Penelitian Terdahulu Tinjauan Pustaka .1 Perkembangan Jagung

negeri dan pada saat yang sama harga jagung dunia lebih murah dari harga jagung lokal. Pada kondisi seperti ini konsumen jagung dalam negeri yang tingkat kebutuhannya sangat tinggi, seperti perusahaan pakan akan lebih memilih impor jagung dibandingkan membeli jagung lokal. Impor jagung oleh perusahaan pakan mendorong harga jagung lokal turun menyamai harga jagung dunia. Hal ini akan memukul produsen jagung di dalam negeri, sehingga pemerintah menetapkan tarif tertentu terhadap impor jagung. Kebijakan tarif impor jagung ternyata belum mendorong petani jagung di dalam negeri menjadi lebih efisien. Kondisi kedua adalah ketika produksi jagung lokal relatif rendah dibandingkan jumlah kebutuhan jagung di dalam negeri. Seperti pada kondisi pertama, misalnya kebutuhan oleh pabrik pakan tidak dapat dipenuhi produksi jagung lokal, maka pabrik pakan akan mengimpor jagung dari pasar dunia sekalipun harganya lebih mahal. Jika harga jagung dunia lebih mahal maka pabrik pakan akan melakukan pengurangan produksi, namun keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh rasio harga pakan dan harga hasil peternakan Timor, 2008.

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Timor 2008, dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia”, yang menghasilkan kesimpulan bahwa Kondisi produksi jagung di Indonesia selama periode tahun 1985 – 2005 meningkat secara fluktuatif karena peningkatan luas areal dan produktivitas tanaman jagung. Dari sisi produktivitas, produktivitas jagung Indonesia masih relatif rendah meskipun meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan sistem usaha tani petani jagung di Indonesia belum optimal, Universitas Sumatera Utara seperti terbatasnya penggunaan benih varietas unggul, pemupukan yang belum berimbang lebih dominan menggunakan pupuk urea, dan masih kurangnya penggunaan pestisida untuk pengendalian hama. Di satu sisi, konsumsi jagung juga mengalami peningkatan terutama konsumsi untuk industri. Selama periode tahun 1985 – 2005 tidak terjadi ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi jagung secara nasional. Industri pakan sebagai pendukung pertumbuhan industri peternakan merupakan konsumen utama jagung di Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Akan tetapi, peningkatan industri pakan belum diimbangi dengan produksi. Maka dari itu, meskipun produksi jagung meningkat tetapi impor jagung Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri pakan. Analisis impor jagung memberikan informasi bahwa variabel harga impor jagung Indonesia dan jumlah impor Indonesia jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Meskipun Produk Domestik Bruto tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia tetapi memiliki tanda yang sesuai dengan teori ekonomihipotesis. Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, jumlah impor jagung, tarif impor jagung, dan harga impor jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga impor jagung Indonesia. Menurut Kariyasa 2003 harga jagung Indonesia dalam jangka panjang hanya respon terhadap perubahan harga jagung impor dan kurang respon terhadap Universitas Sumatera Utara penawaran jagung. Kondisi di atas menunjukkan bahwa harga jagung Indonesia akan lebih banyak ditentukan oleh harga jagung impor karena meningkatnya volume impor jagung Indonesia. Selain itu, harga jagung Indonesia juga lebih banyak ditentukan oleh pabrik pakan yang cenderung mendekati oligopsoni. Harga jagung dunia dalam jangka pendek kurang responsif terhadap perubahan penawaran dan permintaan jagung dunia, namun cukup responsif dalam jangka panjang. Fenomena ini menunjukkan dalam jangka panjang bahwa harga jagung dunia secara kuat akan dipengaruhi dari sisi penawaran dan permintaan jagung dunia, sementara dalam jangka pendek kedua variabel tersebut tidak berpengaruh banyak karena masih banyak faktor eksternal lain yang berpengaruh. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia, kurs rupiah dan lag harga jagung impor. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang harga jagung impor hanya responsif terhadap perubahan harga jagung dunia. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga jagung impor sangat kuat ditentukan oleh harga jagung dunia. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan jagung dunia. Penelitian mengenai harga jagung yang dilakukan oleh Purba 1999 menghasilkan harga jagung domestik dipengaruhi oleh harga jagung impor, harga pakan ternak, penawaran jagung Indonesia dan lag harga jagung domestik. Harga jagung domestik tidak responsif terhadap semua peubah tersebut karena adanya kekuatan oligopsoni dan transmisi harga dimana wilayah produksi jagung dan pabrik pakan ternak memiliki lokasi yang berjauhan. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh ekspor, impor jagung dunia dan lag harga jagung dunia. Harga jagung dunia responsif terhadap perubahan ekspor dan lebih banyak ditentukan Universitas Sumatera Utara oleh sisi ekspor jagung. Harga jagung impor responsif terhadap perubahan harga jagung dunia dalam jangka panjang. Selain itu, peningkatan harga jagung impor akan meningkatkan harga jagung domestik dan sebaliknya tetapi harga jagung domestik tidak responsif terhadap perubahan harga jagung impor dengan nilai elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung impor yang sampai ke Indonesia. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang harga jagung di atas dapat disimpulkan bahwa harga jagung domestik lebih dipengaruhi oleh harga jagung impor. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia dan kurs rupiah. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran jagung di pasar dunia. Kondisi di atas menunjukkan bahwa terdapat transmisi harga pada harga jagung dunia dengan dometsik, dimana harga jagung dunia berpengaruh terhadap harga jagung impor dan harga jagung impor juga berpengaruh terhadap harga jagung domestik. Kondisi ini juga membuktikan bahwa peranan Indonesia dalam perdagangan jagung dunia hanya bertindak sebagai negara kecil atau price taker.

2.2 Landasan Teori