Latar Belakang Analisis Pengaruh Impor Komoditi Jagung Pipil Terhadap Harga Ditingkat Produsen Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun. Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan, jagung juga merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak Budiman, 2012. Sejak tahun 2001-2006 tercatat konsumsi jagung domestik Indonesia 50 diantaranya digunakan untuk industri pakan. Dalam 5 tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan dan minuman meningkat 10- 15 pertahun Zubachtirodin et al, 2007. Sebagian besar ketersediaan jagung di Sumatera Utara diperuntukkan sebagai pasokan bagi industri pakan ternak maupun industri-industri makanan yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Setiap tahunnya industri-industri tersebut menyerap lebih dari 80 produksi jagung Sumatera Utara, sedangkan 20 lagi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat secara langsung dan perdagangan keluar provinsi Badan Ketahanan Pangan, 2007. Pemintaan jagung yang terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan pangan, menuntut kontunuitas ketersediaan dan mutu produk yang memadai. Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan varietas unggul Timor, 2008. Universitas Sumatera Utara Ketersediaan pasokan jagung akan sangat mempengaruhi industri peternakan secara luas. Bila pasokan bahan baku mengalami kelangkaan akan berakibat pada stagnansi ketersediaan pakan ternak. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan baku jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak. Ini berarti jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja pembangunan peternakan dan penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Statistik Peternakan, 2011. Mengingat pentingnya peranan jagung, maka Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak dan industri pakan yang berkembang cukup pesat sangat beralasan untuk memperioritaskan perkembangan jagung. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negri, juga peluang untuk diekspor ke pasar internasional. Pemenuhan kebutuhan jagung bila mengandalkan impor akan beresiko tinggi, dan akan berdampak terhadap industri peternakan pakan dalam negeri. Fluktuasi ketersediaan dan harga pakan ternak yang sering muncul, salah satu penyebabnya adalah karena pengaruh fluktuasi pasokan bahan baku jagung. Oleh karena itu, diperlukan upaya terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri Statistik Peternakan, 2011. Fakta yang terjadi di Sumatera Utara luas areal panen jagung mengalami penurunan dari tahun ke tahun Tabel 1 tetapi produktivitas setiap tahun mengalami peningkatan Badan Pusat Statistik, 2009. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi di Sumatera Utara tahun 2009 - 2012 Tahun Luas Panen Ha Produktivitas KwHa Produksi Ton 2009 212.364 46,26 982.396 2010 276.208 49,30 1.361.705 2011 255.291 52,01 1.327.768 2012 243.098 55,41 1.347.006 Sumber : Data Badan Ketahanan Pangan Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 1.347.006 ton, naik sebesar 19.238 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2011 dengan luas lahan menurun menjadi 243.098 hektar dengan produktivitas yang meningkat 55,41 KwHa atau meningkat sebesar 3,4 KwHa. Tabel 2. Data Volume Impor, Nilai Impor dan Harga Produsen Komoditi Jagung Di Sumatera Utara Tahun 2009-2012 Tahun Volume Impor Kg Nilai Impor US Harga Produsen Rp 2009 102.475.113 21.127.756 2.436 2010 100.846.810 23.776.858 2.631 2011 305.818.856 92.752.890 2.835 2012 217.083.050 62.936.139 2.768 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Sumatera Utara Impor jagung pipil adalah pemasukan jagung dari luar negri ke Sumatera Utara. Untuk tahun 2010 volume impor mengalami penurunan tetapi nilai impor dan harga domestik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009. Pada tahun 2011 volume impor dan nilai impor mengalami kenaikan yang signifikan 300 dari tahun 2010, kenaikan ini berbanding lurus dengan harga produsen di Sumatera Utara. Volume impor jagung pada tahun 2012 dengan 2011 terjadi penurunan yang signifikan hampir 100 yaitu sebesar 88.735.806 kg yang diikuti juga dengan nilai impor dan juga harga di tingkat produsen untuk komoditi Universitas Sumatera Utara jagung. Dapat disimpulkan bahwa impor jagung pipil Sumatera Utara berfluktuatif. Kegiatan mengimpor jagung yang dilakukan pemerintah membuat konsumen beralih mengkonsumsi jagung pipil impor terutama perusahaan industri pakan ternak, dengan alasan ketersediaan jagung pipil dan juga harga yang relatif lebih murah. Tabel 3. Harga Jagung Pipil Impor dan Harga Produsen Sumatera Utara Tahun Harga Impor RpKg Harga Sumatera Utara RpKg 2009 1.886 2.436 2010 2.157 2.631 2011 2.774 2.835 2012 2.652 2.768 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Sumatera Utara diolah Dari tabel 3, dapat dilihat harga jagung di empat tahun terakhir menurut Badan Pusat Statistik 2012 dan Dinas Pertanian 2010. Di tahun 2009, harga jagung impor adalah Rp 1.886 sedangkan harga jagung Sumatera Utara adalah sebesar Rp 2.436. Di tahun 2010, harga jagung impor adalah Rp 2.157, sedangkan harga jagung Sumatera Utara adalah Rp 2.631. Di tahun 2011, harga jagung impor adalah sebesar Rp 2.774, sedangkan harga jagung Sumatera Utara adalah sebesar Rp 2.835. Di tahun 2012 harga impor jagung juga lebih murah daripada harga domestik di Sumatera Utara. Dapat disimpulkan bahwa, harga jagung impor lebih murah dibandingkan dengan harga jagung Sumatera Utara. Walaupun ada saat dimana harga produsen jagung pipil Sumatera Utara mengalami penurunan yang pada akhirnya harga produsen jagung pipil Sumatera Utara lebih murah atau hampir sama dengan harga jagung Universitas Sumatera Utara pipil impor. Hal inilah yang mendorong konsumen lebih memilih menggunakan jagung impor dibandingkan dengan jagung domestik. Untuk menganalisis dampak perbedaan harga tersebut terhadap harga di tingkat petani perlu dilakukan penelitian empiris.

1.2 Identifikasi Masalah