebagai manusia biasa guru honorer tentu saja perlu memikirkan kebutuhan hidupnya, kecukupannya secara ekonomi, kesejahteraan pribadi dan keluarga. Dengan demikian guru honorer dapat menjalani kehidupan dengan wajar karena pada akhimya kesejahteraan itu akan berujung pada optimalisasi kinerja terkait dengan-profesinya sebagai pendidik karena tidak lagi dihantui oleh keterbatasan-keterbatasan akibat penghasilan yang tidak menentu.


(20)

Berdasarkan lingkungan kerjanya, para guru honorer dipekerjakan di sekolah-sekolah, bergabung dengan guru PNS. Apabila dilihat berdasarkan beban tugasnya, guru honorer seringkali diberi beban tugas lain di luar beban mengajar, misalnya diberi tugas administrasi yang seharusnya dikerjakan oleh tata usaha sekolah, atau menggantikan guru tetap yang berhaiangan mengajar. Beban tugas tambahan ini tidak dapat ditolak karena memersepsi sebagai guru honorer harus bersedia memberikan kontribusi positif bagi operasionalisasi sekolah.

Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, guru honorer sangat berharap suatu saat dapat diangkat sebagai PNS, karena sebagai PNS akan menjamin diraihnya kesejahteraan dan penerimaan hak-haknya secara penuh. Selain itu ada semacam reward secara sosial, yaitu menjadi guru PNS lebih terpandang di mata masyarakat. Berdasarkan gambaran keadaan di atas, para guru honorer membentuk suatu wadah yang dinamakan Asosiasi Guru Honor Indonesia (AGHI). Latar belakang dibentuknya AGHI dipicu oleh kurangnya persatuan dan kesatuan guru honorer dalam memperoleh informasi mengenai peraturan, jadwal, dan proses yang harus dilalui oleh guru honorer saat ingin memroses status sebagai PNS. AGHI dipandang dapat mempermudah tersebarnya informasi yang diperlukan kepada guru-guru honorer. Visi dan misi AGHI ini adalah mempererat silaturahmi antar semua guru honorer di Campang dengan cita-cita utama yaitu diangkatnya guru-guru honorer menjadi PNS. Anggota AGHI di Campang ada yang bekerja di sekolah swasta dan sekolah negeri, yang terdiri atas para guru honorer di TK, SD, SMP dan SMA di Kota Campang. Anggota AGHI yang dapat diangkat menjadi PNS yaitu guru honorer yang bekerja di sekolah negeri, sedangkan yang bekerja di sekolah swasta tidak dapat diangkat menjadi PNS.


(21)

Dalam pengabdiannya sebagai pengajar dan tergabungnya guru honorer dalam AGHI Campang, harapan utamanya tidak lain adalah untuk memperoleh pengakuan dari pihak pemerintah yaitu diangkat sebagai PNS. Selain itu selama guru honorer ini masih berstatus honorer, berharap agar asosiasi tempatnya bernaung ini dapat memperjuangkan besarnya penghasilan agar tidak berada di bawah standar UMR. Untuk mendapatkan status sebagai PNS, guru honorer harus menjaiani serangkaian tahap sebagai prasyarat dan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Sebelum menjadi PNS, guru honorer yang dianggap telah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan sesuai peraturan Menpan nomor 5 tahun 2010 dapat mengajukan diri untuk mengikuti tes CPNS. Bagi yang lulus, berstatus CPNS.

Setelah berstatus CPNS, tahap selanjutnya untuk menjadi PNS harus memenuhi beberapa persyaratan dan menjaiani masa percobaan dalam waktu sekurang-kurangnya satu tahun. Persyaratan yang harus dijalani ditentukan oleh dinas pendidikan kota bersangkutan yang kemudian disampaikan pada sekolah-sekolah untuk memberikan tugas-tugas kepada guru CPNS yang dipekeijakan di sekolah masing-masing. Jika berhasil memenuhi seluruh persyaratan dan mampu menjalankan tugas-tugas yang diberikan dengan baik dalam selama satu tahun, kepala sekolah akan mengajukan kepada Dinas Pendidikan setempat untuk pengangkatan sebagai PNS. Selain itu, adanya batasan usia dan masa kerja yang ditentukan oleh pemerintah menjadi syarat bagi guru honorer yang akan diangkat menjadi PNS. Hal ini juga merupakan salah satu masalah yang dialami oleh guru honorer karena setelah bertahun-tahun mengabdi tetapi tidak kunjung mendapat pengakuan status sebagai PNS. Pengangkatan guru honorer didasarkan pada usia paling tinggi 46 tahun dan mempunyai masa kerja 20


(22)

tahun atau lebih secara terus menerus (PP no.8 tahun 2005). Semakin bertambahnya usia dan masa kerja yang dijalani, maka semakin kecil peluang bagi guru honorer untuk diangkat sebagai PNS. Dalam pelaksanaannya, terdapat guru honorer yang sudah memenuhi syarat tetapi masih tetap hanya diperbolehkan berdasarkan Surat Keputusan dari kepala sekolah dari sekolah yang menerima guru honorer tersebut. Bergabungnya para guru honorer ke dalam AGHI Campang sekaligus mencerminkan wujud perjuangan guru honorer agar mendapatkan pengakuan dari pemenntah. Dalam kenyataannya, banyak di antara guru honorer yang sudah memenuhi semua persyaratan namun belum juga dapat diangkat menjadi PNS padahal sudah mengabdi selama bertahun-tahun.

Dari hasil survei dengan cara FGD (Focussed Group Discussion) yang melibatkan 10 orang guru honorer anggota AGHI, diperoleh pelbagai gambaran tentang keadaan guru honorer. Diawali dengan gambaran mengenai alasan guru honorer memilih profesi guru, karena ingin melakukan pengabdian dalam bentuk pengamalan ilmu kepada peserta didik. Alasan lainnya karena panggilan hati, desakan orangtua, berlatarbelakang keluarga yang kebanyakan berprofesi sebagai guru, memiliki ijasah ilmu kependidikan, mengisi waktu luang (bagi guru wanita), serta bekerja berdasarkan amanat yang terdapat dalam PP 48/2003 jo PP 43/2007 bahwa semua guru bantu atau guru honorer akan diangkat menjadi CPNS.

Pertanyaan yang terkait dengan alasan para guru honorer tetap mempertahankan statusnya, diperoleh jawaban karena terdorong untuk mempertahankan predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa mengingat guru merupakan profesi yang mulia. Selain itu, ada kecenderungan beberapa di antaranya mengutamakan statusnya


(23)

sebagai guru sekalipun keuntungan flnansialnya tidak sepadan karena faktor usia yang sudah tidak layak dan tidak dapat bekerja di tempat lain selain sebagai guru.

Pertanyaan tentang perasaan yang dihayati sebagai guru honorer, diperoleh jawaban bahwa secara umum para guru honorer merasa diperlakukan tidak adil oleh pihak sekolah ataupun peraturan pemerintah padahal dalam menunaikan kewajibannya sebagai pengajar para guru honorer memiliki loyalitas yang bisa dikatakan lebih tinggi bila dibandingkan gura PNS. Guru honorer menilai banyak hak-haknya yang dibatasi, seperti tidak dapat memegang jabatan penting. Para guru honorer juga terkadang merasa diperlakukan secara tidak adil karena pada kenyataannya masih sering terjadi ada guru yang langsung diangkat sebagai PNS padahal belum lama menyelesaikan pendidikannya, sementara guru honorer yang sudah bertahun-tahun mengabdi tetapi statusnya tidak kunjung berubah. Selain itu para guru honorer sering merasa dirugikan dengan adanya peraturan pemerintah yang berubah-ubah, misalnya saat ganti kabinet maka kebijakan pun diganti dan para guru honorer haws kembali memeijuangkan statusnya dari titik yang paling awal. Padahal.di sisi lain, guru honorer merasa bangga karena memiliki kesempatan untuk menjalankan tugas mulia sebagai pendidik.

Selama menjalankan pekerjaannya, para guru honorer memiliki banyak pengalaman posiuf dan pengalaman negatif. Pengalaman positif antara lain merasa berharga di mata masyarakat karena profesi guru masih dipandang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dengan tugas mulia, sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tidak membedakan status antara guru honorer atau guru tetap sehingga sering juga memosisikan guru honorer sebagai figur yang dihormati.


(24)

Relasi antar guru honorer yang dekat dan kekeluargaan satu sama lain dirasakan sebagai pengalaman positif oleh para guru honorer.

Di pihak lain, ditemukan juga adanya hal-hal yang dihayati sebagai pengalaman yang kurang menyenangkan oleh para guru honorer. Misalnya tidak mendapat jaminan sosial dan tunjangan struktural karena tidak memiliki payung hukum yang jelas untuk melindungi kesejahteraan guru honorer. Para guru honorer tidak mendapat asuransi kesehatan sebagaimana yang didapatkan oleh setiap PNS. Jika para guru honorer mengalami gangguan kesehatan, maka harus membiayainya sendiri padahal kondisi keuangan terbatas, tidak jarang pula ada di antara guru honorer yang terpaksa harus meminjam uang kepada rentenir untuk memenuhi kebutuhan mendesak karena mengalami kesulitan terkait persyaratan jika ingjn meminjam uang kepada bank atau koperasi. Para guru honorer juga tidak mendapatkan tunjangan-tunjangan kesejahteraan lainnya (berbeda dengan guru PNS). Selain itu, para guru honorer mengalami kesulitan negosiasi jika ada anaknya yang akan memasuki jenjang pendidikan SMP atau SMA karena guru honorer tidak memiliki NIK (Nomor Induk Kepegawaian), sedangkan guru PNS lebih mudah dalam hal tersebut.

