buku 1 slhd provinsi gorontalo 2011

(1)

i

LAPORAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI GORONTALO

TAHUN 2011


(2)

PROVI NSI GORONTALO

Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi

(BALIHRISTI)

Provinsi Gorontalo

Jalan Jamaluddin Malik No. 41 Kota Gorontalo

Telp : 0435 – 828626

Fax

: 0435 – 828627

Pembina:

Dr. Ir. Hi. Gusnar Ismail, MM

Hi. Toni Uloli, SE

Pengarah:

Dr. Rauf A. Hatu, M.Si

Penyusun:

Ir. Rugaya Biki, M.Si; Nasruddin, S.Pd, SKM, M.Si , Abd. Alim Katili, ST, Arvana Bachmid, ST, Algamar S.Si, Yeyen Pakaya, S.Ap


(3)

i

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI GORONTALO

2011

Diterbitkan oleh:

Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi

(BALIHRISTI)


(4)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2011 dapat dilaksanakan dan disusun dengan baik.

Laporan SLHD merupakan sarana publik untuk melakukan pengawasan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah. SLHD sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup sebagai akuntabilitas publik dengan menggunakan pendekatan P-S-R (Pressure, State, Response).

Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) merupakan amanat Undang – Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mewajibkan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk melaksanakan penyusunan laporan tentang pengelolaan lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada masyarakat.

Saya yakin masih terdapat kekurangsempurnaan dalam laporan ini, namun demikian saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga kerja sama seperti ini dapat terus berlanjut di masa mendatang.

Wabillahi Taufik Walhidayah

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Gorontalo, 2011

Gubernur Gorontalo


(5)

iii

HALAMAN SAMPUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 Gambaran Umum Provinsi Gorontalo ... I-2

BAB II KONDISI LINGUNGAN & KECENDERUNGANNYA ... II-1 A. LAHAN DAN HUTAN ... II-1 B. KEANEKARAGAMAN HAYATI... II-6 C. AIR ... II-17 D. UDARA ... II-32 E. LAUT, PESISIR DAN PANTAI ... II-35 F. IKLIM ... II-43 G. BENCANA ALAM ... II-45

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN ... III-1 A. KEPENDUDUKAN ... III-1 B. PEMUKIMAN ... III-2 C. KESEHATAN ... III-2 D. PERTANIAN ... III-13 E. INDUSTRI ... III-13 F. PERTAMBANGAN ... III-13 G. ENERGI ... III-20 H. TRANSPORTASI ... III-21 I. PARIWISATA ... III-22 J. LIMBAH B3 ... III-23


(6)

iv

BAB IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN ... IV-1 A. REHABILITASI LINGKUNGAN ... IV-1 B. AMDAL ... IV-3 C. PENEGAKAN HUKUM ... IV-4 D. PERAN SERTA MASYARAKAT ... IV-5 E. KELEMBAGAAN ... IV-7


(7)

Danau Limboto

Pemanasan global akan membuat dunia

"berperang" melawan kenaikan muka air laut

pada 2050. (Emil Salim)

BAB I

PENDAHULUAN


(8)

I - 1 -

BAB I

PENDAHULUAN

Gambaran Umum Provinsi Gorontalo

Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi Sulawesi Utara sejak tanggal 16 Februari 2001. Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian Utara meliputi 1 kota dan 5 Kabupaten. Letak geografi berada di antara 121°23 ’ – 123°43’ Bujur Timur dan 0°19’ – 1°15’ Lintang Utara, mempunyai luas 12.215,44 km2 d engan jumlah penduduk tercatat 996.078 jiwa (2008) dengan batas-batas wilayah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol dan Toli Toli (Sulawesi Tengah dan Laut Sulawesi).

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah).

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara).

Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

Mengingat bahwa Provinsi Gorontalo merupakan Provinsi yang baru terbentuk tentunya banyak kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan visi dan misinya, yaitu pengembangan pendidikan, pengembangan pertanian melalui konsep agropolitan, dan pengembangan perikanan. Sector lain yang menjadi prioritas yaitu pembangunan perkebunan dan peternakan dan pembangunan infrastruktur pelayanan publik. Tentunya kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan adalah dari sumber daya alam. Dapat dikatakan bahwa sumber daya alam mempunyai peranan penting dalam perekonomian daerah.

Namun demikian, selain sumberdaya alam mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan, di lain pihak keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan dan begitu juga aturan yang mestinya ditaati sebagai landasan melaksanakan pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan mendukung pembangunan dari sektor ekonomi kurang diperhatikan, sehingga ada kecenderungan terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan menipisnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta penurunan kualitas lingkungan hidup.


(9)

I - 2 -

Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan adanya krisis pangan, krisis air, krisis energi dan lingkungan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu. Dimana Pada beberapa tahun ini sumber daya alam yang ada di Provinsi Gorontalo menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin kuat. Hal ini ditunjukkan dari “ Status Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo” sekarang ini. Yang mencoba mengungkap secara umum sebagai gambaran potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah.

Wilayah Kota Gorontalo, secara geologis terdiri atas endapan danau, batu gamping, deorit bone, dan batu gunung api. Di Kota Utara didominasi oleh endapan danau; di Kota Barat, disamping ditemukan endapan danau, juga terdapat batu gamping terumbu; di Kota Selatan terdapat diorit bone dan batuan gunung. Berdasarkan Peta Geologi dari Direktorat Geologi (Tjetje Appandi, 1977) di Kota Gorontalo dijumpai batuan gunung api (berupa breksi gunung api, tufa, dan lava yang mengandung batu apung berwarna kuning); batuan gamping koral berwarna putih, pejal pada perbukitan; batuan beku terobosan Granodiorit, dijumpai menerobos batuan gunung api maupun batu gamping terjal di wilayah Kota Selatan; dan alluvium berupa lumpur, pasir dan kerikil pada satuan morfologi daratan. Wilayah Kabupaten Gorontalo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit, basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kabupaten Pohuwato terdiri atas sedimen lepas yang banyak tersebar di Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Tilamuta, dan Kecamatan Paguat bagian selatan. Sedimen padu banyak ditemukan di Kecamatan Paguyaman bagian utara, Kecamatan Tilamuta bagian tengah dan utara. Kecamatan Popayato umumnya memiliki banyak batuan beku malihan. Wilayah Kabupaten Boalemo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit, basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kecamatan Tilamuta banyak tersebar sedimen lepas, sedimen padu. Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan peta satuan lahan dan status lembar Atinggola skala 1: 250.000, yang diterbitkan Pusat Penelitian Agroklimat Bogor, bahwa formasi geologi yang terdiri dari Breksi Wubudu, Diorite dan Vulkanik Bilungala.


(10)

I - 3 -

Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan. Oleh karenanya, provinsi ini mempunyai banyak gunung dengan ketinggian yang berbeda-beda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi di Provinsi Gorontalo dengan ketinggian 2.100 m di atas permukaan laut. Sedangkan Gunung Litu-Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo merupakan gunung terendah dengan ketinggian 884 m di atas permukaan laut. Di samping mempunyai banyak gunung, provinsi ini juga dilintasi banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan sungai yang terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara.

I nformasi menyangkut jenis tanah yang mencakup seluruh wilayah Provinsi Gorontalo saat ini hanya tersedia dalam skala Tanah Tinjau (skala 1 : 250.000) dengan sistem kelasifikasi Dudal dan Supratoharjo. Meskipun demikian, di lokasi tertentu, khususnya di Kabupaten Gorontalo, telah tersedia data sampai skala semi detail berdasarkan sistem Taxonomi Tanah. I nformasi menyangkut kondisi tanah dalam skala Provinsi, terutama didasarkan pada Peta Tanah Tinjau yang ada. I nformasi dari peta tanah semi detail dimanfaatkan jika terjadi keraguan dalam pengambilan keputusan peruntukan kawasan, khususnya untuk lokasi yang termasuk wilayah Kabupaten Gorontalo.

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, di Provinsi Gorontalo ditemukan tanah yang diklasifikasikan sebagai Aluvial, Grumusol, Andosol, Latosol, Podsolik dan Litosol.

Berdasarkan sifat-sifatnya, tanah-tanah ini mempunyai kemampuan lahan (potensi pengembangan sebagai kawasan atau lahan budidaya dan faktor penghambat) yang bervariasi dari rendah sampai tinggi. Tanah Aluvial yang terbentuk pada topografi datar, sebagai contoh, memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan, walaupun di sejumlah lokasi tertentu mempunyai hambatan yang serius dalam hal drainase permukaan. Tanah Lithosol di lain pihak, selain tidak layak untuk dibudidayakan, karena dangkal dan berbatu, juga sangat peka terhadap erosi dan proses degradasi.

Berdasarkan petunjuk teknis yang diberikan di dalam SK Menteri Pertanian No. 837/ Kpts/ Um/ 1980, tanah Lithosol (berdasarkan Peta Tanah Tinjau terdapat di Kabupaten Bualemo, berbatasan dengan wilayah Sulawesi Tengah) dikategorikan sebagai sangat peka erosi dan diperuntukkan hanya sebagai kawasan hutan lindung. Sementara, tanah-tanah


(11)

I - 4 -

lainnya dinilai boleh dibudidayakan, tetapi dengan tetap memperhatikan pengendalian faktor-faktor pembatas masing-masing.

Berdasarkan hasil survei dan pemetaan tanah tingkat tinjau (skala 1 : 250.000) yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (1992), tanah di wilayah Kabupaten Gorontalo termasuk dalam ordo (menurut Taxonomi Tanah, USDA): Alfisols (dominan), I nceptisols, Entisols, Vertisols dan Mollisols. Kelas kemampuannya bervariasi dari Kelas I sampai Kelas VI I I dengan faktor pembatas dominan berupa bahaya erosi dan di beberapa lokasi berupa drainase.

Jika hanya didasarkan pada kondisi tanah, kebanyakan lahan di wilayah Provinsi Gorontalo dapat dibudidayakan, kecuali yang diklasifikasikan sebagai Lithosol, walaupun sebagian di antaranya memerlukan usaha pengelolaan yang spesifik, berdasarkan kendala masing-masing. Yang menjadi pembatas utama bagi pengembangannya adalah faktor kondisi lereng yang akan diuraiakan berikut ini.

Provinsi Gorontalo dibangun terutama (69,7 % dari seluruh areal provinsi) oleh hamparan lahan dengan kemiringan lereng lebih dari > 40 % , disusul oleh kelas lereng datar (0 sampai 2 % ) dan kelas-kelas lereng lainnya. Jadi, jika digunakan kriteria yang dikeluarkan di dalam SK Menteri Pertanian No. 837/ Kpts/ Um/ 1980, yang mensyaratkan bahwa lahan dengan lereng > 40 % harus menjadi kawasan lindung, maka 824.668 ha (69,7 % ) dari lahan di Provinsi Gorontalo tidak boleh dibudidayakan. Kendalanya, tentunya, adalah bahaya erosi. Dan, demi kepentingan konservasi air dan sumberdaya alam lainnya, lahan dengan lereng terjal ini perlu dimasukkan ke dalam kawasan lindung.

