Strategi Bertahan Hidup TINJAUAN PUSTAKA
16
1994 bahwa strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung dari kriteria yang
digunakan. Sedangkan taktik adalah pilihan-pilihan yang dimiliki dalam mengimplementasikan sebuah strategi. Pilihan-pilihan ini akan bekerja atau tidak
bekerja tergantung dari kriteria yang digunakan dan pilihan-pilihan tersebut adalah yang berlangsung lama, tidak mudah diubah dan mencakup situasi yang sangat
terstuktur. Keberadaan strategi tidak untuk mendikte tujuan, sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi oleh peluang yang tersedia.
Strategi memperhatikan hubungan antara pelaku orang yang melakukan tindakan dengan dunia luar. Strategi menyebutkan satu persatu hubungan penyebab dan hasil
antara apa yang dilakukan pelaku dan bagaimana dunia luar menanggapinya. Menurut Anharudin 2006 bahwa strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai
seperti yang diinginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisa stratejik tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara
penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti.
Keputusan strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi. Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang potensial. Keputusan strategik harus dapat
mencapai tujuannya. Strategi diartikan sebagai petunjuk umum dimana suatu organisasi merencanakan untuk mencapai tujuannya. Menurut Harry Waluyo
1994:43 beberapa macam strategi yang perlu dilakukan adalah strategi aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah-tamah dan strategi ketenangan. Akan tetapi
beberapa strategi yang dipaparkan tersebut diatas merupakan strategi penunjang kehidupan keluarga honorer, karena ada beberapa strategi yang lebih utama
diantaranya adalah strategi pangankonsumsi, strategi pekerjaanpendapatan, strategi tempat tinggal dan strategi untuk kesehatan serta pendidikan anak-anak.
Tidak semua guru honorer memiliki aset harta kekayaan yang mampu dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan hidup individu beserta keluarganya. Apalagi
biasanya sifat kekeluargaan di dalam kehidupan masyarakat sangat kuat. Permasalahan utama yang dialami oleh guru honorer yaitu kepemilikan tanah yang
tidak bebas. Sehingga butuh strategi bertahan hidup yang harus diatur sedemikian rupa karena walaupun keluarga honorer memiliki lahan garapan akan tetapi mereka
tidak merasa bebas untuk mengelolanya. Berikut adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh keluarga honorer yang diungkapkan oleh Jan Breman 1986:54
tentang:
Pemegang hak milik tetap sipenggarap namun dalam nama belaka. Tak ada pada mereka kemungkinan untuk menggarap tanah mereka dengan bebas. Penciutan
basis kehidupan itu memaksa kaum tani semakin berada dalam kedudukan bertahan. Agar supaya tetap bisa mempertahankan hidup mereka terpaksa
meminjam uang, dan sebagai jaminan untuk pinjamannya itu mereka harus menyerahkan untuk sementara tanahnya sampai beberapa lama kemudian. Maka
mulailah gerak garis spiral menurun dari kemiskinan, kelibatan hutang dan terus kehilangan hak tanah.
Lebih khusus Parsons dalam Sriati 2005: 4 agar dapat bertahan dan berkembang suatu masyarakat harus mempunyai empat perangkat atau subsistem fungsional
tertentu, yaitu: 1 Adaptasi A, 2 Goal Attainment G, 3 Integrasi I, dan 4 Lantency L. Pada sistem sosial empat subsistem tersebut A-G-I-L diemban oleh
institusi-institusi sosial. Subsistem pencapaian tujuan diemban oleh institusi hukum dan kontrol sosial serta sistem pemeliharaan pola dijalankan oleh institusi
pendidikan, agama dan keluarga. Melalui identifikasi persyaratan fungsional sistem sosial tersebut. maka sistem pengembangan pertanian dapat diidentifikasi dengan
kerangka A-G-I-L sebagai berikut: 1.
Subsistem Adaptasi diemban oleh lembaga ekonomi desa lembaga agribisnis 2.
Subsistem pencapaian tujuan Goal diemban oleh pemerintah aparat pertanian
3. Subsistem integrasi diemban oleh petani proses produksi, lembaga usaha tani
4. Subsistem pemeliharaan pola Latency diemban oleh lembaga pendidikan
Strategi yang dilakukan selain melihat dari subsistem fungsional, yang perlu diperbaiki adalah basis-basis kelompok masyarakat pada setiap areal dengan
pertimbangan bahwa kelompok itu timbul atas keinginan dan kebutuhan dari dalam masyarakat sendiri, komunikasi antar anggota dalam satu kelompok akan menjadi
lebih lancar pula. Kelompok guru honorer perlu merencanakan dan mentargetkan konsumsi pangan seperti yang dijelaskan oleh Bustanul Arifin 2001: 51 bahwa
ketersediaan dan kecukupan pangan juga mencakup kuantitas dan kualitas bahan pangan agar setiap individu dapat terpenuhi, standar kebutuhan kalori dan energi
untuk menjalankan aktivitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Pada kondisi yang lain, seseorang juga memiliki strategi seperti yang disampaikan oleh Fokkins
1902-1903, 1:52 dalam Jan, Breman 1986:
Hampir menjadi kebiasaan di mana-mana untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga honorer memang bayak cara yang dilakukan. Selain dengan cara pola
penghematan, dan cara pengolahannya. Keluarga honorer juga memiliki strategi yang umum dilakukan oleh orang yang dalam keadaan kekurangan termasuk
masyarakat perkotaan yang modern sekalipun. Strategi yang dimaksud pada kalimat diatas adalah berhutang, hutang yang berbentuk uang, biasanya
dilakukan dalam menghadapi masalah serius. misalnya untuk keperluan sekolah anak, ketika anak-anak sekolah hendak ujian; ataupun pada saat bagi lapor atau
kondisi sedang sakit.