Tugas-tugas yang dijalani oleh para guru honorer sesungguhnya tidak berbeda dengan tugas-tugas guru PNS, bahkan terkadang berlebih. Tugas mengajar dilaksanakan sejak pukul 07.00 hingga pukul 14.00 namun terkadang masih harus mengerjakan tugas di luar jam kerja itu. Para guru honorer diperlakukan sebagai guru cadangan untuk menggantikan tugas guru tetap yang berhalangan mengajar. Tugas 'tambahan' itu sesungguhnya tidak dapat ditolak untuk menghindari sanksi


(25)

dari pihak kepala sekolah, misalnya secara sepihak memutuskan hubungan kerja guru honorer tersebut. Hal tersebut dirasakan sebagai kelebihan juga kekurangan oleh para guru honorer karena dapat menjalankan semua tugas yang diberikan oleh sekolah dengan baik walaupun tidak sesuai dengan tugas yang seharusnya dikerjakan.

Pengalaman-pengalaman apa pun dari para guru honorer tidak dengan serta-merta memengaruhi standar kualitas pembelajaran yang ditugaskan kepadanya karena semua yang dijalani merupakan kewajiban sebagai guru sehingga harus mau menjalani semuanya dengan ikhlas dan sabar sambil berjuang menghidupi keluarga. Para guru honorer juga menganggap tugas-tugas yang dijalankan sebagai guru merupakan amal ibadah.Harapan utama yang dimiliki oleh para guru honorer untuk ke depan adalah memperoleh hak-haknya atas tugas-tugas yang telah dijalani sekian lama, berupa pengangkatan dari status guru honorer menjadi guru PNS. Meskipun para guru honorer masih dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan melakukan berbagai cara tetapi tetap berpengharapan besar bahwa suatu saat kelak akan dapat mengubah tingkat kesejahteraan hidup dan penghasilan.

Sesungguhnya, para guru honorer memiliki kepuasan batiniah karena melalui profesinya sebagai guru dirinya dapat memberikan ilmu kepada peserta didik. Sumber ketidakpuasannya adalah merasa tidak kunjung memperoleh penghargaan yang sepadan setelah sekian lama berkorban dan menunggu berubahnya kesejahteraan secara menyeluruh. Pada kenyataannya para guru honorer memeroleh honor jauh di bawah standar upah minirnun selain terkadang honor itu tidak diterimakan setiap bulan, misalnya baru menerima honor setelah tiga bulan


(26)

menjaJankan tugas. Untuk menanggulangi kebutuhan hidup maka para guru honorer hams meminjam uang ke berbagai tempat. Jalan ke luar yang ditempuh cleh para guru honorer dalam menyikapi ketidakpuasan tersebut yaitu dengan mencari pekerjaan sampingan misalnya memberi les privat atau berjualan, seraya juga dengan tulus ikhlas dan mensyukuri semua yang dijalani rneskipun banyak tekanan dan desakan kebutuhan hidup.Para guru honorer memiliki satu tujuan yang sama yaitu berharap mendapatkan status sebagai guru PNS. Rencananya, para honorer yang tergabung dalam AGHI ini adalah terus-menerus meperjuangkan payung hukum dan menekan pemerintah untuk memerhatikan nasib guru honorer.

Keadaan-keadaan para guru honorer sebagai mana dipaparkan di atas dapat berdampak pada munculnya ketidaknyamanan dan memengaruhi penghayatan terhadap kehidupannya dalam menjalani peran sebagai guru honorer. Menurut Carol RyfF (1989), bagaimana seseorang memandang kualitas kehidupannya serta mengevaluasi dirinya sendiri disebut sebagai psychological well-being atau kesejahteraan psikologis. Usaha para guru honorer agar mendapat pengakuan dari lebih berdasarkan pada penggimiran yang sewenang-wenang di daerah X Nanasan dan pemaksaan penanaman lanaman Akasia pada lahan yang sedang dilanami produksi petani. Sehingga petani melakukan perlawanan kepada pihak yang terlibat dalam isu konflik tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti kehidupan keluarga guru honorer. Adapun perumusan masalahnya adalah:


(27)

2. Apasaja usaha-usaha strategi keberlangsungan hidup

3. Apasaja faktor-faktor yang menyebabkan masih bertahan guru honorer sebagai profesi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat kesejahteraan keluarga guru honorer 2. Untuk mengetahui apasaja usaha-usaha strategi keberlangsungan hidup

3. Untuk mengetahui apasaja faktor-faktor yang menyebabkan masih bertahan guru honorer sebagai profesi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi bagi sosiologi pendidikan mengenai kesejahteraan pada guru honorer di Asosiasi Guru Honor Indonesia.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai kesejahteraan, khususnya pada guru honorer di Asosiasi Guru Honor Indonesia.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi mengenai kesejahteraan pada guru honorer di Asosiasi Guru Honor Indonesia agar dapat mengevaluasi, introspeksi dan melakukan pengembangan diri pada dimensi kesejahteraan yang masih perlu ditingkatkan. 2. Memberikan informasi kepada pengurus AGHI mengenai kesejahteraan guru


(28)

honorer untuk menjadi pertimbangan dalam upaya memberi dukungan kepada anggota AGHI tersebut sehingga dapat menmgkatkan kesejahteraan guru honorer terutama pada dimensi yang masih kurang.

3. Membenkan informasi kepada pengurus AGHI mengenai kesejahteraan pstieetegts guru honorer sebagai pertimbangan untuk mengadakan lebih banyak kegiatan positif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan guru honorer terutama pada dimensi yang masih kurang.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Guru

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat (1) dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selanjutnya penyelenggaraan pendidikan pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa penyelenggara pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal.

Menurut pendapat Asef Umar Fakhruddin, guru dijabarkan sebagai sebuah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan ( Asef Umar Fakhruddin, 2009 : 43 ). Sedangkan menurut pendapat Imam Musbikin dalam


(30)

bukunya yang mengutip pendapat Ramayulis, seorang guru adalah pendidik yaitu orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing (Imam Musbikin, 2010 : 25).Secara kualitas, kita masih kekurangan guru yang betul-betul berkualitas tinggi sesuai standar baik profesional, fungsional maupun kompetensional. Kualitas guru yang dirasakan sangat kurang atau masih rendah ini, terutama bila dihubungkan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan masyarakat. Menurut D.E.H Tigelaarand J.Van Tartwijk berpendapat bahwa

In the last few decades, teacher evaluation, and also the evaluation of prospective teachers, has developed from paper-and-pencil tests or standardized observations into assessment that is aimed at gaining a comprehensive picture of that the development of teachers' knowledge and performance. Examples of this new type of assessment are peer assessment, self-assessment, simulations, and portfolios. The assessment of prospective teachers is often learning-oriented in the sense that much emphasis is put on learning elements such as efficient feedback (D.E.H Tigelaar and J.Van Tartwijk, 2010 : Vol.28, No.5).

Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa evaluasi bagi guru dancalon guru telah berkembang ke arah standar observasi yang ditujukanuntuk mengetahui gambaran secara komprehensif tentang perkembanganpengetahuan guru dalam mendidik. Sedangkan menurut pendapat W.Robinson and J.Campbell :

The evaluation of teacher quality functions to increase educational efficiency, support career development, and contribute to school effectiveness. Attempts to generate policy linkages between teacher evaluation, teacher effectiveness research, and school improvement are outlined, drawing attention to substantive


(31)

differences between national systems. Tensions between professional autonomy and teacher evaluation are illustrated, and the role of formally established professional competency standards is explored. A typology of teacher evaluation is proposed. Problematic issues and suggestions for further research are identified (W. Robinson and J. Campbell, 2010 : Vol. 30, No.

2.2 Strategi Bertahan Hidup

Dalam kehidupan manusia akan mengalami tahapan-tahapan perkembangan tertentu. Di setiap tahap perkembangan setiap orang memiliki tugas tersendiri. Tahap perkembangan dimulai dan masa konsepsi, kemudian kelahiran, anak-anak, remaja dewasa hingga akhir hayatnya. Kajian yang akan diteliti kali ini adalah guru honorer yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal yang memiliki rentang usia antara 20-40 tahun (Santrock, 2004). Salah satu tugas perkembangan seseorang yang telah memasuki masa dewasa adalah memasuki dunia kerja dan karier. Seseorang mulai mengeksplorasi kemungkinan karier yang ada dan harus siap untuk menentukan kaner yang tepat bagi dirinya. Setelah menemukan karier yang tepat, seseorang berusaha dan bekerja keras untuk membangun dan bergerak menaiki tangga karier serta meningkatkan posisi keuangan. Demikian pula guru honorer di Asosiasi Guru Honor Indonesia (AGHI) kota Campang menentukan pilihan untuk bekerja sebagai guru karena merasa profesi sebagai guru tepat bagi dinnya.