Dalam kenyataannya, sebagian dari areal dengan kemiringan lereng > 40% tetap dibudidayakan, atau tidak (belum) dibudidayakan tetapi juga tidak dipetakan sebagai kawasan lindung, meskipun menurut SK Menteri pertanian harus menjadi hutan lindung. I ni menjadi jelas jika kawasan budidaya dan kawasan lindung atau konservasi diplotkan bersama-sama dengan kawasan lahan dengan lereng > 40 % . Artinya, kriteria dan penetapan kawasan lindung dan budidaya di Provinsi Gorontalo merupakan salah satu dari agenda penting yang harus diselesaikan oleh pemerintah Provinsi maupun Kabupaten.


(12)

Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan eceng gundog

“Jika engkau berpikir untuk satu tahun ke depan, semailah sebiji

benih. Namun jika engkau berpikir untuk sepuluh tahun ke depan,

tanamlah sebatang pohon.”

BAB II

KONDISI LINGKUNGAN HIDUP &

KECENDERNGANNYA


(13)

I I - 1 -

Grafik 2.1 Luas Wilayah menurut Penggunaan Lahan Utama

Sumber: Hasil analisis

BAB I I

KONDI SI LI NGKUNGAN HI DUP & KECENDERNGANNYA

A. Lahan dan Hutan

Hutan dan atau lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi, baik ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, karena itu perlu dilakukan pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup;

1. Lahan

Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang peruntukannya untuk usaha dan atau kegiatan ladang dan atau kebun bagi masyarakat.

Secara garis besar lahan yang ada di Provinsi Gorontalo merupakan kawasan hutan hal ini ditunjukkan dari hasil analisis luas wilayah menurut penggunaan lahan utama tahun 2009 bahwa 36% lahan atau daratan di Gorontalo merupakan kawasan hutan itupun tidak termasuk Kabupaten Gorontalo Utara. Non pertanian sebesar 32% , Lahan kering sebesar 18% , Perkebunan sebesar 9% dan Sawah sebesar 2% serta pengunaan lahan lainnya sebesar 3% .

Berdasarkan hasil analisis luas lahan kritis yang ada di Provinsi Gorontalo seluas 1034,637 ha sedangkan dari perkiraan luas kerusakan hutan menurut penyebabnya seluas 6.956 yang terjadi di Kabupaten Bone Bolango. Untuk konversi hutan menurut peruntukan


(14)

I I - 2 -

hanya terdapat di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Pohuwato (120.060 ha) dan Kabupaten Bone Bolango (2472,17 ha). Sedangkan luas hutan tanaman industry hanya terdapat di Kabupaten Pohuwato sebesar 14673,68 ha.

Dari seluruh luas lahan di Provinsi Gorontalo 1,02 juta Ha (282.295 ha) merupakan lahan pertanian yang sudah dimanfaatkan sebesar 115.884 Ha. Berdasarkan hasil analisis, Luas areal untuk perkebunan 86.831,02 Ha, yang tersebar di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango sebesar 38.228,07 Ha serta Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato sebesar 48.602,95 Ha. Dari areal tersebut yang sudah dimanfaatkan untuk pengembangan 12 komoditi perkebunan, berupa komoditi kelapa (

Cocos nucifera

) yang dikelola oleh 65.453 KK. Selain kelapa potensi tanaman perkebunan yang dikembangkan adalah : Kakao (

Theobroma cacao

), Jambu Mete, Kopi, Cassiavera, Pala, Vanili, Aren, Cengkeh, Lada, Tebu, Kemiri. Potensi kayu yang ada di Provinsi Gorontalo adalah 77,19 M³ / Ha dan potensi rotan adalah 0,92 Ton/ Ha.

Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo p ad a h ut an k on ser v asi seb esar 92. 353Ha ( 46, 74% ) , Hut an lin du n g 59. 434H ( 35, 91% ) , Hu t an p r od uk si 52. 915Ha ( 52, 56% ) , h u t an p r od uk si t er bat as 152. 200Ha ( 44, 44% ) , d an h ut an k on v er si seb esar 14. 683Ha ( 72, 80% ) . Sebaran jenis penutup lahan bila ditinjau dari kondisi lereng adalah sebagai berikut : hutan tersebar pada kondisi lahan berlereng > 15% ; permukiman, tubuh air, sawah, lahan terbuka berada pada lahan datar dengan lereng < 8% ; sedang semak belukar dapat dijumpai pada lereng 8-45% , biasanya berupa lahan tandus yang kritis. Lahan kritis dan terbuka tersebut dapat menjadi penyebab timbulnya banjir, seperti di Gorontalo bagian Utara, yang berdampak pada Daerah Danau Limboto. Kondisi DAS yang memiliki hutan yang baik, dapat memperkecil resiko terjadinya banjir. Penebangan hutan pada fungsi hutan adalah sbb : pada hutan produksi sebesar 483,1 Ha, pada hutan lindung, 165,4 Ha, dan pada hutan konservasi sebesar 197,6 Ha.

Meluasnya lahan kritis di Gorontalo disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

Perambahan dan penebangan hutan secara illegal (illegal logging)

Konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan

Perladangan berpindah

Pembakaran hutan dan lahan


(15)

I I - 3 -

Dimana perluasan lahan kritis berdampak pada:

Terjadinya banjir dibeberapa lokasi.

Penurunan produktivitas lahan lahan.

Menurunnya keanekaragaman hayati ditandai berkurangnya populasi hewan endemic Gorontalo seperti babi rusa, anoa, ayam hutan dll.

Erosi tanah yang mengarah pada proses desertifikasi atau perubahan menjadi padang pasir.

Menurunnya kualitas air sungai.

2. Hutan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan;

Berdasarkan data analisis areal hutan di Provinsi Gorontalo tahun 2010 tercatat seluas 824.668 Ha. Areal hutan ini terdiri atas hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi terbatas; dan sisanya merupakan hutan produksi tetap serta produksi konversi.

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap;

Dari data yang ada menunjukkan bahwa luas kawasan hutan menurut fungsinya yaitu seluas 50% untuk taman hutan raya, hutan lindung sebesar 4% dan 41% merupakan hutan produksi serta 5% untuk hutan produksi terbatas. Peningkatan kerusakan hutan menyebabkan perluasan lahan kritis.

Saat ini Provinsi Gorontalo telah kehilangan 1 persen hutannya. Jika setiap tahunnya terjadi areal hutan hilang maka diprediksi selang 20 tahun ke depan daerah ini akan kehilangan seluruh potensi hutan jika tidak ada usaha konservasi dan rehabilitasi.

Status kawasan hutan di wilayah Provinsi Gorontalo Menurut Kepmen Kehutanaan RI berdasarkan SK. 324/ Menhut-I I / 2010 tentang Perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas ± 22.605 Ha, Perubahan antar fungsi kawasan hutan seluas ± 55.553 Ha, dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas ± 3.787 Ha di kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara.


(16)

I I - 4 -

Gambar 2.1 Sebaran Tutupan Lahan Hutan dan Non Hutan di Provinsi Gorontalo Tahun 2009

Menurut Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo (2010), Provinsi Gorontalo mempunyai luas kawasan hutan sebesar 824.668 Ha.

Menurut fungsinya, hutan di Gorontalo meliputi hutan lindung (HL) seluas 204.608 Ha (24,8% ); hutan suaka alam 196.653 Ha (23,8% ); hutan produksi terbatas (HPT) 251.097 Ha (30,5% ); hutan produksi tetap (HP) 89.879 Ha (10,9% ) dan hutan produksi konversi (HPK) 82.431 Ha (10% ).

Kondisi lahan dan hutan umumnya bisa diwakili dengan melihat tutupan lahan yang ada diwilayah Gorontalo. Pada tahun 2009, data tutupan lahan tidak terlalu berubah dibandingkan kondisi pada tahun 2008.

Lima puluh tiga persen dari kawasan hutan (453.526 hektar) tersebut merupakan kawasan hutan tetap, dan sisanya merupakan hutan yang dapat dikonversi. Dari kawasan hutan tetap tersebut, 8 % di antaranya mempunyai fungsi pokok terkait dengan pengelolaan lingkungan. Fungsi pokok tersebut tertuang dalam dua jenis kawasan hutan, yaitu kawasan hutan lindung sebesar 6% dan kawasan hutan konservasi sebesar 2 % dari total kawasan hutan tetap.


(17)

I I - 5 -

Tabel 2.1 Luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo 2010

Kawasan Hutan Luas (Ha)

• Hutan Konservasi

• Hutan Lindung

• Hutan Produksi Terbatas

• Hutan Produksi Tetap

• Hutan Produksi yang dapat dikonversi

± 196.653 ± 204.608

± 251.097 ± 89.879 ± 82.431

Jumlah ± 824.668

Sumber: SK Menhut No 325 Tahun 2010

Tabel 2.2 Luasan dan Lokasi Penutupan Lahan Per Kab/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2010

LOKASI PENUTUPAN LAHAN Kab. Bone Bolango Kab. Gorontalo Kota Gorontalo Kab Gorontalo Utara Kab. Pohuwato Kab. Boalemo Total Ha

Airport 0 36 0 0 0 0 36

Belukar Rawa 0 867 0 174 91 9 1141

Hutan Lahan Kering Primer

93566 22500 0 26434 128992 22331 293823

Hutan Lahan Kering Sekunder

37016 37904 131 58698 211524 71685 416958

Hutan Mangrove Primer

0 0 0 1956 1247 380 3583

Hutan Mangrove Sekunder

0 0 0 1491 6539 2032 10062

Hutan Rawa Sekunder

0 0 0 0 3 7 10

Pemukiman 2141 4882 2063 1350 3645 1715 15796

Perkebunan 533 3148 0 303 14913 8253 27150

Pertanian Lahan Kering


(18)

I I - 6 -

Tabel 2.3 Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo

No. Golongan Nama spesies Status 1. Hewan menyusui 1. Babi Rusa Hewan Langka

2. Anoa Hewan Langka

3. Tarsius

4. Musang (Paradoxurus Hermaproditus) 5. Primata Macaca hecki

6. Tikus Bunomys fratorum 7. Tikus Maxomys hellwaldii 8. kelelawar Rousettus Celebensis

Hewan Langka Terancam Terancam Endemic Endemic Terancam 2. Burung 1. Burung Maleo Hewan Langka

2. Burung Rangkong Hewan Langka 3. Burung Raja Udang

4. Raja Udang Biru 5. Gosong Sula 6. Walik Manomiti 7. Kringkring Dada-Kuning 8. Serindit Paruh Merah 9. Udang Merah Sulawesi 10. Raja Udang Pipi-Ungu 11. Sikatan Leher-Merah 12. Kepundang Sungu Belang 13. Kuntul Besar

14. blekok Sawah 15. Elang Alap Ekor-Totol 16. Burung Madu Sepah Raja 17. Pelanduk Sulawesi 18. Kehicap Ranting

Hewan Langka Endemic Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah 3. Reptil 1. Penyu Tempayau Hewan Langka

2. Buaya Hewan Langka

3. Penyu Belimbing 4. Bunglon 5. Iguana

6. Ular Phyton Reticulatus 7. Biawak Varanus Salvator 9. Ular Hitam Elaphe cf Euruthrea 10. Ular Rhabdophis Callitus 11. Tokek Gekko gecko

Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Terancam Terancam Hewan Langka 4. Amphibi 1. Katak Bufo Celebensis Endemic

2. Katak Rana Celebensis Belimpah 3. Katak Limnonectes Modestus Berlimpah

5. Ikan 1. Ikan Paus Hewan Langka

2. Ikan Duyung Hewan Langka 3. Ikan Lumba-lumba

4. Payangga 5. Manggabai

Hewan Langka Terancam Terancam 6. Keong 1. Kepala Kambing Hewan Langka

2. Triton Hewan Langka

3. Batu Laga/Siput Hijau Hewan Langka 7. Serangga 1. Kupu-kupu Raja Hewan Langka

2. Tawon Hewan Langka

3. Kalajengking Hewan Langka 8. Tumbuh-tumbuhan 1. Kantong Semar Terancam

2. Anggrek Bulan Terancam 3. Beringin

4. Tili Phylanthus Acidus 5. Takuti Antidesma Bunius 6. Srikaya Annona Squamosa 7. Amu Moraceae

8. Sterculiacea

9. Namu-namu Cyanometra Cauliflora 10. Belimbing Botol Averrhoa Bilimbi 11. Dulamayo

12. Rambutan Hutan Nephelium Muabile 13. Lobe-Lobe Flacourtia Inermis 14. Molahengo Eugenia Densiflora 15. Kikimoputio Zea Mays 16. Chionanthus

17. Gmelina Arborea

Terancam Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Endemik Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Berlimpah Berlimpah Keterangan : Pilihan status adalah endemik, terancam, dan berlimpah Sumber : Badan Lingkungan Hidup, Kab. Boalemo 2009


(19)

I I - 7 -

Keanekaragaman hayati ialah fungsi-fungsi ekologi atau layanan alam, berupa layanan yang dihasilkan oleh satu spesies dan/ atau ekosistem (ruang hidup) yang memberi manfaat kepada spesies lain termasuk manusia.

Keragaman hayati floristik di Provinsi Gorontalo diduga semakin menurun, disebabkan oleh perambahan hutan, perluasan areal pertanian, konversi lahan. Di Provinsi Gorontalo terdapat 16 flora khas yaitu (1) Gadung (Bitule, Ondote), Dioscorea Hispida Dennts, dari famili Dioscoreaceae, tanaman ini dapat dimakan umbinya, (2) nam nam, Namu namu , Cynometra Cauliflora L. famili Caesalpiniaceae, ordo Rosales; (3) Belimbing Buluh, B. botol, Averrhoa Bilimbi L, famili Oxalidaceae; (4) Mangga embacang, Dulamayo, M an g i f er a Caesi a Jack ex W al l , famili Anacardiaciae; (5) N ep h el i u m Ram b o u t an - ak e ( l ab i l l ) ( N e- p h el i u m M u t ab i l e BI ), Kapulasan, Bolangaso (Atinggola), famili Sapindaceae, (6) Durian, Duea, Du r i o Zi b et h i n u s M u r r , famili Bombacaceae; (7) Rukem, Lobe-lobe; Fl aco u r t i a i n er m i s Ro x b , famili Flacourtiaceae; (8) Molahengo,Eu g en i a D en si Fl or a Du t h i e, famili Myrtaceae; (9) Buni, Takuti, An t i d esm a Bu n i u s Sp r en g , famili Euphorbiaceae; (10) Pisang Tanduk, M u sa Par ad i si aca, famili Musaceae; (11) Srikaya, An n on a Sq u am osa L. famili Annonaceae; (12) Aren, Pohon saguer, Seho, Bagiso, Ar en g a Pi n n at a ( W u r m b ) M er r , f amili Arecaceae; (13) Ceremai, Tili, Cerme, Ph y l l an t h u s Aci d u s ( L.) Sk eel s, famili Euphorbiaceae; (14) Jagung, Binte, Zea M ay s L.; (15) Padi lading, Or y za Sat i v a L. famili Poaceae; (16) Sukun, Amu, Ar t ocar p u s famili Moraceae. Tamanan-tanaman tersebut sebagian mulai langka, akan tetapi masih dapat ditemukan di berbagai daerah. Kelangkaan tersebut selain disebabkan oleh populasinya yang rendah, juga disebabkan beberapa hal, sebagai berikut : (1) masuknya tumbuhan buah-buahan eksotis seperti mangga arumanis, manalagi dan golek yang rasanya enak serta berbuah cepat, (2) Terjadi pergeseran cita rasa terutama generasi muda yang lebih menyukai buah anggur daripada takuti atau lili, (3) Durian di Kecamatan Atinggola terancam punah,karena sebagian besar diserang hama (4) Program pemerintah seperti menanam jagung hibrida yang produksinya lebih menjanjikan dibandingkan dengan jagung lokal.

Bagian hulu aliran Sungai Paguyaman terletak di kawasan Hutan Nantu yaitu kawasan hutan yang menjadi tempat penelitian dan penangkaran fauna Babirusa. Pada lokasi aliran sungai ini dijadikan perkebunan jagung rakyat dan t anaman t ebu. Jenis tanaman pada bagian hulu masih terdapat kayu-kayuan : agatis, nant u, jati, rotan, kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Jenis fauna yang dijumpai : buaya, ular, rangkong, kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan.

a. Kabupaten Bone Bolango

Wilayah Kabupaten Bone Bolango, memiliki TNBNWB, yang merupakan wilayah pengelolaan hutan penting. Sejak Tahun 1982, Pemerintah Republik I ndonesia telah menetapkan perubahan status beberapa kawasan suaka alam menjadi taman nasional (cagar alam Ujung Kulon dan Baluran, statusnya diubah menjadi taman nasional). Menurut MacKinnon,dkk.(1993) menyat akan bahwa


(20)

I I - 8 -

suat u kawasan dit etapkan menjadi kawasan lindung dan kawasan konservasi apabila memiliki ciri-ciri berikut : 1). memiliki karakt erist ik at au keunikan ekosist em (fauna endemik, ekosist em pegunungan t ropika); 2). spesies khusus yang diminat i, nilai kelangkaan, at au t erancam, misalnya Badak dan burung; 3). memiliki keanekaragaman spesies; 4). landskap atau ciri geofisik yang bernilai est et ika atau penget ahuan (glasier, mat a air panas, air t erjun); 5). fungsi perlindungan hidrologi; t anah, ,air dan iklim lokal; 6). fasilit as unt uk rekreasi alam, wisat a (pemandangan pegunungan, sat wa liar yang menarik); 7). t empat peninggalan budaya. Berdasarkan kriteria tersebut maka suatu unit manajemen kawasan konservasi, baik yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) maupun kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Tahura, Taman Wisata Alam) secara berkelanjutan perlu ditinjau ulang kerangka pengelolaan, melalui system perencanaan yang memadai. Pengeloaan Taman Nasional sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam dengan berbagai fungsi memerlukan perencanaan yang baik.

Taman Nasional merupakan aset bangsa dan menjadi bagian kawasan hutan yang memiliki strategi yang penting unt uk dijaga kelestariannya. Ada beberapa kriteria kelestarian hutan yang tidak terlepas dari fungsi konservasi, produksi, sosial dan ekosistem, yaitu: status areal yang memiliki dasar hukum jelas; tegakan hutan yang memadai untuk suatu ekosistem; pengaturan pemanfaatan (apabila memang diperlukan tidak berlebihan dengan kemampuannya); dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan rehabilitasi dibeberapa bagian kawasan tertentu yang diperlukan; dan memiliki organisasi personal yang efetif dan efisien.

Tujuan penetapan hutan lindung yaitu unt uk melindungi dan membina suatu kawasan yang karena kondisi wilayahnya (kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah hujan). Fungsi utama hutan lindung adalah untuk keperluan konservasi tanah dan air dalam kaitannya dalam pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah, di samping it u dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana rekreasi atau keperluan lainnya. Terkait dengan fungsi tersebut, TNBNW memiliki multi-manfaat sebagai berikut : 1). Perlindungan hidrologi; 2). Perlindungan kesuburan tanah dan produktivitas lahan; 3). Pengaturan stabilitas iklim, media penyerbukan alami bagi vegetasi dan tanaman; 4). Perlindungan sumberdaya genetik; 5). Laboratorium bagi penelitian dan pendidikan; 6). Obyek rekreasi dan wisata alam.

Secara spasial ekologis, kawasan lindung di Kabupaten Bone Bolango seluas 134.156,83 Ha. Dari luasan tersebut termasuk kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone luasnya sebesar ± 110.000 ha. Penet apan Kawasan ini menjadi kawasan konservasi, didasarkan pada kekhasan yang dimiliki oleh ekosist em dari kawasan t ersebut . Ekosistem yang memiliki karakterist ik yang khas, dapat dit andai oleh ket inggian t empat dari muka laut yang t inggi, suhu yang sejuk, lereng yang curam, curah hujan yang relat if t inggi, rawan t erhadap longsor dan bencana gunung api dan kekhasan sat wa dan ekosist emnya. Kekhasan t ersebut memberikan ket erbatasan dalam pemanfaatan oleh manusia sehingga memerlukan suat u pola pengelolaan yang spesifik.


(21)

I I - 9 -

Ada beberapa masalah yang mendasar yang terjadi secara faktual di kawasan TNBNW; (1) Pada Kawasan Konservasi dan hutan lindung sudah ada permukiman penduduk yang secara administrasi pemerintah daerah menetapkan sebagai bagian Desa di wilayahnya; (2) perambahan hutan/ perladangan; (3) penambang emas tanpa ijin (PETI ) telah eksis melakukan kegiatan penambangan secara tradisional; (3) pembakaran hutan; (4) penebangan dan pemburuan liar. Perubahan kondisi taman nasional dengan adanya kerusakan dan pemanfaatan yang menyimpang dari fungsi utamanya perlu dilakukan perbaikan atau rehabilitasi. Namun informasi tentang kondisi taman nasional Bogani Nani Wartabone sampai saat ini belum banyak tersedia, utamanya kondisi ekosistem unik yaitu flora dan fauna endomik dikawasan tersebut.

Tabel 2 .3 Tipe Ekosist em Kaw asan TNBNW

No Tipe Ekosistem Uraian

1 Hutan lumut Pada ketinggian di atas 1600 m dpl, disekitar puncak pegunungan

2 Hutan hujan pegunungan rendah

Pada ketinggian 1000-1600 m dpl, kanopi rendah dan sedikit terbuka. Pada ketinggian 1600 m ditemukan lumut yang menempel pada pohon. Vegetasi bawah cukup tebal, dengan jenis-jenis rotan, pandan, dan paku-pakuan

3 Hutan hujan dataran rendah ( hutan pamah)

Ditemukan pada ketinggian 300-1000 m dpl, umumnya terletak di at as batuan vulkanis.

4 Hutan sekunder Terdapat pada daerah bekas penambangan yang tidak terpelihara dan tidak terkena kebakaran

Keterangan: Jenis flora di dalam tipe hutan sekunder meliputi Piper adundum, Melastoma malabathricum; Lantana camara, dan Musa sp, serta tutupan rerumputan lebat.

