Pengertian Implikatur Landasan Teori .1 Pengertian Pragmatik

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek ragam, atau register. Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya berhubungan dengan cara interupsi, bertanya, dan sebagainya. Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.

2.2.4 Pengertian Implikatur

Menurut Grice istilah implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah Brown dan Yule, 1983: 31 dalam Rani, 2004: 170. Dalam suatu tindak percakapan, setiap bentuk tuturan utterance pada dasarnya mengimplikasikan sesuatu. Implikasi tersebut adalah proposisi yang biasanya tersembunyi di balik tuturan yang diucapkan, dan bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Pada gejala demikian tuturan berbeda dengan implikasi Wijana, 1996: 37. Adanya perbedaan antara tuturan dan implikasi kadang-kadang dapat menyulitkan mitra tutur untuk memahaminya, namun pada umumnya antara penutur dan mitra tutur sudah saling berbagi pengalaman dan pengetahuan sehingga percakapan dapat berjalan dengan lancar. Dengan demikian, implikatur mengisyaratkan adanya perbedaan antara tuturan dengan maksud yang ingin disampaikan. Universitas Sumatera Utara Menurut Wijana 1996: 38, dengan tidak adanya keterkaitan semantik antara suatu tuturan dengan yang diimplikasikan, maka dapat diperkirakan bahwa sebuah tuturan akan memungkinkan menimbulkan implikatur yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam contoh 1, 2, dan 3 berikut ini terlihat bahwa tuturan + Bambang datang memungkinkan memunculkan reaksi yang bermacam-macam Rokoknya disembunyikan, Aku akan pergi, dan Kamarnya dibersihkan. Masing- masing reaksi itu memunculkan implikasi yang berbeda-beda. 1. a + Bambang datang - Rokoknya disembunyikan b + Bambang datang - Aku akan pergi dulu c + Bambang datang - Kamarnya dibersihkan Jawaban - dalam a mungkin mengimplikasikan bahwa Bambang adalah perokok, tetapi ia tidak pernah membeli rokok. Merokok kalau ada yang memberi, dan tidak pernah memberi temannya, dan sebagainya. Jawaban - dalam b mungkin mengimplikasikan bahwa - tidak senang dengan Bambang. Akhirnya jawaban - dalam c mengimplikasikan bahwa Bambang adalah seorang pembersih. Ia akan marah-marah melihat sesuatu yang kotor. Penggunaan kata mungkin dalam menafsirkan implikatur yang ditimbulkan oleh sebuah tuturan tidak terhindarkan sifatnya sehubungan dengan banyaknya kemungkinan implikasi yang melandasi kontribusi - dalam a, b, c. Universitas Sumatera Utara Menurut Levinson Rani, 2004: 173 implikatur percakapan conversational implicature merupakan konsep yang cukup penting dalam pragmatik karena empat hal: 1 konsep implikatur memungkinkan penjelasan fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori linguistik. 2 konsep implikatur memberikan penjelasan tentang makna berbeda dengan yang dikatakan secara lahiriah. 3 konsep implikatur dapat menyederhanakan struktur dan isi deskripsi semantik. 4 konsep implikatur dapat menjelaskan beberapa fakta bahasa secara tepat. Contoh: 2 A: Jam berapa sekarang? B: Korannya sudah datang. Kalimat 4A dan 4B tidak berkaitan secara konvensional. Namun, pembicara kedua sudah mengetahui bahwa jawaban yang disampaikan sudah cukup untuk menjawab pertanyaan pembicara pertama, sebab dia sudah mengetahui jam berapa koran biasa diantarkan. Soemarmo 1988:172 menyatakan bahwa kebanyakan dari apa yang diucapkan seseorang dalam percakapan sehari-harinya mengandung implikatur. Sebagai contohnya adalah percakapan dua orang yang duduk sebangku dalam bus kota sebagai berikut: Hari itu sangat panas, apalagi dengan keadaan bus yang sesak. Salah satu orang diantara keduanya peneliti andaikan sebagai B mengeluarkan Universitas Sumatera Utara rokok dari sakunya dan merokok. Tidak lama kemudian muncullah percakapan seperti di bawah ini: 3 A: cuaca hari ini sangat panas B: maaf. Dengan mengerti implikatur yang ingin diungkapkan si A, si B memahami bahwa ujaran si A bukanlah ujaran yang memberikan informasi bahwa “cuaca hari ini sangat panas”, melainkan sebuah permintaan agar ia tidak merokok, maka ia pun meminta maaf dan mematikan rokoknya. Implikatur percakapan itu mengutip prinsip kerjasama atau kesepakatan bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh partisipan harus saling berkait Grice,1975 dalam Chaer, 2010: 34-37. Prinsip kerjasama tersebut ditopang oleh seperangkat asumsi yang disebut prinsip-prinsip percakapan maxims of conversation, yaitu: 1 Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur hanya memberikan kontribusi yang secukupnya saja atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawannya. Jadi, jangan berlebihan. Contoh: 4 A. Ayam saya telah bertelur. B. Ayam saya yang betina telah bertelur. Tuturan B tidak menaati maksim kuantitas karena adanya kata yang betina yang tidak perlu. Semua ayam yang bertelur sudah tentu ayam betina. Jadi, kata yang betina pada tuturan itu memberi informasi yang tidak perlu. Sementara tuturan A sudah menaati maksim kuantitas karena informasi yang diberikan hanya secukupnya saja, tidak berlebihan. Universitas Sumatera Utara 2 Maksim kualitas menghendaki agar peserta pertuturan itu mengatakan hal yang sebenarnya; hal yang sesuai dengan data dan fakta. Contoh: 5 A: Coba kamu Ahmad, kota Makasar ada di mana? B: Ada di Sulawesi Selatan, Pak. 6 A: Deny, siapa presiden pertama Republik Indonesia? B: Jendral Suharto, Pak A: Bagus, kalau begitu Bung Karno adalah presiden kedua,ya. Pertuturan 8 sudah menaati maksim kualitas karena kata Makasar memang berada di Sulawesi Selatan. Namun, pada tuturan 9 A memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas dengan menyatakan Bung Karno adalah presiden kedua Republik Indonesia. Kontribusi A, yang melanggar maksim kualitas ini diberikan dengan reaksi terhadap B yang salah. Dengan kontribusi yang salah ini maka B kemudian secara cepat akan mencari jawaban mengapa A membuat pernyataan yang salah itu. Kata bagus yang diucapkan dengan nada mengejek menyadari B terhadap kesalahannya. 3 Maksim relevansi hubungan mengharuskan setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah atau tajuk pertuturan. Contoh: 7 A: Bu, ada telepon untuk ibu B: Ibu sedang di kamar mandi, Nak. Sepintas jawaban B pada pertuturan 10 tidak berhubungan. Namun, bila disimak baik-baik hubungan itu ada. Jawaban B pada pertuturan 10 Universitas Sumatera Utara mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa saat itu si B tidak dapat menerima telepon secara langsung karena sedang berada di kamar mandi. 4 Maksim cara mengharuskan penutur dan lawan tutur berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak ambigu, tidak berlebih-lebihan dan runtut. Contoh: 8 A: Kamu datang ke sini mau apa? B: Mengambil hak saya. Penuturan 11 tidak menaati maksim cara karena bersifat ambigu. Kata hak bisa mengacu pada hak sepatu bisa juga pada sesuatu yang menjadi miliknya.

2.2.5 Jenis Implikatur