Menurut Simon, Fisher (2001) bahwa strategi adalah serangkaian langkah yang saling terkait secara logis ke arah seluruh tujuan Anda, yang dapat Anda uji dan ubah sesuai dengan perkembangan situasinya. Teori di perjelas oleh Harry Waluyo


(32)

(1994) bahwa strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung dari kriteria yang digunakan. Sedangkan taktik adalah pilihan-pilihan yang dimiliki dalam mengimplementasikan sebuah strategi. Pilihan-pilihan ini akan bekerja atau tidak bekerja tergantung dari kriteria yang digunakan dan pilihan-pilihan tersebut adalah yang berlangsung lama, tidak mudah diubah dan mencakup situasi yang sangat terstuktur. Keberadaan strategi tidak untuk mendikte tujuan, sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi oleh peluang yang tersedia.

Strategi memperhatikan hubungan antara pelaku (orang yang melakukan tindakan) dengan dunia luar. Strategi menyebutkan satu persatu hubungan penyebab dan hasil antara apa yang dilakukan pelaku dan bagaimana dunia luar menanggapinya. Menurut Anharudin (2006) bahwa strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang diinginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisa stratejik tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti.

Keputusan strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi. Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang potensial. Keputusan strategik harus dapat mencapai tujuannya. Strategi diartikan sebagai petunjuk umum dimana suatu organisasi merencanakan untuk mencapai tujuannya. Menurut Harry Waluyo (1994:43) beberapa macam strategi yang perlu dilakukan adalah strategi aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah-tamah dan strategi ketenangan. Akan tetapi beberapa strategi yang dipaparkan tersebut diatas merupakan strategi penunjang kehidupan keluarga honorer, karena ada beberapa strategi yang lebih utama


(33)

diantaranya adalah strategi pangan/konsumsi, strategi pekerjaan/pendapatan, strategi tempat tinggal dan strategi untuk kesehatan serta pendidikan anak-anak.

Tidak semua guru honorer memiliki aset (harta) kekayaan yang mampu dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan hidup individu beserta keluarganya. Apalagi biasanya sifat kekeluargaan di dalam kehidupan masyarakat sangat kuat. Permasalahan utama yang dialami oleh guru honorer yaitu kepemilikan tanah yang tidak bebas. Sehingga butuh strategi bertahan hidup yang harus diatur sedemikian rupa karena walaupun keluarga honorer memiliki lahan garapan akan tetapi mereka tidak merasa bebas untuk mengelolanya. Berikut adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh keluarga honorer yang diungkapkan oleh Jan Breman (1986:54) tentang:

Pemegang hak milik tetap sipenggarap namun dalam nama belaka. Tak ada pada mereka kemungkinan untuk menggarap tanah mereka dengan bebas. Penciutan basis kehidupan itu memaksa kaum tani semakin berada dalam kedudukan bertahan. Agar supaya tetap bisa mempertahankan hidup mereka terpaksa meminjam uang, dan sebagai jaminan untuk pinjamannya itu mereka harus menyerahkan untuk sementara tanahnya sampai beberapa lama kemudian. Maka mulailah gerak garis spiral menurun dari kemiskinan, kelibatan hutang dan terus kehilangan hak tanah.

Lebih khusus Parsons dalam Sriati (2005: 4) agar dapat bertahan dan berkembang suatu masyarakat harus mempunyai empat perangkat atau subsistem fungsional tertentu, yaitu: (1) Adaptasi (A), (2) Goal Attainment (G), (3) Integrasi (I), dan (4) Lantency (L). Pada sistem sosial empat subsistem tersebut (A-G-I-L) diemban oleh


(34)

institusi-institusi sosial. Subsistem pencapaian tujuan diemban oleh institusi hukum dan kontrol sosial serta sistem pemeliharaan pola dijalankan oleh institusi pendidikan, agama dan keluarga. Melalui identifikasi persyaratan fungsional sistem sosial tersebut. maka sistem pengembangan pertanian dapat diidentifikasi dengan kerangka A-G-I-L sebagai berikut:

1. Subsistem Adaptasi diemban oleh lembaga ekonomi desa (lembaga agribisnis) 2. Subsistem pencapaian tujuan (Goal) diemban oleh pemerintah (aparat

pertanian)

3. Subsistem integrasi diemban oleh petani (proses produksi, lembaga usaha tani) 4. Subsistem pemeliharaan pola (Latency) diemban oleh lembaga pendidikan

Strategi yang dilakukan selain melihat dari subsistem fungsional, yang perlu diperbaiki adalah basis-basis kelompok masyarakat pada setiap areal dengan pertimbangan bahwa kelompok itu timbul atas keinginan dan kebutuhan dari dalam masyarakat sendiri, komunikasi antar anggota dalam satu kelompok akan menjadi lebih lancar pula. Kelompok guru honorer perlu merencanakan dan mentargetkan konsumsi pangan seperti yang dijelaskan oleh Bustanul Arifin (2001: 51) bahwa ketersediaan dan kecukupan pangan juga mencakup kuantitas dan kualitas bahan pangan agar setiap individu dapat terpenuhi, standar kebutuhan kalori dan energi untuk menjalankan aktivitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Pada kondisi yang lain, seseorang juga memiliki strategi seperti yang disampaikan oleh Fokkins (1902-1903, 1:52) dalam Jan, Breman (1986):

Hampir menjadi kebiasaan di mana-mana untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga honorer memang bayak cara yang dilakukan. Selain dengan cara pola


(35)

penghematan, dan cara pengolahannya. Keluarga honorer juga memiliki strategi yang umum dilakukan oleh orang yang dalam keadaan "kekurangan" termasuk masyarakat perkotaan yang modern sekalipun. Strategi yang dimaksud pada kalimat diatas adalah "berhutang", hutang yang berbentuk uang, biasanya dilakukan dalam menghadapi masalah serius. misalnya untuk keperluan sekolah anak, ketika anak-anak sekolah hendak ujian; ataupun pada saat "bagi lapor" atau kondisi sedang sakit.

Biasanya guru honorer jka menjalani kekurangan melakukan hutang dengan tetangga maupun dengan saudaranya yang kaya disekitar itu maka untuk itu harus mampu melakukan hubungan secara vertikal maupun secara horizontal. Hubungan yang dilakukan vertikal yaitu hubungan baik yang dilakukan dengan keluarga kaya ataupun yang mempunyai kedudukan lebih tinggi didaerah tersebut. Adanya hubungan yang baik antara keduanya akan dapat percaya meminjamkan atau memberikan bantuan kepada guru honorer yang dimaksudkan. Sedangkan untuk hubungan horizontal adalah hubungan yang dilakukan sesama anggota masyarakat yang mempunyai kedudukan dan status sama. Hubungan baik yang telah terjalin akan menciptakan rasa solidaritas yang tinggi sesama keluarga honorer yang dalam satu kawasan konflik. Setidaknya saling merasakan senasip dan seperjuangan.

Strategi bertahan hidup dilakukan oleh keluarga honorer ketika dirasa pada kondisi yang miskin, maka bersedia bekerja apasaja. Sri Budiyati (nttp://www.smeru.or.id/newslet/20061lfield3.html) mengatakan bahwa:

bekerja "serabutan" atau "mengambil upahan" dilakukan sekedar untuk bertahan hidup. Konsekuensinya, penghasilan mereka juga tidak tetap. Umumnya upah yang


(36)

mereka terima hanya cukup untuk uang makan keluarga hari itu, atau kadang-kadang habis untuk membayar hutang. Ketidakpastian ini memaksa mereka setiap saat harus memikirkan cara agar dapat memperoleh pekerjaan.

Menurut Kusnadi (2000) bekerja serabutan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bekerja apa saja dan siapa saja yang bisa mengerjakannya. Artinya seluruh anggota keluarga memiliki tanggungjawab untuk dapat berusaha mencari penghasilan untuk keperluan makan.

Tanggungjawab yang dimaksud adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh kaum istri misalnya menanam beberapa jenis sayur di pekarangan rumah, sehingga ketika tidak ada sayur untuk dimasak maka sesekali dapat memetik hasil tanaman tersebut. Walaupun tanaman itu tidak banyak, setidaknya dapat memenuhi kebutuhan sayur untuk sehari atau dua hari. Tanaman itu biasanya sengaja ditanam, dan ada juga yang tumbuh dengan sendirinya kemudian dipelihara hingga tumbuh besar.

Bekerja serabutan merupakan bentuk diversifikasi usaha atau alih usaha yang dilakukan guru honorer. Diversifikasi usaha yang dilakukan adalah usaha lain di luar kegiatan cocok tanam. Walaupun mereka memiliki lahan garapan sendiri, keluarga honorer beserta keluarganya mencari pekerjaan lain. Karena waktu tunggu panen bagi keluarga honorer seusai musim tanam culcup lama, tergantung jenis tanaman yang ditanam. Diversifikasi usaha yang dimaksud contohnya berdagang dipasar atau mengumpulkan kayu bakar dan dijual kepasar. Strategi diversifikasi usaha membantu mencukupi kebutuhan harian keluarga guru honorer sampai dengan waktu panen tiba.