Biasanya guru honorer jka menjalani kekurangan melakukan hutang dengan tetangga maupun dengan saudaranya yang kaya disekitar itu maka untuk itu harus
mampu melakukan hubungan secara vertikal maupun secara horizontal. Hubungan yang dilakukan vertikal yaitu hubungan baik yang dilakukan dengan keluarga kaya
ataupun yang mempunyai kedudukan lebih tinggi didaerah tersebut. Adanya hubungan yang baik antara keduanya akan dapat percaya meminjamkan atau
memberikan bantuan kepada guru honorer yang dimaksudkan. Sedangkan untuk hubungan horizontal adalah hubungan yang dilakukan sesama anggota masyarakat
yang mempunyai kedudukan dan status sama. Hubungan baik yang telah terjalin akan menciptakan rasa solidaritas yang tinggi sesama keluarga honorer yang dalam
satu kawasan konflik. Setidaknya saling merasakan senasip dan seperjuangan.
Strategi bertahan hidup dilakukan oleh keluarga honorer ketika dirasa pada kondisi yang
miskin, maka
bersedia bekerja
apasaja. Sri
Budiyati nttp:www.smeru.or.idnewslet20061lfield3.html mengatakan bahwa:
bekerja serabutan atau mengambil upahan dilakukan sekedar untuk bertahan hidup. Konsekuensinya, penghasilan mereka juga tidak tetap. Umumnya upah yang
mereka terima hanya cukup untuk uang makan keluarga hari itu, atau kadang-kadang habis untuk membayar hutang. Ketidakpastian ini memaksa
mereka setiap saat harus memikirkan cara agar dapat memperoleh pekerjaan.
Menurut Kusnadi 2000 bekerja serabutan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bekerja apa saja dan siapa saja yang bisa mengerjakannya. Artinya seluruh
anggota keluarga memiliki tanggungjawab untuk dapat berusaha mencari penghasilan untuk keperluan makan.
Tanggungjawab yang dimaksud adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh kaum istri misalnya menanam beberapa jenis sayur di pekarangan rumah, sehingga ketika
tidak ada sayur untuk dimasak maka sesekali dapat memetik hasil tanaman tersebut. Walaupun tanaman itu tidak banyak, setidaknya dapat memenuhi
kebutuhan sayur untuk sehari atau dua hari. Tanaman itu biasanya sengaja ditanam, dan ada juga yang tumbuh dengan sendirinya kemudian dipelihara hingga tumbuh
besar.
Bekerja serabutan merupakan bentuk diversifikasi usaha atau alih usaha yang dilakukan guru honorer. Diversifikasi usaha yang dilakukan adalah usaha lain di
luar kegiatan cocok tanam. Walaupun mereka memiliki lahan garapan sendiri, keluarga honorer beserta keluarganya mencari pekerjaan lain. Karena waktu tunggu
panen bagi keluarga honorer seusai musim tanam culcup lama, tergantung jenis tanaman yang ditanam. Diversifikasi usaha yang dimaksud contohnya berdagang
dipasar atau mengumpulkan kayu bakar dan dijual kepasar. Strategi diversifikasi usaha membantu mencukupi kebutuhan harian keluarga guru honorer sampai
dengan waktu panen tiba.
Bagi guru honorer yang berada di kawasan konflik, bentuk strategi bertahan hidup yang dilakukan yaitu mengadakan perlawanan kepada pihak pemerintah ataupun
perusahaan yang terlibat dalam konflik tersebut. Bentuk perlawanan yang dilakukan dapat bersifat terbuka dan sembunyi-sembunyi. Secara terbuka bentuk
perlawanan yang dilakukan yaitu berupa aksi protes secara langsung. Aksi protes ini dilakukan dengan cara bersama-sama secara terencana. Sedangkan perlawanan
secara sembunyi-sembunyi misalnya penebangan ranting-ranting kayu hutan untuk dijadikan kayu bakar. Penebangan kayu hutan tersebut dapat juga dibuat bahan
dasar membangun tempat tinggal atau dijual untuk memperoleh pendapatan.
Pada saat kondisi guru honorer dalam syarat minimum, ketika tidak memiliki alternatif lain untuk bertahan hidup, maka dapat saja menjual aset atau harta yang
mereka miliki untuk mencukupi kebutuhan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh John MacDougall bahwa ada beberapa cara atau upaya strategi bertahan hidup yang
dilakukan oleh ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan yaitu menjual aset seperti sepeda motor, sepeda, emas dan lainnya atau aset investasi seperti sawah.
Sehingga, jika sawah yang mereka miliki terjual maka akan mengakibatkan kemiskinan secara struktur. Karena terjualnya lahan atau sawah yang mereka
miliki, berarti hilangnya modal sebagai mata pencaharian mereka dan kemudian menjadi tenaga buruh. Soerjono Soekanto, 2001: 237
Strategi-strategi yang dilakukan tersebut diatas dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar, yaitu sandang, pangan dan papan. Kebutuhan sandang atau pakaian
terpenuhi karena adanya momen tertentu seperti hari raya, dan atau ketika ada saudara dekat yang melakukan hajatansyukuran besar.