Soerjani 1997, 2007 melakukan penelitian di lokasi penambangan dapat menemukan jenis flora yang perlu diselamatkan yaitu 1). Dyospyros cauliflora (Ebenaceae) kayu hitam; 2). Pterospermum sp. (Sterculiaceae) kayu keras; 3). Pometia pinnata (Sapindaceae), dan jenis fauna yang perlu diselamatkan yaitu 1). Anoa kecil (Bubalus quarlesi); 2). Babirusa (Babirousa babirusa); 3). Tarsius (tarsius spectrum); 4). Babi hutan (sus celebensis); 5). Kera hitam (macaca nigra nigrescens) . Schenkel dkk (1978) melakukan penelitian keadaan habitat badak di Taman Naional Ujung Kulon. Hasil penelit iannya menyat akan bahwa beberapa bagian dari habitat badak cenderung didominasi oleh langkap (Arenga obtusifolia). Di dalam kawasan TNBNW terdapat 4 (empat) tipe ekosist em ut ama (tabel 2.3).

Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup t inggi dari segi konservasi maupun pot ensi pengembangannya ant ara lain : bunga bangkai; hanjuang hijau; berbagai jenis rotan dan palem, peku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis tumbuhan berkayu yang potensial unt uk usaha kehut anan sepert i; cempaka, kenanga, agathis, kayu hitam, kayu besi, eucalypthus,


(22)

I I - 10 -

dan beberapa jenis bambu. Barrie, June 18th, 2007 reported that Corpse flowers or Titan Arum

(amorphophallus titanum) have been found in Tulabolo village, Bone Bolango District, Gorontalo Province, nort hern Sulawesi I sland. The flower, which looked like Rafflesia Arnoldii flower, usually bloomed in rainy season. “ I n the rainy season, local residents` plantation areas are usually covered fully by hundreds of ` corpse flowers` , which produce bad smell,”. The local authorities could check the flowers to confirm their species and promote them for a tourist attraction.` Corpse` flowers are found only in I ndonesia` s equatorial tropical rainforests of Sumatra, Kalimantan and Java islands. I t

was first discovered in Sumatra by I talian botanist Odoardo Beccari in 1878. Sebagai zona rimba di kawasan ini terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis flora yang dapat ditemukan, di antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis t umbuhan tinggi, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis t umbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk famili Orrchide (anggrek putih). Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan.

Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan (flora) dan satwa (fauna) yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas (endemik) Pulau Sulawesi. Di kawasan ini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam tumbuhan khas dan langka, seperti: Palem Matayangan (pholidocarpus ihur), kayu hitam (diospyros celebica), kayu besi (intsia spp.), kayu kuning (arcangelisia flava), dan bunga bangkai (amorphophallus companulatus). Pengunjung juga

dapat menemukan satwa khas, seperti: monyet hitam / yaki (macaca nigra-nigra), monyet dumoga bone (macaca nigrescens), tangkasi (tarsius spectrum-spectrum), musang sulaw esi

(macrogalidia musschenbroekii-musschenbroekii), anoa besar (bubalus depressicornis), anoa kecil

(bubalus quarlesi), babirusa (babyrousa babirussa celebensis). Tangkasi (tarsius

spectrum-spectrum).

Selain satwa langka jenis di atas, di TNBNW terdapat berbagai jenis burung. Burung maleo

(macrocephalon) adalah salah satu satwa khas (endemik) yang merupakan maskot kawasan ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir sama dengan ayam, bahkan telurnya 6 kali lebih berat telur ayam. Burung ini meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir sedalam 30-40 cm di sekitar sumber air panas yang ada di kawasan ini. Pada saat telur maleo tersebut menetas, pengunjung dapat menyaksikan atraksi yang sangat menarik. Anak burung maleo yang baru berumur satu hari tersebut muncul dari dalam tanah atau pasir kemudian berlari di alam bebas dan mengintip induknya yang sedang menggali lubang. Burung maleo (macrocephalon) salah satu satwa khas (endemik) yang merupakan maskot kawasan ini.

Selain menyaksikan atraksi burung maleo, pengunjung juga dapat menikmati berbagai obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, seperti: air terjun, sumber air panas, danau, dan situs peninggalan sejarah. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan atraksi budaya di luar taman nasional ini, yaitu Budaya Baloong Mongondow dan Budaya Gorontalo. Kawasan t aman ini juga sangat


(23)

I I - 11 -

cocok unt uk kegiatan berkemah, memancing, berenang, lintas alam, mendaki gunung, foto hunting, dan penelitian ilmu pengetahuan.

Lokasi TNBNW secara administatif, terletak di ant ara dua provinsi, yakni di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Secara umum, curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200 mm/ t ahun dan temperatur udara berkisar antara 21,5 °C hingga 31 °C. Di kawasan ini terjadi musim penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April hingga November. Waktu baik unt uk berkunjung ke kawasan ini, yaitu bulan April sampai dengan September.

Taman Nasional Bogani Nani Wart abone t erlet ak di 2 (dua) yait u Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara. Secara keseluruhan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wart abone t erdiri at as 3 Seksi yang membawahi 11 Resort , dan khusus wilayah Goront alo dikelola oleh Seksi Konservasi Wilayah I Limbot o yang t erdiri at as : Resort Bone Pant ai; Resort Bone; Resort Bolango; Resort Tulabolo-Pinogu.

Kabupaten Bone Bolango mempunyai kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Warta Bone dengan luas ± 110.000 ha, telah ditetapkan pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI No. 542/ Kpts-I I / 99 t entang Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Utara. Penet apan Kawasan ini menjadi kawasan didasarkan pada kekhasan yang dimiliki oleh ekosist em dari kawasan t ersebut . Ekosistem yang memiliki karakterist ik yang khas, dapat dit andai oleh ket inggian t empat dari muka laut yang t inggi, suhu yang sejuk, lereng yang curam, curah hujan yang relat if t inggi, rawan t erhadap longsor dan bencana gunung api dan kekhasan sat wa dan ekosist emnya. Kekhasan t ersebut memberikan ket erbatasan dalam pemanfaatan oleh manusia sehingga memerlukan suat u pola pengelolaan yang spesifik.

Jenis flora yang dominan di kawasan TNBNW adalah jenis-jenis ficus. Jenis-jenis flora sesuai dengan t ipe ekosist emnya dapat dirinci sebagai berikut . Jenis-jenis veget asi di daerah hut an hujan dat aran rendah antara lain adalah:

a. Familia Lauraceae. contoh: Garcinia sp

b. Familia Myristicacaae,

c. Familia Miliaceae. contoh Sandoricum sp, Dysoxylum sp

d. Familia Anacardiaceae, contoh Dracontomelon sp, Swintonia sp, dan Spondias sp,

e. Familia Sapotaceae: Palaquium spp


(24)

I I - 12 -

Jenis-jenis lain yang t umbuh di hut an hujan dat aran rendah pada tanah Alluvial, ant ara lain adalah: Pometia pinnaca; Octomeles sumatrana; Duabanga moluccana; Ficus sp; Eugenia sp; Dischopia sp; Artocarpus sp.

Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup t inggi dari segi konservasi maupun pot ensi pengembangannya ant ara lain : bunga bangkai; hanjuang hijau; berbagai jenis rotan dan palem, peku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis t umbuhan berkayu yang pot ensial unt uk usaha kehut anan sepert i; cempaka, kenanga, agat his, kayu hit am, kayu besi, eucalypt hus, dan beberapa jenis bambu. Di dalam kawasan TNBNW t erdapat jenis-jenis mamalia endemik dengan t ingkat endemik dengan t ingkat populasi yang t inggi, t ermasuk babi rusa dengan populasi t erbesar yang t ersisa di Sulawesi. Jenis-jenis burung di dalam kawasan juga sangat beraneka, bahkan hampir semua jenis endemik Sulawesi yang berjumlah sekit ar 80 jenis dapat ditemukan. Jenis-jenis fauna lainnya:

a. kelompok amfibi, reptil, dan invertebrata.

b. Jenis-jenis mamalia yang ditemukan dalam populasi tinggi:

c. Anoa besar (Bubalus depressicornis)

d. Anoa kecil (Bubalus quarlesi)

e. Babirusa (Babirousa babirusa).

Jenis-jenis primat a yang sering dijumpai dalam kelompok-kelompok yang relatif ant ara lain: Macaca nigra; M. Nigriscens; M. Hecki. Sedangkan jenis-jenis lain yang umum ditemukan adalah: t upai (Prosciurs sp); tarsius (Tarsius spectrum); palm civet (Macrogalidia muschenbroekl) dan kuskus (Phalanger sp). Beberapa ragam jenis kelelawar juga ditemukan dan salah satu jenis di ant aranya diduga sebagai jenis endemik Sulawesi.

Diperkirakan terdapat 400 jenis pohon, dengan lebih kurang 24 jenis anggrek, 120 jenis epifit, dan 90 jenis tumbuhan obat yang tumbuh di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Jenis pepohonan khas dan langka antara lain adalah kayu hitam (Dyospiros spp), kayu besi (I ntsia spp), kayu matayangan (Pholidocarpus ihur), dan pohon ara pencekik yang menyediakan buah berlimpah bagi banyak satwa. Buah pohon arah adalah makanan utama bagi kera yaki (Macaca nigra) dan julang sulawesi (Rhyticetos cassidix). Selain itu, terdapat beberapa jenis palem seperti palem sarai (caryota mitis), palem landak (Oncosperma horridum), palem tinggi berdaun kipas (Livistona rotundifolia), dan palem liar penghasil gula (Arenga spp). Jenis lainnya adalah kantong semar (Nephenthes sp) dan kayu hitam (Dyospiros celebica).

Fauna yang sudah diketahui di kawasan ini 24 jenis mamalia, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 68 jenis aves, 36 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Jenis-jenis mamalia endemik Pulau Sulawesi yang terdapat di kawasan ini adalah babirusa (Babyrousa babyrousa) yang bertumbuh


(25)

I I - 13 -

seperti babi, mempunyai taring panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah yang jatuh; anoa besar (Bubalus depresicornus) dan anoa kecil (Bubalus quar-lesi) sering disebut sebagai kerbau kerdil; musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii) yang sulit sekali ditemui; serta kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger celebensis), satwa ini adalah mamalia bergantung. Jenis primata endemik adalah monyet yaki (Macaca nigra) dan tarsius atau tangkasi (Tarsius spectrum). Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo), burung ini tidak mengerami telurnya melainkan memendamnya di di dalam tanah dan dibiarkan menetas sendiri karena panas bumi atau pantai. Sedikitnya ada 125 jenis burung dengan 45 jenis di antaranya adalah endemik. Jenis endemik lainnya adalah julang sulawesi (Rhyticetos cassidix), burung berparuh besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta berjambul merah. Burung ini termasuk bertubuh paling besar dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika.

b. Ka bu pa t e n Gor on t a l o

Kabupaten Gorontalo terlet ak antara 0019’ - 1015’ LU dan 121084’ – 123026’ BT, terbagi pada 17 kecamatan dengan 200 desa/ kelurahan (definitif 187 desa 12 Kelurahan, 1 desa UPT (transmigrasi) di Kecamatan Tolinggula) dengan pusat pemerintahannya di Limboto.