(37)

Bagi guru honorer yang berada di kawasan konflik, bentuk strategi bertahan hidup yang dilakukan yaitu mengadakan perlawanan kepada pihak pemerintah ataupun perusahaan yang terlibat dalam konflik tersebut. Bentuk perlawanan yang dilakukan dapat bersifat terbuka dan sembunyi-sembunyi. Secara terbuka bentuk perlawanan yang dilakukan yaitu berupa aksi protes secara langsung. Aksi protes ini dilakukan dengan cara bersama-sama secara terencana. Sedangkan perlawanan secara sembunyi-sembunyi misalnya penebangan ranting-ranting kayu hutan untuk dijadikan kayu bakar. Penebangan kayu hutan tersebut dapat juga dibuat bahan dasar membangun tempat tinggal atau dijual untuk memperoleh pendapatan.

Pada saat kondisi guru honorer dalam syarat minimum, ketika tidak memiliki alternatif lain untuk bertahan hidup, maka dapat saja menjual aset atau harta yang mereka miliki untuk mencukupi kebutuhan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh John MacDougall bahwa ada beberapa cara atau upaya strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan yaitu menjual aset seperti sepeda motor, sepeda, emas dan lainnya atau aset investasi seperti sawah. Sehingga, jika sawah yang mereka miliki terjual maka akan mengakibatkan kemiskinan secara struktur. Karena terjualnya lahan atau sawah yang mereka miliki, berarti hilangnya modal sebagai mata pencaharian mereka dan kemudian menjadi tenaga buruh. (Soerjono Soekanto, 2001: 237)

Strategi-strategi yang dilakukan tersebut diatas dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar, yaitu sandang, pangan dan papan. Kebutuhan sandang atau pakaian terpenuhi karena adanya momen tertentu seperti hari raya, dan atau ketika ada saudara dekat yang melakukan hajatan/syukuran besar.


(38)

2.3 Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman, sentausa, makmur, selamat, terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985). Selanjutnya dalam kamus tersebut juga disebutkan bahwa kesejahteraan berarti keselamatan, keamanan, kemakmuran dan sebagainnya. Sehubungan dengan kesejahteraan keluarga bahwa faktor yang tampak berperan di dalam usaha untuk memanifestasikan terciptanya keluarga yang sejahtera, yaitu terciptannya suatu keadaan keluarga yang sehat, adanya stabilitas perekonomian keluarga dan terdapat hubungan yang harmonis dalam keluarga.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa istilah kesejahteraan menunjuk pada suatu keadaan yang aman, makmur, dan adanya pencapaian mutu hidup yang baik oleh setiap manusia dan keluarga dalam masyarakat dengan kondisi keluarga yang sehat, ekonomi keluarga baik dan adanya hubungan yang harmonis di dalam kehidupan keluarga.

2.3.1 Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan salah satu unsur penting di dalam terwujudnya kesejahteraan keluarga. Selain dari pada itu kesehatan diperlukan sebagai modal utama oleh setiap individu agar dapat berkarya secara maksimal dalam mencapai keluarga sejahtera. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia agar dapat menjalani hidup secara wajar di dunia ini. Kesehatan adalah modal utama kehidupan manusia (kanwil Depkes Lampung, 2010).


(39)

meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial. Bukan hanya keadaan yang "bebas dari penyakit atau cacat dan kelemahan. WHO sendiri memberikan pernyataan konsep kesehatan adalah Keadaan yang prima meliputi tidak hanya fisik, mental ataupun sosialnya, melainkan diartikan bebas dari penyakit atau cacat (dr. Slamet Riyadi; 1982, 84). Dengan demikian yang dimaksud dengan kesehatan adalah selain kesehatan badan atau fisik juga adanya kesehatan mental dan sosial yang kesemuanya menyangkut kesehatan jasmani dan rohani.

Sehubungan dengan pernyataan diatas, peneliti membatasi pada kondisi kesehatan jasmani saja dalam penelitian ini. Kondisi kesehatan jasmani itu meliputi hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan keluarga pada lingkungan yang bersih dan teratur baik di dalam rumah maupun diluar rumah, serta berkaitan dengan kondisi pribadi anggota keluarga. Di samping itu pola konsumsi makanan yang bergizi juga merupakan hal penting memelihara kesehatan badan atau fisik keluarga. Scbenarnya, faktor kesehatan keluarga banyak di tentukan oleh peranan wanita sebagai ibu rumah tangga. Sebab ibu rumah tanggalah yang cenderung mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan cara - cara pemeliharaan kehidupan yang sehat, bersih dan teratur untuk diterapkan dalam kehidupan keluarga demi terciptanya keluarga yang sehat baik jasmani maupunan rohani. Meskipun ibu rumah tangga sibuk dengan pekerjaannya, ia tetap dapat memperhatikan hal - hal yang berkaitan dengan keluarganya. Memang peran ibu yang sangat menentukan dalam mengendalikan kesehatan keluarga, disamping itu harus memahami akan tujuan keluarga yang sehat, dan sejahtera itu merupakan tugas dan tanggung jawab bersama antara istri, suami dan anggota keluarga.


(40)

2.3.2 Faktor Ekonomi

Kestabilan ekonomipun merupakan faktor yang ikut menentukan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Adanya faktor kesehatan saja tanpa ditunjang oleh perekonomian keluarga yang baik, sulit untuk mencapai suatu tingkat keluarga yang sejahtera. Keadaan ekonomi keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok baik sandang, pangan, maupun papan dapat mengakibatkan timbulnya ketidakserasian dalam hubungan keluarga, sehingga sulit untuk merasakan kebahagiaan karena selalu diliputi perasaan gelisah, tidak aman, bingung, tertekan, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Emil Salim menyatakan bahwa keadaan perekonomian keluarga yang sulit tidak jarang menimbulkan perselisihan antara suami istri dan anak, sehingga dapat mengakibatkan retaknya hubungan dalam kehidupan keluarga tersebut (Suud Muhamad, 2006: 23)

Sehubungan dengan upaya penstabilan perekonomian keluarga, maka kesempatan bagi istri untuk bekerja di luar rumah tangga untuk menambah pendapatan keluarga. Selain itu perlu pengaturan masalah keuangan rumah tangga, jangan sampai pemasukan lebih sedikit dari pada pengeluaran. Untuk menghindari terjadinya ketidakstabilan ekonomi keluarga bukan karena kurangnya pendapatan, tetapi kurang bijaksananya ibu rumah angga di dalam pengaturan keuangan rumah tangga. Ternyata masalah perekonomian keluarga merupakan unsur penting di dalam upaya menciptakan kesejahteraan keluarga, di samping unsur kesehatan dan keharmonisan hubungan di dalam keluarga. Kestabilan ekonomi keluarga di tentukan oleh jumlah pendapatan yang diterima oleh keluarga. Untuk itu keinginan ibu rumah tangga bekerja bertujuan turut meningkatkan dan menambah jumlah pendapatan keluarga.


(41)

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang turut menunjang keberadaan suatu keluarga dan dapat mengubah tingkat kehidupan suatu keluarga. Menurut Ensiklopedia umum yang dimaksud dengan pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atau lebih anggota keluarga dari hasil jerih payahnya. Selanjutnya pendapatan menurut Komaruddin adalah uang atau materi atau gabungan dari keduanya, yang timbul dari penggunaan faktor-faktor produksi patan pada hakekatnya merupakan balas jasa yang di korbankan, termasuk di dalamnya upah, gaji, sewa tanah, bunga modal, laba dan pensiun (Mulyanto Sumardi, 2001: 83).

Dengan demikian yang dimaksud dengan pendapatan adalah sejumlah uang atau materi lainnya yang diterima seseorang sebagai imbalan dari jasa yang telah diberikan, dan dapat berasal dari upah, gaji, sewa tanah, bunya modal, laba dan lain-lainnya.

Pendapatan dapat berupa pendapatan pokok dan pendapatan sampingan guna memenuhi dan menunjang kebutuhan hidup keluarga. Pendapatan pokok merupakan hasil suatu pekerjaan yang dilakukan secara tetap, sedangkan pendapatan sampingan merupakan hasil pekerjaan sambilan yang tidak menentu penerimaannya. Pendapatan yang cukup dapat memenuhi kebutuhan keluarga, dan akan dapat menunjang kestabilan ekonomi keluarga untuk mencapai keluarga yang sejahtera. Pendapatan keluarga, merupakan pendapatan suami, istri, dan lain-lain. Adapun salah satu tujuan ibu rumah tangga bekerja adalah untuk menambah jumlah pendapatan keluarga. Oleh karena pendapatan suami sering kali tidak mencukupi dan memenuhi semua kebutuhan pokok keluarga yang semakin meningkat.


