Pantai Manggar Pantai Lamaru

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2011 III.1 Gambar 3.45. Kondisi Kawasan Pantai Manggar Sumber : Disporbudpar Kota Balikpapan, 2011 Secara umum wisata Pantai Manggar sudah tertata dengan baik, khususnya yang berada disisi barat yang dilengkapi dengan gazebo, gardu pandang, toilet umum maupun tokowarung kecil, namun kawasan yang berada di sisi timur belum tertata dengan baik. Permasalahan utama yang dihadapi adalah parkir yang kurang memadai, kurangnya pohon peneduh baik disi barat maupun di sisi timur. Selain ramai oleh pengunjung setiap harinya terutama hari sabtu dan minggu, Pantai Manggar juga dijadikan sebagai pusat pengembangan wisata di Kota Balikpapan dengan keg iatan ”PETIK LAUT” yang rencananya dilaksanakan setiap tahun di bawah Dinas Pariwisata Kota Balikpapan. Upacara petik laut pertamakali dicanangkan oleh Walikota Balikpapan H. Imdaad Hamid, SE pada tanggal 25 Pebruari untuk memperingati hari jadi Kota Balikpapan yang jatuh pada tanggal 10 Pebruari. Gambar 3.46 Suasana acara petik laut Sumber : Disporbudpar Kota Balikpapan, 2011

b. Pantai Lamaru

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2011 III.1 Pantai Lamaru berada di sebelah timur Pantai Manggar, tepatnya 16 km dari pusat kota. Kondisi pantai masih relatif alami dengan hamparan kelapa dan cemara disepanjang pantai. Pantai ini sering dipergunakan untuk kegiatan bermain, champing dan kegiatan kelompok. Secara umum Pantai Lamaru belum dikelola dan dikemas dengan baik, hal ini terlihat dari kondisi pantai yang belum tertata dengan baik, kurang tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang memadai diantaranya adalah gazebo dan gardu pandang, tempat sampah, maupun tokowarung yang tertata dengan baik demikian pula dengan parkir. Selain itu kondisi jalan menunju obyek wisata walaupun cukup lebar tetapi dalam kondisi rusak Gambar 3.47 Kondisi Pantai Lamaru Sumber : Disporbudpar Kota Balikpapan, 2011

c. Tugu Peringatan Jepang Monumen Jepang

Tugu peringatan Jepang atau lebih dikenal dengan sebutan Makam Jepang terletak di km 15 berada diantara Pantai Manggar dan Pantai Lamaru. Monumen ini di bangun dalam rangka mengenang kembali keberadaan tentara Jepang yang gugur dan pernah berada di Balikpapan dalam rangka pendudukan wilayah Indonesia di masa Perang Dunia II, yakni Tahun 1944 – 1945. Monument ini memvisualisasikan kenangan atas tewasnya kurang lebih 1.500 tentara Jepang selama proses pendudukannya di Balikpapan. Lokasi monument kuburan jepang ini menghadap pantai S. Makassar dan lokasi kuburan Jepang sebenarnya sangat bagus dan rindang, di kanan kiri jalan setapak masih ditumbuhi banyak pohon kelapa. Di Lokasi monumen Jepang ini terdapat satu bangunan yang dapat dipergunakan untuk beristirahat maupun untuk menikmati monumen dan keindahan pantai. LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2011 III.1 Gambar 3.48. Kondisi Monumen Jepang Sumber : Disporbudpar Kota Balikpapan, 2011

d. Penangkaran Buaya

Obyek penangkaran buaya mungkin merupakan obyek wisata buatan yang khusus dan unik di Kota Balikpapan. Obyek wisata ini terdapat di Kelurahan Teritip, tepatnya di Km 17 yang dikelola oleh CV. Surya Raya yang dirintis sejak tahun 1975. Namun pada Tahun 1997, pihak pengelola memperoleh dukungan Walikota Balikpapan waktu itu untuk menjadikan penangkaran buaya sebagai bagian dari salah satu obyek wisata prioritas di Kota Balikpapan. Luas lahan yang dipergunakan untuk penangkaran buaya saat ini kurang lebih 1 ha. Di Lokasi ini terdapat pendopo yang dipergunakan sebagai shelter atau tempat berteduh sekaligus melihat berbagai jenis buaya yang ada di depannya. Di lokasi ini terdapat juga beberapa warung yang menjual makanan dan minumam, dan pihak pengelola juga menyediakan hasil produk buaya sendiri yang sudah diolah untuk dimakan seperti sate buaya, kare buaya, abon buaya, keripik buaya maupun obat berkhasiat yang dibuat dan diramu dari anggur putih dan tangkur buaya dalam botol kecil yang berkhasiat untuk kesehatan lelaki, serta produk tas, sepatu dan sabuk dari kulit buaya. Obyek wisata ini banyak dikunjungi pengunjung pada hari sabtu dan minggu, sedangkan pada hari-hari lainnya jarang pengunjung, demikian pula dengan hasil produk dari buaya tidak ditemukan pada saat hari-hari biasa. Selain buaya, di lokasi tersebut dapat juga melihat sepasang gajah yang dipelihara sebagai salah satu daya tarik obyek ini. Secara umum obyek wisata ini sudah tertata dengan baik, namun perlu adanya pembenahan kembali khususnya penempatan warung-warung kecil, perlunya tempat sampah karena sebagian pengunjung kadang membuang sampah ke tempat penangkaran maupun tempat duduk untuk beristirahat di bawah pohon-pohin yang rindang. Karena shelter yang ada saat ini lebih banyak dipergunakan untuk melihat buaya dan bukan untuk beristirahat