Luas Kabupaten Gorontalo 3.456,98 Km2 atau 28,30 % dari luas Provinsi Gorontalo. Sementara areal terbesar terletak di Kecamatan Sumalata 434,07 Km2 atau 12,67 % dari luas Kabupaten Gorontalo, sedangkan terkecil adalah Kecamatan Batudaa 73,12 Km2 atau 2,13 % dari Kabupaten Gorontalo.

Sungai Bionga berada di Desa Biyonga Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dengan Panjang Sungai 32,16 Km 2.Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V). Sungai Bionga mempunyai kedalaman mencapai 30 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 40 cm, lebar sungai bagian hulu 26,6 m dan bagian hilir 42 m. Kecepatan arus 0,50 m3/ detik bagian hulu dan 0,71 m3/ detik bagian hilir. Bagi masyarakat Kabupaten Gorontalo Sungai Bionga bermanfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih, serta pariwisata. Aliran Sungai Bionga merupakan suatu kesatuan dari DAS LI mboto.

Jenis flora dan fauna yang terdapat di aliran Sungai Bionga berasal dari bagian hulu sampai hilir di Danau Limboto. Pada bagian hulu banyak didominasi oleh jenis kayu-kayuan, sedang bagian hilir banyak didominasi tanaman budidaya. Wilayah Kabupaten Gorontalo memiliki area berlereng datar hingga terjal, dengan jenis penutup lahan berupa hutan, kebun campuran, semak, belukar, lahan terbuka, permukiman, sawah, tubuh air dan rerumputan. Kekayaan floristic di kabupaten ini termasuk penting di wilayah provinsi. Berbagai vegetasi yang berada di wilayah provinsi sebagian


(26)

I I - 14 -

besar dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Goront alo. Contoh jenis-jenis flora penting, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Cyanometra Cauliflora (Caesalpiniaceae) atau Namu-namu, pohon 2. Averrhoa Bilimbi L. (Oxalidaceae) atau Balimbing Botol, pohon

3. Mangifera Caesia (Anacardiaceae) atau Dulamayo, pohon, ditemukan di Kecamatan Tapa. 4. Nephelium Muabile (Sapindaceae) atau Rambutan Hutan, pohon,

5. Flacourtia I nermis (Flacourtiaceae) atau Lobe-lobe, pohon 6. Eugenia Densiflora (Myrtaceae) atau Molahengo, pohon 7. Antidesma Bunius (Euphorbiaceae) atau Takuti, pohon 8. Annona Squamosa (Annonaceae) atau Srikaya, pohon 9. Phyllanthus Acidus (Euphorbiaceae) atau Tili, pohon 10. Artocarpus Altilis (Moraceae) atau Amu, pohon 1 1 . Zea Mays (Poaceae) atau Kikimoputio, herba

Danau Limboto merupakan danau yang terletak dalam DAS Limboto yang merupakan salah satu DAS dalam Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone. Muka air Danau Limboto dapat dipengaruhi kondisi banjir Sungai Bolango dan bahkan banjir Sungai Bone. Ada 17 spesies ikan dari 12 famili, terdiri dari 9 jenis ikan asli dan 8 jenis ikan introduksi yang terdapat di danau tersebut. Produksi berbagai jenis ikan : I kan Nila 66,2 t on/ tahun, I kan Mujair 31,4 ton/ tahun,I kan Payangga 18,3 ton/ tahun, I kan Manggabai 19,8 ton/ tahun. Permukaan perairan danau ditumbuhi enceng gondok dan rerumputan, yang terjadi karena proses sedimentasi di dasar danau. Luas sebaran eceng gondok dan tanaman lainnya mencapai sekitar 70 % dari luasan danau. Eceng gondok terdapat dibagian tengah, barat, utara dan tenggara. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Eceng gondok bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.

Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pantai selatan Provinsi Gorontalo memiliki kondisi hutan mangrove yang relatif baik, dimana jenis yang paling dominan adalah Xylocarpus sp dan Rhizopora mucronata, Ceriops, Brugeria gymnorhiza, Excocaria, Rhizopora stylosa, Rhizopora apiculata, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Kawasan hutan mangrove di wilayah pantai selatan Kabupaten Boalemo seluas 9.570 ha dan di Pantai Utara Kabupaten Gorontalo seluas 1.717 ha.

Di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba unt uk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Di Kecamatan Tilamuta, kondisi sebagian besar mangrove yang masih tersisa masih dalam kondisi baik, walaupun sudah mengalami pembabatan pada beberapa daerah. Jenis yang


(27)

I I - 15 -

paling dominan adalah jenis Rhizophora mucronata, yang melindungi kawasan pantai dari abrasi. Jenis manggrove yang dominan di pantai utara adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Di Kecamatan Anggrek, dilakukan penanaman magrove, jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir. Di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.

c. Ka bu pa t e n Gor on t a l o Ut a r a

Sungai Buladu berada di Desa Buladu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara dengan Panjang Sungai 13,7 Km2.Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V). Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta bermuara di Teluk Sumalata. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Sungai Buladu mempunyai kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Debit sungai 0,64 m3/ detik bagian hulu dan 0,29 m3/ detik bagian hilir. Sungai Buladu merupakan sumber air bagi masyarakat di Desa Buladu dan sekitarnya. Sungai Buladu berfungsi sebagai area konservasi yang dikelola unt uk memper-tahankan kondisi lingkungan Daerah Aliran sungai agar tidak t erdegradasi, wilayah ini menyimpan air (debit), dan curah hujan dengan tutupan vegetasi lahan yang memadai. Bagi masyarakat di Kecamatan Sumalata Sungai Buladu bermanfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih, serta perikanan.

Dalam penelitian tahun 2001 dilaporkan bahwa jenis flora yang terdapat di kawasan Sungai Buladu berupa kayu-kayuan, rotan, dan tanaman budidaya. Jenis-jenis kayu memiliki nilai ekonomi yang cukup t inggi sepert i, kayu cempaka, besi, kayu merah, merant i dan nant u. Penebangan yang t idak t erkont rol dari pohon t ersebut dapat mengakibat kan penurunan nilai dari segi konservasi maupun pot ensi pengembangan. Dilokasi ini juga t erdapat pos mengamat an dan perlindungan jenis t umbuhan dan hewan oleh dinas kehut anan. Pada lokasi ini ditemukan hampir 35 jenis pohon dengan jenis pohon yang dominan adalah Nantu (Palaquium obtusifolium Burck), Cempaka, Meranti dan Pangi (Panggium edule Reinw). Beberapa flora dan fauna yang ditemukan disepanjang bantaran Sungai Buladu diantaranya ; 21 jenis pohon diantaranya Bambu Biasa Bambu kuning Aren Kelapa Mangga Sukun Nangka, I kan Gabus Belut Lele Payangga Huluu Mujair Nike, Mikrozoobentos Siput air Kepiting Udang Keong.

d. Ka bu pa t e n Boa l e m o

Provinsi Gorontalo di bidang kehutanan, memiliki potensi seluas ± 824.668 hektar yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi. Hutan yang belum dimanfaatkan ± 82.431 ha. I nvestasi di bidang kehutanan yang prospektif adalah pengembangan hutan tanaman industri


(28)

I I - 16 -

pada areal tertentu terutama untuk pengembangan kayu jati. Luas areal perkebunan 27.150 Ha, yang tersebar di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango sebesar 3.681 Ha serta Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato sebesar 23.166 Ha. Dari luasan tersebut sudah dimanfaatkan untuk pengembangan 12 komoditi perkebunan : Kelapa, Kakao, Jambu Mete, Kopi, Cassiavera, Pala, Vanili, Aren, Cengkeh, Lada, Tebu, Kemiri.

Kabupaten Boalemo memiliki wilayah wisata, misalnya di lokasi Pantai Boalemo I ndah terletak di Kecamatan Batumoito pada jarak lebih kurang 30 Km dari kota Tilamuta. Wilayah ini memiliki pantai yang datar, pasir putih dan airnya yang jernih. Di pantai ini terdapat penginapan dan warung makan. Obyek lainnya, Pantai Marisa yang terletak di Desa Marisa, Kecamatan Marisa; 30 menit dari kota Marissa. Kondisi laut di tempat ini cukup bersih dengan ombak kecil dan air dangkal. Cagar alam juga menjadi daya tarik wisata Gorontalo yaitu Cagar Alam Tangole di desa Labanu, Kecamatan Tibawa di tepi jalan trans Sulawesi. Lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan umum roda empat. Di tempat ini terdapat bermacam pohon hut an tropis dan menjadi habitat berbagai hewan khas Sulawesi. Tempat yang menjadi lokasi penelitian flora dan fauna ini memiliki panorama alam yang indah. Cagar Alam Panua terletak di desa Libuo, Kecamatan Paguat di tepi jalan Trans Sulawesi. Cagar alam ini merupakan hutan alam yang memiliki pantai berpasir putih dengan airnya yang jernih. Selain untuk tempat wisata , tempat ini juga digunakan unt uk penelitian burung maleo.

e . Ka bu pa t e n Poh u w a t o

Sungai Taluduyunu berada di desa Buntulia Selatan Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m3/ detik bagian hulu dan 1,17 m3/ detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 102,3 m3/ detik bagian hilir 23,4 m3/ detik.

Lokasi aliran sungai Taluduyunu lahan sudah di jadikan dialih fungsi menjadi perkebunan jagung rakyat dan t anaman t ebu oleh masyarakat . Jenis tanaman pada bagian hulu masih terdapat kayu-kayuan : Agatis, Nant u, Jati, dan Rotan serta tanaman budidaya seperti kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Sedang jenis fauna yang terdapat dikawasan aliran Sungai Taluduyunu seperti : Buaya, ular, rangkong, kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan. Wilayah pertambangan Gunung Pani berada pada Kawasan Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo (panua). Kondisi di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman.


(29)

I I - 17 -

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Provinsi Gorontalo secara keseluruhan kawasan hutannya menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang cukup tinggi meskipun kawasan-kawasan tersebut pernah dieksploitasi oleh perusahan kayu, namun kondisi vegetasi masih memungkinkan untuk proses regenerasi alami sehingga tegakan hutan menjadi pulih kembali.

C. AI R

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Berbicara air kita akan berbicara Wilayah Sungai/ WS atau DAS dan Cekungan Air Tanah (CAT). Dimana, Air menjadi I su dan I ndikator Utama (Primer I ndicators) Ekosistem DAS: Kualitas (Too Much Pollution) dan Kuantitas (Too Much Water or Too Little Water).

Air unt uk berbagai keperluan di Provinsi Gorontalo bersumber dari air permukaan seperti sungai, danau, air hujan dan air tanah. Di Provinsi Gorontalo terdapat 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masing-masing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Limboto Bone-Paguyaman. Dari ketiga DAS ini ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya sebanyak 21 sungai dan 2 danau yang berhubungan antara Kabupaten/ Kota.