(42)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, karena ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalahnya serta hasil yang akan dicapai. Menurut Jacob Vredenbregt (1980) bahwa tujuan utama dari penelitian deskriptif ialah melukiskan relitas sosial yang kompleks sedemikian rupa sehingga relevansi Sosiologis/Anthropologis tercapai, jadi penelitian deskriptif memanfaatkan maupun menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus pula berfungsi dalam mengadakan suatu klasifikasi mengenai gejala-gejala sosial yang dipersoalkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Dalam penelitian ini diungkapkan gambaran tentang kehidupan guru honorer. Menurut Hadari Nawawi (1983:31) penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (factfinding). Kemudian hasil penelitian ini ditekankan pada pemberian gambaran secara obyektif tentang-keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.


(43)

Dalam metode deskriptif yang digunakan pada penelitian ini, cara yang digunakan adalah dengar penelitian studi kasus (case studies). Sifat dari case study adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka "study kasus" dipelajari sebagai sutau keseluruhan yang terintegrasi (Jacob Vredenbregt, 1980:38). Hadari Nawawi (1983:72) menambahkan bahwa penelitian ini memusatkan diri secara intensif terhadap satu obyek tertentu, dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Soerjono Soekanto (1990:49) menguatkan bahwa tujuan dari studi kasus untuk mempelajari sedalam-dalamnya tentang salah satu gejala nyata yang ada dalam kehidupan masyarakat yang dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga maupun individu.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif, yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian. Dalam rangka mendapatkan data kualitatif ini, maka peneliti telah melakukan pemahaman makna (verstehen) seperti yang diungkapkan oleh Husaini Usman dan Puraomo Setiady Akbar (2004) bahwa metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Menurut Sumadi Suryabrata (2000:22) penelitian ini bertujuan mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Artinya peneliti terlibat sepenuhnya memahami alur kasus yang dijadikan sebagai data penelitian secara intensif.


(44)

3.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian sangat penting karena melalui fokus penelitian akan dapat membatasi studi yang akan diteliti. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Penerapan fokus penelitian berfungsi dalam memenuhi kriteria-kriteria, inklusi-inklusi, atau masukan-masukannya, menjelaskan data yang diperoleh di lapangan. Menurut Milles Mattew B dan A. Michael Huberman (1992:20) dengan adanya fokus penelitiaa, akan menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah.

Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah strategi yang dilakukan oleh guru honorer adalah sebagai berikut:

1. Sekitar sebagai guru honorer a. Lama menjadi guru honorer b. Alasan menjadi guru honorer c. Alasan bertahan jadi guru honorer d. Suka duka menjadi guru honorer 2. Tingkat kesejahteraan

a. Pendapatan dari guru honorer b. Pendapatan di luar honorer c. Pemilihan rumah tempat tinggal d. Kekayaan yang dimilikinya e. Besarnya pengeluaran


(45)

3. Strategi bertahan hidup

a. Menikmati pekerjaan saat ini

b. Strategi atau acara memenuhi kebutuhan 1) Diversifikasi usaha

2) Membangun hubungan secara horizontal 3) Membangun hubungan secara vertikal 4) Mendapatkan modal

5) Menjual barang yang dimiliki

3.3 Penentuan Informan

Informan merupakan "sumber data yang telah dihubungi atau dikontak oleh peneliti atau pengumpul data. Oleh karena kedudukan informan sangat sentral dalam penelitian kualitatif, maka pemilihannya menjadi sangat penting. Berdasarkan rincian tinjauan pustaka yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya maka kriteria yang digunakan untuk memilih informan penelitian ini adalah: 1. Mempunyai pengetahuan yang cukup luas mengenai masalah yang sedang

diteliti.

2. Informan merupakan guru honorer yang sudah berkeluarga

3. Informan merupakan guru honorer yang tidak mempunyai lahan garapan. 4. Informan bekerja dan menetap

5. informan yang mempunyai hak garapan ahan yang luas 6. informan yang mempunyai hak garapan yang sempit


(46)

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalai observasi dan wawancara, baik secara langsung atau tidak langsung dan dibantu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan usaha-usaha peningkatan pendapatan dan tingkat pengetahunn serta ketrampilan responden. Data primer ini juga didapat dari kuesioner yang diberikan kepada petani sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan menggunakan tehnik penelusuran kepustakaan, dan dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Data sekunder ini seeara garis besar dapat diperoleh melalui: 1. Penelusuran kepustakaan dan mesiperlajari literatur atau penelitian yang

berkaitan dengan usaha-usaha mengatasi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan penduduk.

2. Tehnik Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan melihat dan memperlajari data dari arsip, catatan, maupun agenda lainnya, dimana data tersebut berkaitan dengan topik dan masalah penelitian. Data yang akan dikumpulkan dari metode dokumentasi ini meliputi berbagai kebijaksanaan pemerintah yang telah dilaksanakan dalam pembangunan desa.

3. Tahnik observasi

Yaitu pengamatan langsung di lapangan untuk melihat dari dekat mengenai usaha-usaha yang telah dilaksanakan oleh pemerintah baik dalam bidang pendidikan, industri, yang kesemuanya itu dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat desa.


(47)

3.5 Teknik Pengolahan Data

Data diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Terhadap data yang bersifat kualitatif, yaitu digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Selanjutnya data, yang bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diprosos dengan beberapa cara antara lain: a. Dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh

persentase. Pencarian persentase dimaksudkan untuk mengetahui status yang dipersentasikan.

b. Dijumlahkan, diklasifikasikan sehingga merupakan suatu susunan urut data

(array) untuk selanjutnya dibuat tabel tunggal, atau yang akan diproses lebih lanjut lagi menjadi perhitungan pengambilan kesimpulan ataupun untuk keperluan visualisasi data.

Dengan demikian seeara garis benar pekerjaan analisis data meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing(pengecekan)

Pada tanap ini dilakukan pengeeekan terhadap data-data, yang telah terkumpul, apakah sudah benar dan lengkap sesuai dengan yang diharapkan. Bila ternyata belum benar dan belum lengkap maka akan dilakukan perbaikan dan melengkapi kekurangan tersebut.


(48)

2. Tabulasi

Setelah melalui tahap editing, maka langkah selanjutnya adalah tabulasi data. Data yang telah terkumpul dan diklasifikasikan menurut pokok bahasan masing-masing akan dimasukkan dalam bentuk tabel tunggal untuk kemudian dihitung dalam persentase.

3. Analisis Data

Data yang telah dibuat dalam tabel tersebut selanjutnya akan dianalisa secara kualitatif (Deskriptif analitis) yaitu dengan memberi gambaran terhadap data-data yang telah disusun dan menjelaskan dalara bentuk argumentasi yang mendukung. Langkah selanjutnya adalah melakukan gambaran yang jelas tentang usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dan sejauh mana mampu mengatasi masalah kemiskinan dan meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan.


(49)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran umum Kabupaten Lampung Selatan

Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung Ibu kota kabupaten ini terletak di KaliandaKabupaten Lampung Selatan adalah salah satu kabupaten di ProvinsiLampung. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kalianda. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.109,74 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 923.002 jiwa (LSDA 2007).

4.1.1 Geografis

Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 1050sampai dengan 1050450 Bujur Timur dan 50150 sampai dengan 60 Lintang Selatan. Mengingat letak yang demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah tropis.

Kabupaten Lampung Selatan bagian selatan meruncing dan mempunyai sebuah teluk besar yaitu Teluk Lampung.Di Teluk Lampung terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Panjang di mana kapal-kapal dalam dan luar negeri dapat merapat.Secara umum pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting bagi kegiatan ekonomi penduduk Lampung, terutama penduduk Lampung


(50)

Selatan.Pelabuhan ini sejak tahun 1982 termasuk dalam wilayah Kota Bandar Lampung.

Di bagian selatan wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang juga ujung Pulau Sumatera terdapat sebuah pelabuhan penyeberangan Bakauheni, yang merupakan tempat transito penduduk dari Pulau Jawa ke Sumatera dan sebaliknya.Dengan demikian Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera bagian selatan. Jarak antara Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) dengan Pelabuhan Merak (Provinsi Banten) kurang lebih 30 kilometer, dengan waktu tempuh kapal penyeberangan sekitar 1,5 jam. Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.109,74 km² (LSDA 2007), dengan kantor pusat pemerintahan di Kota Kalianda.

Saat ini Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah penduduk 923.002 jiwa (LSDA 2007), memiliki luas daratan + 2.109,74 km2 yang terbagi dalam 17 kecamatan dan terdiri dari 248 desa dan 3 kelurahan.

4.1.2 Sejarah Singkat Lampung Selatan

Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan UUD1945. Di dalam UUD 1945 bab VI Pasal 18 menyebutkan bahwa "Pembagian Daerah di Indonesia atas Daerah Besar dan Kecil, dengan bentuk susunanPemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan Hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa"

Sebagai realisasi dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 dimaksud, lahirlah Undang-Undang nomor 1 tahun 1945 yang mengatur tentang kedudukan Komite


(51)

Nasional Daerah yang pertama, antara lain mengembalikan kekuasaan pemerintah di daerah kepada aparatur yang berwenang yaitu Pamong Praja dan Polisi.Selain itu juga untuk menegakkan pemerintah di daerah yang rasional dengan mengikutsertakan wakil-wakil rakyat atas dasar kedaulatan rakyat.

