Dari tabel 4 dapat dilihat jelas bahwa terjadi peningkatan luas areal panen jagung pada dua tahun terakhir 2011-2012 tetapi terjadi penurunan apabila
dibandingkan dengan tahun 2009-2010. Sedangkan produktivitas setiap tahun mengalami peningkatan, yang tidak berbanding lurus dengan produksi yang
mengalami fluktuasi volume. Hal ini juga terjadi di Sumatera Utara yang mengalami peningkatan produktivitas tetapi luas areal semakin menurun serta
produksi yang berfluktuatif Tabel1.
2.1.2 Permintaan Jagung
Permintaan suatu komoditas pertanian pada umumnya terdiri dari permintaan langsung dikonsumsi dan permintaan tidak langsung diolah lebih lanjut menjadi
produk konsumsi atau lainnya Departemen Pertanian, 2006. Pada dasarnya konsumsi jagung dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai bahan pangan,
bahan baku industri olahan, dan bahan baku pakan Purwono dan Hartono, 2006.
Kebutuhan jagung untuk bahan pangan pokok, bahan baku pakan serta bahan baku industri olahan terus meningkat. Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan
semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan industri peternakan yang menuntut kontinuitas pasokan bahan baku. Oleh karena itu, volume impor
jagung terus meningkat mengingat harga jagung di pasar dunia relatif lebih murah dibanding harga jagung lokal serta kualitas produk lebih terjamin
Rachman, 2003.
Sebagian besar negara berkembang mempunyai masalah yang sama dalam pertanian jagung di dalam negerinya. Indonesia yang masih dapat dikatakan
sebagai negara berkembang meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap
Universitas Sumatera Utara
perekonomian nasional mulai digantikan oleh sektor industri juga menghadapi masalah tersebut. Masalah utama pertanian jagung negara berkembang adalah
peningkatan produksi jagung yang relatif rendah dibandingkan dengan konsumsi jagung secara nasional.
2.1.3 Perkembangan Impor Jagung
Kebijakan impor jagung dipilih sebagai cara untuk mengatasi kekurangan dan kontinuitas pasokan jagung yang digunakan sebagai bahan baku pangan dan
industri pakan. Pemerintah tidak ingin memberatkan industri pakan sebagai pendukung pertumbuhan industri peternakan menanggung biaya produksi yang
tinggi sebab hal tersebut akan berakibat pada tingginya harga produk peternakan Siregar, 2009.
Perubahan era pasar komoditas pertanian yang mengarah pada pasar bebas membawa konsekuensi terhadap harga komoditas pertanian, yaitu harga pangan di pasar
domestik semakin terbuka terhadap gejolak pasar internasional. Harga komoditas pangan di pasar dunia secara langsung akan mempengaruhi harga komoditas pangan
di dalam negeri. Sebagai salah satu komoditas pangan, fluktuasi perubahan harga jagung tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar komoditas pangan dunia,
stabilitas harga, dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Akumulasi berbagai perubahan tersebut secara simultan akan mempengaruhi fluktuasi harga jagung di dalam negeri
Rachman, 2003.
Terdapat dua kondisi yang menjadi alasan mengapa suatu negara mengimpor jagung dan bagaimana pemerintah seharusnya menyikapi permasalahan tersebut.
Kondisi pertama, produksi jagung lokal relatif cukup memenuhi kebutuhan dalam
Universitas Sumatera Utara
negeri dan pada saat yang sama harga jagung dunia lebih murah dari harga jagung lokal. Pada kondisi seperti ini konsumen jagung dalam negeri yang tingkat
kebutuhannya sangat tinggi, seperti perusahaan pakan akan lebih memilih impor jagung dibandingkan membeli jagung lokal. Impor jagung oleh perusahaan pakan
mendorong harga jagung lokal turun menyamai harga jagung dunia. Hal ini akan memukul produsen jagung di dalam negeri, sehingga pemerintah menetapkan tarif
tertentu terhadap impor jagung. Kebijakan tarif impor jagung ternyata belum mendorong petani jagung di dalam negeri menjadi lebih efisien.
Kondisi kedua adalah ketika produksi jagung lokal relatif rendah dibandingkan jumlah kebutuhan jagung di dalam negeri. Seperti pada kondisi pertama, misalnya
kebutuhan oleh pabrik pakan tidak dapat dipenuhi produksi jagung lokal, maka pabrik pakan akan mengimpor jagung dari pasar dunia sekalipun harganya lebih
mahal. Jika harga jagung dunia lebih mahal maka pabrik pakan akan melakukan pengurangan produksi, namun keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh rasio
harga pakan dan harga hasil peternakan Timor, 2008.
2.1.4 Penelitian Terdahulu