1 . Su m be r da y a Ai r Pe r m u k a a n

Di Provinsi Gorontalo terdapat tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masing-masing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Bone-Bolango. Air dari ketiga DAS utama ini bermuara di Teluk Tomini. Di luar dari ketiga DAS utama tersebut, juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari DAS-DAS kecil ini bermuara di Teluk Tomini (untuk DAS-DAS di bagian Selatan Provinsi) dan di Laut Sulawesi (untuk DAS di bagian Utara Provinsi).

Sungai-sungai kecil yang bermuara di utara antara lain S. Bulontio, S. Boliohuto, S. Sumalata, S. Dulakapa, S. Buluto, S. Buluoka, S. Monano, S. Tolongio, S. I langata, S. Kwandang dan S. Bubode. Sungai-sungai yang bermuara di selatan antara lain S. Tamboo, S. Tombulilato, S. Sogisadaa, S. Taludaa, S. Sinabayuga, S. Potoila, S. Bobaa, S. Tumbihe dan Sungai Tilamut a. Dua sungai kecil lainnya, yaitu S. Taluhubongo dan S. Dut ula Dua bermuara di Danau Limboto yang airnya selanjutnya mengalirkan airnya ke Teluk Tomini. Sungai-sungai kecil tersebut berasal dari jajaran Pegunungan Tilong Kabila, Perantanan, Bone, dan Loba serta jajaran gunung-gunung lain yang tingginya bervariasi dari 520 m (G. Pobolu) sampai 2.065 m (G. Boliohuto). Karena kepentingannya yang sangat vital, berikut ini akan diuraikan lebih jauh ketiga DAS utama di Provinsi Gorontalo.


(30)

I I - 18 -

1 . 1 . D a e r a h Al i r a n Su n ga i Ra n da n ga n

DAS ini melintasi Kecamatan Popayato, Marisa dan Paguat dan bermuara di pantai Marisa. Luas DAS ini adalah sekitar 290.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 115 km. Mayoritas (sekitar 80 % ) dari wilayah DAS ini berada pada daerah dengan topografi berbukit dan bergunung dengan kemiringan lereng > 40 % , sehingga seyogyanya harus diperuntukkan sebagai kawasan lindung.

Karena pola aliran sungai DAS ini adalah denritik dan pararel, air yang dialirkan dengan cepat mencapai hilir. Akibatnya, wilayah hilir DAS menjadi rentan banjir. Dan, kerusakan lahan dan erosi di wilayah hulu, misalnya karena kegiatan penambangan atau pertanian, akan menghasilkan tingkat sedimentasi yang tinggi di wilayah hilir. Karena it u, pengelolaan lahan dan kegiatan usaha di wilayah hulu perlu dilakukan melalui program yang disusun berdasarkan perencanaan yang tepat dan dilaksanakan dengan konsekwen.

Pengelolaan DAS Randangan secara tepat menjadi sangat penting karena tiga alasan. Pertama, karena di wilayah hulu DAS terdapat sumberdaya alam yang potensial, khususnya unt uk pertanian, peternakan dan pertambangan, yang bila dikelola dengan tepat akan berguna bagi masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah hulu DAS, bila tidak dikelola dengan benar, akan memberi konflik bagi kepentingan keberadaan DAS lainnya, termasuk resiko banjir dan sedimentasi. Kedua, wilayah hilir DAS ini merupakan daerah potensial bagi pertanian dan perikanan. Ketiga, DAS Randangan merupakan sumber air utama untuk mendukung berbagai kegiatan pengembangan di Kabupat en Boalemo.

1 . 2 . D a e r a h Al i r a n Su n ga i Pa gu y a m a n

DAS ini melintasi wilayah Kecamatan Tilamuta, Paguyaman dan Tibawa, dan bermuara di Teluk Paguyaman. DAS dengan luas sekitar 250.000 ha ini merupakan DAS yang terbesar di Provinsi Gorontalo. Sungai utama DAS ini yang panjangnya sekitar 70 km, seolah membagi dua provinsi ini, di bagian Baratnya adalah wilayah Kabupaten Boalemo. Sedikitnya 70 % dari wilayah DAS mempunyai topografi bergunung sampai berbukit dengan kemiringan lereng > 40 % .

Dengan topografi berbukit dan pegunungan ini, sungai utama DAS Paguyaman berbentuk lembah dalam, sehingga mampu menampung debit aliran air tinggi. Tidak diperoleh data debit sungai di provinsi ini, tetapi berdasarkan hasil pengukuran oleh PLN (1985) dan DPU (1987) Provinsi Sulut, Sungai Paguyaman adalah yang tertinggi kecepatan arusnya (23,4 sampai sampai 63,4 m/ det ik) dengan kedalaman sungai mencapai 76 cm (Tabel 4.2). Dengan potensi seperti itu, Sungai Paguyaman dinilai memiliki produktivitas air yang besar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan kebut uhan lainnya. Namun, yang merisaukan adalah ada indikasi bahwa fluktuasi


(31)

I I - 19 -

debit tahunannya terus menjadi lebih besar, mengindikasikan proses degradasi lahan di wilayah DAS ini yang terus berlangsung.

Potensi kerusakan DAS Paguyaman memang besar karena beberapa alasan. Pertama, karena luas DAS yang besar, mencakup kawasan budidaya yang besar. Kedua, topografi wilayah hulu DAS yang kondusif bagi proses erosi. Ketiga, konflik pengelolaan di masa depan, karena wilayah DAS ini melintasi dua kabupaten berbeda, walaupun mayoritas berada di Kabupaten Boalemo. Dengan demikian, model pengelolaan DAS yang singkron dengan program pengembangan wilayah lintas kabupaten perlu dirumuskan dengan baik.

1 . 3 . D a e r a h Al i r a n Su n ga i Bol a n go- Bon e

DAS Bolango-Bone sesungguhnya dibangun oleh dua DAS berbeda, DAS Bolango dan DAS Bone, keduanya bermuara di Teluk Gorontalo. DAS Bone jauh lebih besar dari pada DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 265.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 100 km. Sama dengan kedua DAS utama lainnya di Provinsi Gorontalo, DAS Bolango-Bone juga didominasi (80 % ) oleh wilayah dengan kemiringan lereng > 40 % . Artinya, DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola secara tidak tepat. DAS ini sangat rentan terhadap banjir. I ni terlihat jelas pada frekwensi banjir yang terjadi di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terut ama DAS Bolango) memberi kontribusi besar terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbent uk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan.

Yang menggembirakan adalah, kualitas air Sungai Bone yang masih tampak jernih. Meskipun demikian, dari berbagai sumber, termasuk dari interpretasi gambar citra landsat (rekaman Oktober 2000), diketahui bahwa sebagian dari kawasan DAS ini telah mulai terbuka.

Danau Limboto merupakan bagian penting dari ekosistem perairan Kota Gorontalo. Danau Limboto mempunyai banyak fungsi, seperti penyangga banjir (terutama dari Sungai Bolango), menstabilkan suplai air t anah wilayah sekitar, sumber perikanan air tawar, obyek wisata air, memberikan nilai estetika bagi kota Gorontalo dan sarana pendidikan. Fungsi-fungsi ini telah berkurang drastis dan nyaris hilang sama sekali. Rusaknya lingkungan DAS Bolango dan daerah tangkapan di pinggiran danau di kota Gorontalo merupakan penyebab utama pendangkalan dan penciutan areal danau. Berdasarkan kenampakan fisik sungai-sungai yang bermuara ke danau, maka sungai-sungai dibagian selatan (dengan topografi curam, lebih terganggu dan berhubungan langsung dengan danau) diperkirakan memiliki sumbangan sedimentasi lebih tinggi dibandingkan sungai-sungai bagian barat dan tengah. Penyuburan perairan danau turut yang mendorong t umbuhnya gulma air mempercepat proses pendangkalan danau.


(32)

I I - 20 -

Yang menarik adalah, meskipun luas danau berkurang cepat dan sedimentasi berlangsung cepat, flukt uasi kedalaman danau antara kedalaman maksimum dan minimum serta kedalaman rata-rata tidak banyak berubah, khususnya antara periode 1988 sampai 1998. Data ini kontradik dengan kenyataan bahwa proses sedimentasi danau terus berlangsung dan dengan tampak kasak mata dan tampak juga pada citra landsat. Kemungkinan, pada lokasi tertentu dari danau (pada lokasi pengukuran kedalaman) perubahan kedalaman danau tidak banyak mengalami perubahan. Meskipun demikian, tetap tampak adanya kecenderungan peningkatan rasio kedalaman maksimum terhadap kedalaman minimum.

Berdasarkan pengukuran tahun 1995, rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran rendah mencapai 8,2 ton/ hari, sedangkan rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran tinggi 5300 ton/ hari. Debit inlet dalam periode aliran terendah (8 bulan) adalah 2,8 m3/ detik dan inlet dalam periode aliran tinggi (4 bulan ) sedikit nya 5,3 m3/ detik. Dengan gambaran seperti itu, dan mengingat topografi lingkungan Danau Limbot o yang datar, maka dapat dipastikan bahwa laju sedimentasi dan pendangkalan atau penciutan luas danau akan berlangsung dengan cepat.

Di samping DAS dan danau, Provinsi Gorontalo juga mempunyai banyak jaringan irigasi yang terdistribusi di ketiga daerah tingkat I I . Di Kabupaten Gorontalo, terdapat jaringan-jaringan irigasi Posso, Molalahu, Lomaya, Alo, Pilohayanga, Huludupitango, Hunggalua, Pohu, Alale, Bongo, Tolinggula, Mohiolo dan Potanga. Di Kabupaten Bualemo, terdapat jaringan irigasi Bunuyo, Bongotua, Karangetan, Taluduyunu, Lemito, Randangan Kiri, Paguyaman Kiri, Marisa I V, Molosipat dan Popayato.

Mengingat air sungai, danau, air tanah dan air hujan sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka perlu diperhatikan pemanfaatan maupun pemeliharaannya. Karena unt uk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standart tertentu tidaklah mudah karena tergantung pada banyak factor penentu. Walaupun penetapan standart air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran. Saat ini banyak keluhan dari masyarakat Gorontalo bahwa ada beberapa daerah yang memiliki PETI (Penambangan Emas Tanpa I zin) ataupun I ndustri-industri yang menimbulkan pencemaran di wilyah sungai. Untuk itu Badan Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo melakukan pemantauan terhadap kualitas air sungai, dan danau, untuk air hujan dan air sumur saat ini belum ada pemantauan dari Dinas yang terkait. Kualitas air sungai dan danau dapat di lihat pada tabel-tabel berikut. Saat ini pemantauan kualitas air sungai hanya di 5 Lokasi yang dipantau yaitu: Sungai Paguyaman, Sungai Bone, Sungai Buladu, Sungai Taluduyunu dan Sungai Bionga.