Selanjutnya disusul dengan Undang-Undang nomor 22 tahun 1948 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, yang menegaskan bahwa Pembentukan Daerah Otonom dalam Wilayah Republik Indonesia yang susunan tingkatannya adalah Sebagai berikut :

 Provinsi daerah Tingkat I

 Kabupaten/Kota madya(Kota Besar), Daerah TK II  Desa (Kota Kecil) Daerah TK III

Berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1948 dimaksud, maka lahirlah Provinsi Sumatera Selatan dengan Perpu Nomor 33 tanggal 14 Agustus 1950 yang dituangkan dalam Perda Sumatera Selatan nomor 6 tahun 1950. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 1950 tentang Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah untuk Daerah Provinsi, Kabupaten, Kota Besar dan Kota Kecil, maka keluarlah Peraturan Provinsi Sumatera Selatan nomor 6 tahun 1950 tentang pembentukan DPRD Kabupaten di seluruh Provinsi Sumatera Selatan.

Perkembangan selanjutnya, guna lebih terarahnya pemberian Otonomi kepada Daerah bawahannya yaitu diatur selanjutnya dengan Undang-Undang Darurat nomor 4 tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Dearah Provinsi Sumatera selatan sebanyak 14 Kabupaten, di antaranya Kabupaten


(52)

Dati II Lampung Selatan beserta DPRD dan 7 (tujuh)dinas otonom yang ditetapkan tanggal 14 Nopember 1956. dengan ibu kota di Tanjung Karang-Teluk Betung atau yang sekarang dikenal dengan kota Bandar Lampung.

Selanjutnya dalam perjalanan penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan, Kabupaten Lampung Selatan secara resmi menjadi Daerah otonom pada tanggal 14 Nopember 1954, akan tetapi pimpinan daerah telah ada dan dikenal sejak tahun 1946.

Sebelum menjadi daerah otonom, wilayah lampung selatan sejak awal kemerdekaan, terdiri dari 4 (empat) kewedanan masing-masing :

 Kewedanan Kota Agung, meliputi kecamatan Wonosobo, Kota Agung dan

Cukuh Balak. (sekarang menjadi wilayah Kabupaten Tanggamus)

 Kewedanan Pringsewu, meliputi Kecamatan Pagelaran, Pringsewu,

Gadingrejo, Gedong tataan dan Kedondong. (sebagian menjadi wilayah Kabupaten Pringsewu dan (Kabupaten Pesawaran)

 Kewedanan Teluk Betung, meliputi Kecamatan Natar, Teluk Betung dan

Padang Cermin. (sekarang sebagian menjadi wilayah (Kabupaten Pesawaran dan Kota Bandar Lampung)

 Kewedanan Kalianda, meliputi Kecamatan Kalianda dan Penengahan.

Pada tahun 1959, dibentuk Sistem Pemerintahan Negeri yang merupakan penyatuan dari beberapa negeri yang ada pada saat itu, yaitu :

 Negeri Cukuk Balak, meliputi Kecamatan Cukuk balak, Tahun 1990

Kecamatan Cukuk Balak di bagi dua kecamatan yaitu Kecamatan Cukuk Balak dan Negeri Kelumbayan.


(53)

 Negeri Way Lima, meliputi Kecamatan Kedondong. Tahun 1970 Kecamatan

Kedondong dibagi dua yaitu Kecamatan Kedondong dan Pardasuka, kemudian tahun 1990 Kecamatan Kedondong di bagi dua yaitu Kecamatan Kedondong dan Way Lima.

 Negeri Gedong Tataan, meliputi Kecamatan Gedong Tataan. Pada tahun 1990

Kecamatan Gedong Tataan dibagi 2 yaitu Kecamatan Gedong Tataan dan Negeri Katon.

 Negeri Gadingrejo, meliputi Kecamatan Gadingrejo.

 Negeri Pringsewu, meliputi Kecamatan Pringsewu, tahun 1970 kecamatan ini

di bagi dua yaitu Kecamatan Pringsewu dan Sukoharjo. Tahun 1990 Kecamatan Sukoharjo dibagi dua yaitu Kecamatan Sukoharjo dan Adi Luwih.

 Negeri Pugung, meliputi Kecamatan Pagelaran.

 Negeri Talang Padang, meliputi Kecamatan Talang Padang. Pada tahun 1970

Kecamatan ini dibagi dua yakni Kecamatan Talang Padang dan Pulau Panggung.

 Negeri Kota Agung, meliputi Kecamatan Kota Agung. Tahun 1990 Kecamatan

Kota Agung dibagi dua yakni Kecamatan Kota Agung dan Pematang Sawah.

 Negeri Semangka, meliputi Kecamatan Wonosobo. Tahun 1990 Kecamatan

Wonosobo di bagi dua yaitu Kecamatan Wonosobo dan Way Semangka.

 Negeri Buku, meliputi Kecamatan Natar. Tahun 2000 Kecamatan ini dibagi dua

yaitu Natar dan Tegineneng.

 Negeri Balau termasuk Kecamatan Natar pada tahun 1968 Kecamatan Kedaton

dipindahkan dari Kecamatan Natar yang meliputi Negeri Balau. Negeri Kalianda meliputi Kecamatan Kalianda.


(54)

 Negeri Kalianda meliputi Kalianda, Katibung dan Sidomulyo. Kemudian tahun

1990 Kecamatan Kalianda di bagi dua yaitu Kecamatan Kalianda dan Rajabasa. Kecamatan Sidomulyo dibagi dua yakni Kecamatan Sidomulyo dan Candipuro, sedangkan Kecamatan Katibung di bagi dua yaitu Katibung dan Merbau Mataram. Selanjutnya pada tahun 2006 Kecamatan Sidomulyo dibagi dua Kecamatan Sidomulyo dan Way Panji dan Kecamatan Katibung di bagi dua yaitu Katibung dan Way Sulan.

 Negeri Dataran Ratu meliputi Kecamatan Penengahan dan Palas. Tahun 1990

Kecamatan penengahan dibagi dua Kecamatan yakni penengahan dan Ketapang. Kecamatan Palas dibagi dua Kecamatan Palas dan Sragi. Kemudian tahun 2006 Kecamatan Penengahan di bagi dua yakni Penengahan dan Bakauheni.

 Negeri Teluk Betung meliputi Kecamatan Teluk Betung dan Kecamatan

Panjang. (sekarang masuk Kota Bandar Lampung)

 Negeri Padang Cermin meliputi Kecamatan Padang Cermin. Tahun 1990

kecamatan ini dibagi dua yaitu Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada. Pada tahun 1963 wilayah kewedanan berikut jabatan wedana dihapus selanjutnya diganti menjadi jabatan kepala negeri yang masa jabatannya lima tahun, pada tahun 1970 tidak dipilih lagi dan tugasnya diangkat oleh camat. Pada tahun 1972 semua negeri seluruh Lampung di hapus

4.2 Profil Kecamatan Penengahan 4.2.1 Geografi

Kecamatan Penengahan dilalui jalan lintas SumateraBerlokasi di sebelah selatan kota Kalianda, kecamatan Penengahan memiliki posisi cukup srategis .Kecamatan


(55)

Penengahan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang terletak di sebelah selatan ko-ta Kalianda, ibukota Kabupaten. Di sebelah

Utara berbatasan dengan Kecamatan Palas dan kecamatan Sragi, di sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Bakauheni, di sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Ketapang, dan di sebelah Barat dengan Kecamatan Kalianda.

Luas Kecamatan Penengahan secara keseluruhan adalah 97,59 Km2 dengan desa Penengahan sebagai desa terluas, yaitu 9,28 Km2. Sedangkan desa dengan luas terkecil adalah desa Sukajaya, yaitu 1,65 Km2 Kecamatan Penengahan terdiri dari 22 desa, dengan pusat pemerintahan terletak di desa Pasuruan. Seluruh kecamatan Penengahan merupakan daerah daratan dengan letak astronomis antara 105°14' dan 105°45' Bujur Timur dan antara 5°15' dan 6° Lintang Selatan.Sedangkan topografi permukaan daratan kecamatan Penengahan sebagian besar berupa dataran tinggi dengan rata-rata ketinggian dari permukan laut sekitar 127 mdpl.

Statistik Geografi Kecamatan Penengahan

uraian Satuan 2014

Luas km2 97,59

Jumlah desa Desa 22

Rata ketinggian DPL Meter 127

Sumber : Penengahan Dalam Angka, 2015 4.2.2 Pemerintahan

Sama halnya dengan beberapa kecamatan lain, sejak otonomi daerah diberlakukan pada tahun 2001, kecamatan Penengahan mengalami pemekaran wilayah, tepatnya pada tanggal 22 februari 2001 secara resmi dimekarkan menjadi dua kecamatan


(56)

yaitu

Kecamatan Penengahan dan Kecamatan Ketapang, Seiring semakin berkembangnya desa-desa di wilayah selatan (sekitar Bakauheni) sehingga dibutuhkan akses yang lebih mudah dalam administrasi pemerintahan, maka kecamatan Penengahan kembali mengalami pemekaran.Tepatnya tanggal 30 Juli 2007 kecamatan Penengahan resmi dimekarkan menjadi dua kecamatan yakni kecamatan Penengahan dan kecamatan Bakauheni yang membawahi 5 desa. Dengan adanya pemekaran tersebut maka praktis kecamatan Penengahan membawahi 22 Desa.Selanjutnya pada tahun 2012 terjadi pemekaran RT yang semula pada tahun 2011 sebanyak 175 menjadi 197 RT pada tahun 2012, sehingga meningkat sebanyak 1,12 %.Sementara jumlah PNS di Kantor Kecamatan Penengahan masih sama seperti tahun sebelumnya dimana PNS dengan pendidikan S1/S2 sebanyak 63,64 persen, dan SLTA sebanyak 27,27 persen serta DIII/DIV sebanyak 9,09 persen.

Banyaknya RT, RW dan Dusun memurut Desa, 2014

No Desa Dusun RW RT

1 Tanjung Heran 3 - 6

2 Pisang 2 - 4

3 Suka Baru 4 - 12

4 Tetaan 5 - 5

5 Sukajaya 3 - 6

6 Penengahan 4 - 12


(57)

8 Gedung Harta 3 - 5

9 Way kalam 4 - 8

10 Padan 3 - 11

11 Kampung Baru 2 - 4

12 Banjarmsin 4 - 12

13 Klaten 4 - 13

14 Pasuruan 8 - 20

15 Ruang Tengah 4 - 6

16 Kelau 3 - 4

17 Taman Baru 3 - 5

18 Kuripan 3 - 13

19 Rawi 3 - 13

20 Belambangan 2 - 6

21 Kekiling 5 - 18

22 Gandri 4 - 8

Jumlah 82 - 197


(58)

Peta Kecamatan penengahan

Sumber : Penengahan Dalam Angka, 2015

Statistik Pemerintahan Kecamatan Penengahan

Wilayah Admistrasi

2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

Desa 22 22 22

Dusun 79 79 82

Rukun Tetangga 175 197 197

Jumlah PNS

Laki-laki 10 9 9

Perempuan 7 7 7


(59)

4.2.3 Penduduk

Jumlah penduduk Penengahan meningkatBerdasarkan hasil proyeksi, penduduk Penengahan bertambah sebanyak 1,92 persen Berdasarkan angka proyeksi, jumlah penduduk kecamatan Penengahan tahun 2014 mencapai 36,55 ribu orang,

terdiri dari 18,70 ribu orang laki-laki dan 17,33 ribu orang perempuan. Sex rasiopenduduk kecamatan Penengahan adalah 107,23 yang berarti tiap 100 penduduk perempuan terdapat 107 penduduk laki-laki. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, penduduk Penengahan mengalami peningkatan sebe-sar 1,92 persenDengan luas wilayah sekitar97,59 km2, setiap km2 ditempati penduduk sebanyak 374 orang. Penyebaranpenduduk antar desa di Penengahan belum bisa dikatakan merata, karena kepadatan penduduknya yang berbeda. Ketidakmerataan penduduk di kecama-tan Penengahan dapat dilihat dengan membandingkan desa terpadat yaitu desa Pasuruan yang berpenduduk 4.198 jiwa dan memiliki luas wilayah 4,60 km2 sehingga setiap km2ditempati 912 orang. Sementara desa Ruang tengah yang memiliki kepadatan terendah, tiap km2 wilayahnya hanya ditempati 181 orang.Sebaran penduduk terbanyak ada di 3 (tiga) desa yaitu desa Pasuruan, Sukabaru, dan Kelaten, dimana penduduk di ketiga desa tersebut lebih dari 2,5 ribu jiwa.

Indikator Kependudukan Kecamatan Penengahan

Indicator kependudukan

2012 2013 2014


(60)

Jumlah Penduduk

(Jiwa) 36.059 36 045 36 551

Laki-laki 18.738 18 706 18 913

Perempuan 17.321 17 339 17 638

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

369,49 369,35 374,54

Sex Ratio (%) 108,18 107,88 107,23 Sumber :Penengahan Dalam Angka

Sebaran Penduduk menurut Desa di Kecamatan Penengahan, 2014

Sumber : Penengahan Dalam Angka 2015

Penduduk Laki-laki lebih banyak Rasio penduduk di Kecamatan Penengahan menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki masih lebih banyak daripada


(61)

penduduk perempuan.Struktur penduduk Kecamatan Penengahan tahun 2014 tergolong berstruktur umur muda. Hal ini ditunjukkan dengan ter-dapatnya penduduk yang berumur 15-64 tahun berjumlah 23.841 jiwa atau sekitar 65,23 persen. Jumlah ini naik 2,9 persen dibanding tahun sebelumnya.. Adapun penduduk dengan kelompok umur 0-14 tahun atau yang belum produktif sebesar 11.164 jiwa atau 30,54 persen dan sisanya adalah kelompok umur tidak produktif. Adapun rasio ketergantungan Kecamatan Penengahansebesar 53,3 yang berarti bahwa 100 orang penduduk usia produktif akan menanggung sebanyak 53 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan ini dapat digunakan sebagai indicator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu Negara maju atau Negara yang sedang berkembang.

Piramida Penduduk Kecamatan Penengahan

Sumber : Penengahan Dalam Angka, 2015


(62)

desa laki-laki perempuan jumlah sex ratio

Sumber : Kantor Kecamatan Penengahan

4.2.4pendidikan

Tenaga pendidikan bertambahJumlah siswa dan guru di Kecamatan Penengahan mengalami peningkatan.Pendidikan sangat penting dalam menunjang kualitas

1.TanjungHeran 763 627 1390 1,22

2.Pisang 431 454 885 0,95

3.Sukabaru 1.400 1.256 2656 1,11

4.Tetaan 885 836 1721 1,06

5.Sukajaya 329 326 655 1,01

6.Penengahan 931 904 1835 1,03

7.Gayam 850 788 1638 1,08

8.Gedungharta 593 522 1115 1,14

9.WayKalam 512 504 1016 1,02

10.Padan 1.030 969 1999 1,06

11.Kampungbaru 345 350 695 0,99

12.Banjarmasin 883 835 1718 1,06

13.Klaten 1.436 1.367 2803 1,05

14.Pasuruan 2.176 2.022 4198 1,08

15.RuangTengah 546 508 1054 1,07

16.Kelau 544 499 1043 1,09

17.TamanBaru 437 422 859 1,04

18.Kuripan 1.196 1.049 2245 1,14

19.Rawi 1.015 884 1899 1,15

20.Belambangan 851 869 1720 0,98

21.Kekiling 1.219 1.172 2391 1,04

22.Gandri 541 475 1016 1,14


(63)

sumber daya manusia.Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu daerah.Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berupa sumber daya dan bangunan fisik perlu diperhatikan. Banyaknya sarana pendidikan di Kecamatan Penengahan negeri dan swasta adalah 5 taman kanak-kanak, 11 sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah, 8 sekolah menengah pertama/Madrasah Tsanawiyah, dan 4 sekolah menengah atas/Madrasah Aliyah.Sebagai gambaran perkembangan pendidikan di Kecamatan Penengahan, salah satunya dapat dilihat dari angka rasio murid-guru, dimana rasio ini menunjukkan kuantitas guru dalam proses belajar mengajar. Rasio murid-guru akan memiliki makna yang lebih baik jika nilainya semakin kecil karena pengawasan terhadap murid akan lebih intensif. Jika dilihat rasio murid terhadap guru, rasio yang paling kecil berada pada jenjang SMA/MA yaitu 9,04 Hal ini berarti bahwa 1 orang guru mengajar 9 murid.

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid menurut Tingkatan Pendidikan di Kecamatan

Tingkatan Pendidikan

Jumlah

Sekolah Murid Guru

Rasio Murid dan Guru

(1) (2) (3) (4) (5)

T K 5 214 20 10,70

SD/MI 39 4323 300 14,41

SLTP/MTs 8 1291 62 20,82

SMA/MA 4 398 44 9,04

Jumlah 56 6226 426 14,61

Sumber : Penengahan Dalam Angka , 2015


(64)

Tenaga Kesehatan Dokter masih minimJumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Penengahan paling banyak adalah Bidan. Tenaga kesehatan di kecamatan Penengahan terdapat 71 orang dibawah pengawasan Puskesmas dengan perincian 3 orang dokter, 43 orang bidan dan 22 orang perawat 3 analis kesehatan. Fasilitas kesehatan yang tersedia adalah 1 unit Puskesmas rawat inap yang terletak di desa Pasuruan, 3 unit Puskesmas Pembantu, 8 unit Poskesdes yang terletak di 8 desa, dan 39 unit Posyandu yang terdapat di semua desa.Fasilitas kesehatan Rumah Bersalin, Rumah Sakit serta Balai Pengobatan tidak terdapat di Kecamatan Penengahan. Rasio dokter dan penduduk kecamatan Penengahan ialah 1 berbanding 12.187 penduduk. Rasio ini masih dibawah standar WHO sebesar 40 per 100.000 penduduk atau seorang dokter melayani sekitar 2500 penduduk.Sedangkan rasio tenaga kesehatan bidan dan penduduk kecamatan Penengahan ialah 1 berbanding 778 penduduk. Kondisi ini cukup ideal mengingat standar rasio yang ditetapkan WHO sebesar 100 per 100.000 penduduk atau 1 berbanding 1000.