(33)

I I - 21 -

Gambar: Sungai Paguyaman a. Su n g ai Pag u y am an

Sungai Paguyaman merupakan sungai terbesar diwilayah propinsi Gorontalo yang menjadi batas geografi antara dua kabupaten, yaitu kabupaten Gorontalo dan kabupet en Boalemo. Aliran Sungai Paguyaman mencakup beberapa daerah di Gorontalo. Wilayah aliran Sungai Paguyaman mencakup Paguyaman, Boliyohuto, Wonosari, Tibawa, Tilamuta, Dulupi dan Mananggu dengan total Panjang Sungai 37,082 Km2. Kondisi sempadan dan bantaran banyak digunakan masyarakat unt uk areal pemukiman dan perkebunan. Bagian hulu sungai ini terdapat di daerah kawasan hutan Nant u sebuah kawasan hutan suaka alam serta bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah barat, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Kawasan aliran sungai paguyaman merupakan suatu kawasan DAS Paguyaman. Kondisi fisik sungai Paguyaman Berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 70 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 19 m. Kecepatan arus 1,38 m3/ detik bagian hulu dan 0,79 m3/ detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 25,9 m3/ detik pada bagian hilir berkurang hingga 4,85 m3/ detik.

St at u s M u t u Ai r

Status Mutu Air Sungai Paguyaman hasil pemantauan pada tahun 2010 pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir, sebagai berikut:

Table 2.4 Status Mutu Air Sungai Paguyaman

No Lokasi Sampling

Status Mutu Kelas 1

Kelas 2 1 Bagian Hulu Cemar

Sedang

Cemar Ringan

2 Bagian Tengah

Cemar Ringan

Cemar Ringan

3 Bagian Hilir Cemar Sedang

Cemar Sedang


(34)

I I - 22 -

Pengamatan sekilas menunjukkan bahwa sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkat an volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Selain faktor tersebut di atas, juga disekitar Sempadan Sungai Paguyaman terdapat Pabrik Gula dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa I jin (PETI ) Buladu yang Limbahnya masuk ke Sungai Totopo dan Sungai Totopo akan bermuara ke Sungai Paguyaman dan selanjut nya akan bermuara ke Teluk Tomini.

Hasil penelitian Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Balitbangpedalda) Propinsi Gorontalo pada Tahun 2005 menyimpulkan bahwa Sungai Tatopo di Bumela telah tercemar logam berat Merkuri (Hg) yang diakibatkan oleh kegiatan PETI . Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,010 mg/ l. Angka ini melebihi ambang batas kandungan Merkuri yang dipersyaratkan pada PP 82 diakibatkan oleh kegiatan PETI . Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,002 mg/ l. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) I nstitut Teknologi Bandung (I TB) Tahun 2006 menyimpulkan bahwa 2 (dua) sungai lainnya di Propinsi Gorontalo, yaitu: Sungai Motomboto dan Mopuya di Kecamatan Suwawa dan Bone Pante juga telah tercemar logam Merkuri / air raksa (Hg).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendangkalan sungai diantaranya konservasi dan pemulihan kualitas lingkungan ekosistem sungai untuk mengurangii sedimentasi yang ditimbulkan. Kegiatan lainnya;

 Rehabilitasi hutan dan lahan di daerah kawasan hulu sungai paguyaman baik flora maupun fauna.

 Penghijauan di daerah kawasan bantaran sungai.

 Pengendalian pencemaran dengan melarang masyarakat penambangn illegal.

 Membangun pos penjagaan di desa Pangea untuk menjaga aktifitas kayu dan rotan secara illegal.

 Peningkatan peran serta masyarakat dalam hal pengelolaan sungai terutama bagian hulu.

 Memberikan bantuan bibit tanaman kepada masyarakat dan Pengawasan ketat dengan melibatkan aparat keamanan dan masyarakat.

b . Su n g ai Bon e

Sungai Bone mempunyai Panjang 119,13 Km2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk linier dan termasuk dalam kawasan DAS Bolango. Kondisi sempadan Sungai Bone bervariasi, Pada Bagian hulu sempadan sungai dalam kondisi sehat, arus air cukup deras dan berpotensi terjadinya infiltrasi dan ruang gerak air secara lateral. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai


(35)

I I - 23 -

Gambar: Sungai Bone

tidak sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya banjir.

Kondisi Biofisik Sungai Bone. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 50 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai bagian hulu 9,90 m dan bagian hilir 18,10 m. Kecepatan arus 1,44 m/ detik bagian hulu dan 0,95 m/ detik bagian hilir.

St at u s M u t u Ai r Su n g ai Bon e

Status mut u air Sungai Bone pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan tahun 2010, adalah sebagai berikut:

Table 2.5 Status Mutu Air Sungai Bone No Lokasi

Sampling

Status Mutu Kelas 1

Kelas 2 1 Bagian Hulu Cemar

Sedang

Cemar Ringan

2 Bagian Tengah

Cemar Sedang

Cemar Sedang

3 Bagian Hilir Cemar Sedang

Cemar Sedang

Sumber: Balihristi, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Bone dengan menggunakan Metode I ndeks Pencemaran didapatkan Nilai I ndeks Pencemaran.

Sungai Bone yang bermuara ke Teluk Tomini merupakan sumber air minum bagi masyarakat Kota Gorontalo. Pengamat an sekilas menunjukkan bahwa sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Selain faktor tersebut di atas, juga disekitar Sempadan Sungai Bone terdapat Pemukiman penduduk dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa I jin (PETI ) Mohutango dan Mopuya yang Limbahnya masuk ke Sungai Bone dan Sungai Mopuya dan selanjutnya akan bermuara ke Teluk Tomini.


(36)

I I - 24 -

Sungai Bone dihadapkan berbagai permasalahan pendangkalan sungai akibat sedimentasi yang terjadi di bagian hulu hingga hilir. Pada bagian hulu terjadi penebangan kayu illegal dan pertambangan liar, akibatnya sering terjadinya banjir dikawasan rendah (Kota Gorontalo). Di bagian hilir terbentuknya delta meluas hingga menganggu aktifitas pelabuhan di kota Gorontalo. Bantaran Sungai Bone telah mengalami degradasi berat terut ama pada bagian hulu. Praktek penambangan emas tanpa ijin dan pemukiman penduduk menjadi bagian yang memperburuk kondisi ini. Kondisi fisik air Sungai Bone bagian tengah sampai ke hilir telah tercemar oleh logam merkuri (Hg) meskipun demikian air ini masih digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat yang tinggal dibantaran Sungai Bone juga pada umumnya membuang limbahnya ke Sungai Bone. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar BOD dan Colifom.

Kriteria lingkungan berkait an dengan lingkungan sekitar daerah prospek keterdapatan bahan galian. Prospek Cabang Kiri dan Motomboto terletak di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, sedangkan prospek Mopuya Mamungaa dan Moota terletak di kawasan hutan yang berfungsi sebagai hutan penyangga Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Dalam rangka penyelesaian masalah Sungai Bone maka upaya konservasi menjadi penting adanya. Hal ini dilakukan dalam rangka mengurangi dampak pencemaran dan sedimentasi yang ditimbulkan.

Beberapa program yang telah dilaksanakan dan dalam perencanaan berupa:

 Rehabilitasi hutan dan lahan di daerah kawasan hulu Sungai Bone,

 Penghijauan di daerah kawasan bantaran sungai,

 Pengendalian pencemaran melalui normalisasi Sungai Bone,

 Pengembangan kawasan sungai menjadi objek wisata alam terutama dibagian hulu (objek wisata Lombongo) dan

 Peningkatan peran serta masyarakat dalam hal pengelolaan sungai terutama bagian hulu.

c. Su n g ai Bu l ad u

Sungai Buladu berada di Desa Buladu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara dengan Panjang Sungai 13,7 Km2.

Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V). Kondisi sempadan sering terjadi erosi.


(37)

I I - 25 -

Gambar: Sungai Buladu

Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta bermuara di Teluk Sumalata. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Sungai Buladu mempunyai kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Kecepatan arus 0,64 m3/ detik bagian hulu dan 0,29 m3/ detik bagian hilir.

Kondisi sempadan Sungai Buladu pada Bagian hulu dalam kondisi sehat, arus air cukup deras, memungkinkan terjadinya infiltrasi, ruang gerak secara lateral serta aliran dasar sungai relatif stabil. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai tidak sehat , tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpot ensi terjadinya banjir.

St at u s M u t u Ai r

Status mut u air Sungai Buladu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada pemantauan tahun 2009, Berdasarkan hasil perhitungan Status mut u air Sungai Buladu dengan menggunakan Metode I ndeks Pencemaran didapatkan Nilai I ndeks Pencemaran, sebagai berikut:

Tabel 2.6 Status Mutu Air Sungai Buladu

No Lokasi Sampling

Status Mutu Kelas 1

Kelas 2 1 Bagian Hulu Cemar

Sedang

Cemar Ringan

2 Bagian Tengah

Cemar Sedang

Cemar Ringan

3 Bagian Hilir Cemar Sedang

Cemar Ringan

Sumber: Balihristi, 2010

Sungai Buladu merupakan sungai yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan bermuara ke Laut Sulawesi. Pengamatan sekilas menunjukkan bahwa sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Selain faktor tersebut di atas, juga disekit ar Sempadan Sungai Buladu terdapat Pemukiman penduduk dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa I jin (PETI ) Buladu


(38)

I I - 26 -

Gambar: Sungai Taluduyunu

yang Limbahnya masuk ke Sungai Buladu dan selanjutnya akan bermuara ke Laut Sulawesi. Masyarakat yang tinggal dibantaran Sungai Buladu pada umumnya adalah masyarakat penambang dari berbagai wilayah di Provinsi Gorontalo dan bahkan berasal dari luar Gorontalo, seperti Makassar, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Masyarakat disekitar Sungai Buladu langsung membuang limbah rumah tangga dan limbah hasil proses pengolahan emas ke Sungai Buladu. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, COD, E.Coli dan Colifom.

Permasalahan yang sering terjadi di Sungai Buladu adalah pembuangan limbah cair pertambangan emas tanpa izin, sedimentasi, erosi serta masalah sampah. Tumpukan sampah pada bagian hulu disebabkan oleh sisa-sisa kayu penebangan dan tumbang sedangkan pada Bagian hilir sampah bersumber dari Limbah Domestik (kertas, plastik, botol, besi, sisa-sisa makanan, dan lain sebagainya). Kondisi bantaran di sepanjang sungai Buladu mengalami degradasi berat, kondisi fisik air sungai Buladu bagian tengah sampai ke hilir sepanjang hari kondisinya keruh akibat logam merkuri (Hg), erosi dan limbah domistik. Untuk mengatasi permasalahan ini maka beberapa langkah yang dapat dilakukan :

 Penanaman pohon di daerah bantaran sungai,

 Melakukan sosialisasi di masyarakat pentingnya kelestarian sungai,

 Memberdayakan masyarakat dalam pengawasan kawasan hutan serta

 Menindak tegas pengambilan kayu secara illegal

d . Su n g ai Tal u d u y u n u

Sungai Taluduyunu berada di Desa Buntulia Selatan Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato.

Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik Sungai Taluduyunu mempunyai tingkat

kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m3/ detik bagian hulu dan 1,17 m3/ detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 102,3 m3/ detik bagian hilir 23,4 m3/ detik.

Kondisi sempadan sungai pada bagian hulu sangat lebar, endapan pasir dan batu di tengah sungai serta potongan pohon yang tumbang


(39)

I I - 27 -

banyak ditemui dibagian hulu sungai. Kondisi aliran dasar sungai relatif tidak stabil, tebing di sisi luar sempadan tidak terlindung dari pengikisan dan erosi. Pada bagian tengah kondisi sempadan sungai mempunyai batas yang jelas. Sempadan dipergunakan sebagai lahan perkebunan di sisi luar sempadan terlindung dari pengikisan dan erosi . Tebing relative kuat karena dit unjang oleh vegetasi yang cukup lebat, sempadan sungai dipakai sebagai pemukiman, erosi relatif horisontal, hanya sedikit terjadi endapan pada badan bagian pinggir sungai. Pada bagian hilir lebar sempadan tidak memadai terjadinya infiltrasi sehingga berpotensi banjir, tebing di sisi luar sempadan tidak terlindung dari pengikisan dan erosi. Tebing relative rapuh fungsi sempadan tidak dapat berjalan dengan baik.

St at u s M u t u Ai r Su n g ai Tal u d u y u n u

Status mutu air Sungai Taluduyunu bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada Pemant auan tahun 2009, Berdasarkan hasil perhitungan Status mut u air Sungai Buladu dengan menggunakan Metode I ndeks Pencemaran didapatkan Nilai I ndeks Pencemaran, sebagai berikut:

Tabel 2.7 Status Mutu Air Sungai Taluduyunu

No Lokasi Sampling

Status Mutu Kelas 1

Kelas 2 1 Bagian Hulu Cemar

Sedang

Cemar Sedang

2 Bagian Tengah

Cemar Sedang

Cemar Sedang

3 Bagian Hilir Cemar Sedang

Cemar Ringan

Sumber: Analisis Balihristi, 2010

Sedimentasi pasir dan batu pada badan sungai disebabkan adanya Penambangan Emas Tanpa I zin dibagian hulu dan penambangan bahan galian golongan C di bagian t engah sungai.

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemulihan kualitas lingkungan di aliran Sungai Taluduyunu berupa :

 Melakukan koordinasi dengan PEMDA dalam hal pengaturan penggunaan bahan galian C,

 Melakukan rehabilitasi lahan di daerah bantaran sungai,

 Menata sistem kelembagaan pengelolaan sungai,


(1)

I V- 11 -

- PT. Multi Nabati

- Rumah Sakit Toto Kabila

- Rumah Sakit Tani dan Nelayan

- I rigasi Paguyaman

- Pembangunan Kanal

- PT. Nata De Coco

- Pelabuhan Anggrek

- Pabrik Gula Tolanguhula

- SPBU Marisa

- Rumah Sakit Dunda

- TPI Boalemo

- Pabrik Pengolahan rumput laut

 Hasil pemantauan kualitas air sungai menunjukkan bahwa sungai Bone, Sungai Buladu, Sungai Paguyaman dan Sungai Bionga belum memenuhi syarat kualitas sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tent ang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, karena beberapa parameter masih berada diatas baku mut u, seperti BOD, COD, TSS dan coliform

 Hasil pemantauan kualitas udara menunjukkan bahwa kualitas udara ambient di Provinsi Gorontalo masih memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

 Hasil pemantauan ketaatan pemrakarsa kegiatan dalam pelaksanaan RKL dan RPL menunjukkan bahwa 50% pemrakarsa belum melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Hal ini disebabkan karena pihak pemrakarsa tidak mengetahui kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan dan tidak mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan


(2)

I V- 12 -

3. Progres Penyelamatan Danau Limboto

 Kegiatan yang telah dilaksanakan terkait dengan penyelamatan Danau Limboto sampai triwulan I I adalah penyediaan bibit tanaman Trambesi sebanyak 1.894 pohon dan pohon bambu sebanyak 1.894 pohon

 Kegiatan penanaman yang awalnya direncanakan disempadan danau mengalami perubahan lokasi karena BWS I I belum selesai melakukan kajian lokasi green belt, sehingga penanaman akan dipindahkan ke bantaran sungai yang bermuara ke Danau Limboto

 Kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan adalah pembuatan model sempadan Danau karena masih menunggu hasil kajian studi AMDAL yang dilaksanakan oleh BWS I I melalui anggaran APBN-P 2010.

4. Pengembangan Desa Puspa

 Kegiatan ini bertujuan unt uk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin yang berada diwilayah Kecamatan I PM rendah berbasis konservasi.

 Sasarannya adalah mendorong masyarakat dalam memanfaatkan lahan yang kurang produktif menjadi lahan produktif dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

 Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sampai triwulan I I adalah:

- Sosialisasi pelaksanaan kegiatan di 4 Desa yang baru ditetapkan sebagai Desa Puspa diantaranya:

1). Desa Bongo I I Kecamatan Wonosari Kab. Boalemo

2). Desa Kayubulan Kecamatan Suwawa Timur Kab. Bone Bolango 3). Kelurahan Limba U1 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo 4). Kelurahan Bongohulawan Kec. Limboto Kab. Gorontalo

 Pelaksanaan kegiatan desa puspa dimulai pada awal bulan Maret 2010, diawali dengan koordinasi desa penerima yang baru dengan pemerintah setempat sekaligus persiapan pembentukan kelompok di masing-masing desa/ kelurahan calon desa puspa.

 Penyerahan bibit tanaman buah sebanyak 2.400 pohon, bunga sebanyak 2.500 pohon, pot bunga 2000 lusin, dan polibeg 50.000 lembar kepada masing-masing kelompok yang telah dibentuk yang dihadiri oleh Badan/ Kantor Lingkungan Hidup disetiap Kabupaten/ Kota se Provinsi Gorontalo, unsur kecamatan, unsur desa, dan unsur PKK.

 Hasil dari kegiatan ini disepakati bahwa yang akan melakukan kegiatan penanaman sampai pada pemeliharaan adalah semua anggota kelompok yang dikoordinir oleh pihak pemerintah desa/ kelurahan maupun pemerintah kecamatan setempat.

 Jenis tanaman dan bahan penunjang yang serahkan oleh Balihristi Provinsi Gorontalo kepada masyarakat di setiap desa/ kelurahan calon desa puspa adalah sebagai berikut:


(3)

I V- 13 -

Table 4.7 Jumlah Pohon Buah dan Jenis Bunga

NO Pohon Buah JUMLAH

1 Pohon Buah Rambutan 1000

2 Pohon Buah Matoa 700

3 Pohon Buah Mangga 700

Jumlah 2400

No. Jenis Bunga JUMLAH

1. Sansiviera Lorenti 300

2. Sansiviera Tiger 300

3. Sansiviera California 300

4. Anggrek Denrobium 400

5. Gelombang Cinta 400

6. Adenium 400

7. Puring 400

Jumlah 2500

No. Jenis Bahan JUMLAH

1. Pot Bunga 2000 lusin

2. Polibeg 50.000 lembar

Jumlah 52.000


(4)

I V- 14 -

Gambar 4.4 Sosialisai Model Sekolah adiw iyata

5. Pengembangan sekolah Adiw iyata

 Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah membuat Calon sekolah ADI WI YATA sebagai wahana untuk pembelajaran dan penyadaran warga belajar (jalur formal) dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo.

 Sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya model sekolah ADI WI YATA sebanyak 19 (sembilan belas) sekolah masing-masing SD/ MI ,SLTP,MTs dan SMU/ MA se provinsi Gorontalo

 Kegiatan yang sudah dilaksanakan sampai triwulan I I adalah penyusunan Draf Kurikulum Lingkungan Hidup tingkat Sekolah Dasar oleh PSL Universitas Negeri Gorontalo.

 Melakukan pembinaan pada 19 sekolah SD, SMP, SMA/ SMK menjadi sekolah adiwiyata dan SMK Negeri 1 Kota Gorontalo berhasil meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri tingkat Nasional pada hari Lingkungan Hidup sedunia tanggal 5 Juni 2010.


(5)

I V- 15 -

6. Data Status Lingkungan Hidup Daerah ( SLHD)

 Laporan SLHD merupakan sarana publik unt uk melakukan pengawasan dan penilaian Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah

 Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Goront alo adalah buku yang menyajikan informasi Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah dan kumpulan data lingkungan Hidup Daerah dan I ndex Kualitas Lingkungan Provinsi Goront alo

 Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan sampai triwulan I I adalah sebagai berikut:  Pengumpulan data penunjang SLHD di Kabupaten/ Kot a

 Sosialisasi penyusunan SLHD bagi I nstansi Lingkungan Hidup di Kabupaten/ Kota  Penyusunan draf Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)

 Dokumentasi hasil Pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.5 Sosialisasi Pemanfaatan data dan I nformasi untuk Penyusunan SLHD

Sedangkan Program Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2011 sebagai berikut :

NO PROGRAM DAN KEGI ATAN

REALI SASI KEUANGAN FI SI K

( % ) %

B BI DANG LI NGKUNGAN HI DUP

1 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

a Pemantauan Kualitas Lingkungan (Air Sungai, Air Laut, Udara dan MI H,

B3,Limbah Cair, Limbah B3, AMDAL, UKL/ UPL)

68,97 75

b Adipura dan Desa Puspa 93.24 98

c Peningkatan kapasitas Aparatur dan masyarakat kab/ kota dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan

45,01 50

2 Program Peningkatan Kualitas` dan Askes I nformasi Sumber Daya Alam dan LH

a Edukasi, komunikasi dan pemberdayaan masyarakat dalam PLH 79,26 98


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat statistic, 20010,

Go r on t al o Dal am an g k a

, Gorontalo

Badan Pusat Statistik, 2010,

Bo n e Bo l an g o Dalam an g k a

, Gorontalo

Badan Meteorologi Klimaologi dan Geofisika Provinsi Gorontalo 2011

Pr esen t asi Kon d i si

d an Di n am i k a I k l im W i lay ah

BALI HRI STI , 2010,

St at u s Li n g k u n g an Hid u p Daer ah Pr o v i n si Go r on t al o

, Gorontalo

Diknas Provinsi Gorontalo, 2009,

Pr o f i l Pen d i d ik an Pr o v i n si Go r on t alo

, Gorontalo

Keputusan Menteri Kehutanan R.I Nomor: SK.324/ Menhut-I I / 2010

Tentang Perubahan

Peruntukan Kaw asan Hutan Menjapi Bukan Kaw asan Hutan Seluas ± 22.605 ( Dua

Puluh Dua Ribu Enam Ratus Lima) Hektar & Perubahan Antar Fungsi Kaw asan

Hutan Seluas± 55.553 ( Lima Puluh lima ribu Lima Tarus Lima Puluh Tiga) Hektar

Dan Penunjukan Bukan Kaw asan Hutan Menjadi Kaw asan Hutan Seluas ± 3.787

( Tiga Ribu Tujuh Ratus Delapan Puluh Tujuh) Hektar Di Kabupaten Gorontalo,

Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango Dan Kabupaten Gorontaloutara

Wilayah Provinsi Gorontalo

KNLH-RI , 2010,

Ped om an Um u m p en y u su n an St at u s l in g k u n g an Hi d u p d aer ah

Pr o v i n si d an k ab u p at en / Ko t a

, Jakarta