Banyaknya Fasilitas Kesehatan Di Kecamatan Penengahan Tahun 2012 -2014


(65)

Indikator KesehatanKecamatan Penengahan

Uraian 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

Ratio kematian

(100.000 kh ) 266,6 125,8 124,5 Penolong Persalinan

(%)

Paramedis 95,2 98,1 99,1

Non Paramedis 4,8 1,9 0,9

TenagaKesehatan

Dokter 3 3 3

Bidan 27 29 43

Sumber : Penegahan Dalam Angka 2015

Kegiatan KB tetap berjalan Jumlah pasangan usia subur mengalami kenaikanPerkembangan akseptor KB di Keca-matan Penengahan cukup signifikan. Terlihat pada penggunaan alat kontrasepsi.Dari tahun 2012-2014, alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Kecamatan Penengahan adalah suntik. Dapat dilihat pada grafik di samping bahwa penggunaan alat kontrasepsi MOP adalah alat kontrasepsi yang paling jarang digunakan oleh masyarakat di kecamatan Penengahan.Sedangkan jumlah pasangan usia subur (PUS) di kecamatan Penengahan dari tahun 2012-2014 mengalami kenaikan tiap tahun nya. Begitu pula jumlah peserta KB aktif mengalami kenaikan tiap tahun nya


(66)

Peserta KB Kecamatan Penengahan, 2012-2014

Sumber : Penengahan Dalam Angka 2015

4.2.6 Pertanian

Produksi padi meningkat Produksi padi mengalami peningkatan sebesar 45 persen dibanding tahun sebelumnya.Kecamatan Penengahan memiliki luas wilayah 9.759 Ha terdiri dari lahan sawah seluas 2.225 Ha (22,79 persen) dan sisanya 77,21 persen adalah lahan bukan sawah dan lahan bukan pertanian (misalnya rumah, bangunan, jalan, sungai, danau, dll). Dengan luasnya areal pertanian yang ada di kecamatan Penengahan, tanaman pangan seperti padi dan jagung merupakan komoditi unggulan pada sektor pertanian.Hal ini dapat dilihat dari luas panen dan produksi yang relatif besar dari kedua komoditi tersebut.Penurunan luas panen padi tahun 2014 tidak mempengaruhi nilai produksi.Hal ini dapat dilihat bahwa peningkatan nilai produksi padi cukup signifikan sebesar 46 persen. Produksi padi meningkat dari 31.409 ton pada tahun 2013 menjadi 45.770 ton pada tahun 2014.Pada tahun 2014, produksi jagung mengalami penurunan sebesar 13,53 persen. Penurunan ini berbanding luurus dengan penurunan luas panen. Sedangkan


(1)

diKecamatan Penengahan tahun 2014 terbanyak adalah industri makanan yaitu sebanyak 52, sedangkan Industri dari kayu sebanyak 29, industri kopra sebanyak 22, dan industri gula merah sebanyak 19 Sementara untuk industri Mikro dan Kecil pada tahun 2014 terdiri dari 18 industri penggilingan padi dan 32 industri pengolahan makanan.Secara umum penambahan jumlah tenaga kerja di sektor industri pengolahan pun tidak terlalu signifikan. Hal ini berbanding lurus dengan ketersediaan lapangan kerja pada sektor industri yang belum mengalami banyak peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya

4.2.8 Keuangan

Sarana perekonomian di kecamatan Penengahan pada tahun 2014, relatif tidak mengalami perubahan.Dari fasilitas lembaga keuangan yang ada di Penengahan terdapat 1 buah koperasi dan bukan merupakan koperasi unit desa (nonKUD).Selain koperasi, terdapat lembaga keuangan lainnya, yaitu bank.Bank yang terdapat di Penengahan hanya ada 1 buah, yang terdapat di desa Pasuruan.Selanjutnya, untuk realisasi pajak di Kecamatan Penengahan tahun 2014 mengalami penurunan setelah pada tahun sebelumnya mengalami peningkatan.Persentase realisasi penerimaan pajak di kecamatan Penengahan pada tahun 2014 ialah sebesar 65 persen. Ini berarti dari target sebesar 134,6 juta rupiah, realisasi penerimaan yang bias dicapai sebesar 88,5 juta rupiah. Angka ini lebih rendahdibandingkan persentase penerimaan pajak pada tahun sebelumnya yang mencapai 69 persen.


(2)

di setiap daerah, begitu pula kecamatan Penengahan.Kecamatan Penengahan yang merupakan daerah daratan, untuk jenis transportasi menggunakan angkutan darat. Untuk mendukung transportasi darat, kecamatan Penengahan telah membangun jalan aspal sepanjang 50 km dan jalan batu sepanjang 32 km. Sedangkan 53 km jalan merupakan jalan tanah. Untuk klasifikasi jalan aspal, batu dan tanah seluruhnya terdapat di setiap desa.

Desa Pasuruan memiliki panjang jalan dengan klasifikasi jalan aspal dan batu tertinggi dibanding dengan desa yang lain yang masing-masing 9,5 km dan 5,4 km. Sedangkan desa Belambangan dengan luas wilayah relative kecil memiliki panjang jalan terendah.Sarana transportasi yang tersedia di kecamatan Penengahan adalah sepeda motor dan kendaraan bermotor roda 4 yaitu mobil. Sampai dengan tahun 2014, telah tersedia sarana komunikasi seperti kantor pos di kecamatan Penengahan.


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Profesi sebagai guru merupakan suatu pilihan hidup seseorang. Upaya guru dalam mendidik, membrmbing, mengajar serta melatih siswa didik bukanlah hal yang mudah, karena di balik profesi itu dibutuhkan keseriusan, pengalaman, serta sikap professional. permasalahan guru honor yang merupakan guru suka rela dengan gajih yang sangat jauh dari kecukupan membuat kita harus memecahkan bagaimana strategi yang arus dilakukan para tenaga honor tesebut untuk memnhi kebutuhan hidupnya, berbagai cara dilakukan para guru honor untuk memenuhi kebutuhan dengan gajih minim , dengan berjualan , bertani dan berkebun bahkan ada yang sampai berhutang. para guru honor hanya dapat berpegang pada harapan dan janji pemerintah yang berjanji akan melakukan pengangkatan.


(4)

penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang: 1. Bagi Guru Honorer

a. Guru honorer janganlah putus asa dalam mengajarkan anak didiknya, walaupun dengan gaji yang masih minimum.

b. Kinerja saat mengajar supaya tetap di pertahankan untuk selalu semangat sehingga anak bisa menjadi pintar dan mendapatkan nilai yaang maksimal. 2. Bagi instasi sekolah

a. Memberikan semangat kerja untuk guru honorer agar selalu semangat dalam mengajar.

b. Memberikan tunjangan kepada guru honorer ntuk menmbah gaji yang di dapatnya.

3. Bagi Pemerintah

a. Memberikan perhatian khusus terhadap nasib guru honorer b. Memberi kebijakan meningkatkan gaji para guru honorer

c. Segera mengangkat Guru Honorer yng sudah sekian tahun mengabdi sebagai Honorer.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Bekerjasama dengan USAID/FRPP. 1991.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Presiding Forum I Perikanan. Sukabumi

Bahan Penataran P4.1993. BP-7. Jakarta

D. C Kerten dan Syahrir. 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Yayasan Obor. Jakarta

Demianus Resusun. 1985. Determinan-Determinan Peranan-Peranan Wanita Nelayan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rumah Tangga.IPB. Bogor

Fenny Setyawan. 1991. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Lingkungan. Unila. Bandar Lampung

Falda Eka Putra. 1992. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesadaran dengan Tingkat Kesehatan Keluarga Pengemudi Becak.Unila. Bandar Lampung


(6)

Heldawati. 1992. Prilaku Masyarakat Miskin Terhadap Pendidikan Anak. Unila. Bandar Lampung

Jalaludin Rakhmat. 1984.Metodelogi Penelitian Komunikasi. CV. Remaja Karya. Campang

Mubyarto. 1993. Prospek Pedesaan Duapuluh Tahun Penelitian Pedesaan P3PK UGM.Aditya Media. Yogyakarta

Masri, S dan Sofyan Effendy. 1982.Metodelogi Penelitian Sosial.LP3ES. Jakarta

Michael M, Cernea. 1988. Mengulamakan Manusia di Dalam Pembangunan. Variabel-Variabel Sosiologi di Dalam Pembangunan Pedesaann. Universitas Indonesia. Jakarta

Mubyarto, Loekman Soetrisno, Michael Dove. 1984. Nelayan dan Kemiskinan Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai.CV. Rajawali. Jakarta

Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan PokokCV. Rajawali. Jakarta

W. J. S. Poerwa Darminta. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Alumni Campang. Campang