ditemukan adanya pengaruh bakteri Staphylococcus aureus terhadap terjadinya SAR pada pasien RSGM USU. Hal ini sesuai dengan penelitian Donatsky dkk cit.
Marchini menemukan bakteri Streptococcus, Staphylococcus aureus dan Neiserria pada lesi SAR.
4
Dalam penelitian ini juga ditemui adanya pengaruh bakteri Streptococcus terhadap terjadinya SAR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Andy Sun dkk bahwa ada hubungan antara bakteri dan antigen terhadap terjadinya SAR, dengan melihat respon proliferatif untuk spesies Streptococcus yang berbeda
dalam sel mononuklear.
7
Pada penelitian ini, uji katalase dan koagulase merupakan uji untuk menunjukkan adanya bakteri
Streptococcus α-hemolytic dan Staphylococcus pada SAR. Menurut penelitian Zengin dkk, uji katalase dan uji koagulase digunakan
untuk menunjukan adanya bakteri Streptococcus dan Staphylococcus dalam rongga mulut pasien yang mempunyai penyakit mulut.
25
Uji katalase penting untuk membedakan Streptococcus katalase negatif dengan Staphylococcus yang
menghasilkan enzim katalase katalase positif. Uji katalase dilakukan dengan menambahkan H
2
O
2
3 ke dalam koloni pada plat agar atau agar miring. Pada kultur yang menunjukkan katalase positif akan terbentuk O
2
dan gelembung udara. Staphylococcus aureus dan Streptococcus intermedius adalah koagulase positif,
sedangkan Staphylococcus yang lain merupakan koagulase negative. Uji koagulase digunakan untuk membedakan Staphylococcus dengan Streptococcus. Staphylococcus
aureus mampu menghasilkan koagulase, yaitu berupa protein yang menyerupai enzim yang apabila ditambahkan dengan oksalat atau sitrat mampu menggumpalkan plasma
akibat adanya serum. Serum tersebut bereaksi dengan koagulase untuk membentuk esterase dan aktivitas penggumpalan, serta untuk mengaktivasi protrombin menjadi
trombin. Trombin akan membentuk fibrin yang akan berpengaruh terhadap terjadinya penggumpalan plasma.
26
5.3 Pengaruh bakteri terhadap SAR
Bakteri Streptococcus dan Staphylococcus biasanya tumbuh pada mukosa bukal dan dorsum lidah, gigi dan celah gingiva. Permukaan khusus pada mukosa
mulut berkontribusi pada keragaman flora misalnya mukosa bukal dan papila lidah
Universitas Sumatera Utara
sangat dipenuhi dengan bakteri karena tempat tersebut mempunyai kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri.
27
Pada aspek oral medicine, bakteri dapat menyebabkan timbulnya SAR dalam mulut. Hasil penelitian Barile dkk menemukan
bentuk L dari Streptococcus α-hemolytic yakni Streptococcus sanguis merupakan
agen penyebab SAR.
3
Pada penelitian Donatsky dkk pula menemukan bakteri Streptocococcus, Staphylococcus dan Neiserria pada lesi SAR.
4
Streptococcus dalam mulut dikatakan berpengaruh terhadap terjadinya SAR. Mikroorganisme yang terlibat
lansung dalam pathogenesis lesi akan memicu produksi antibodi yang bereaksi dengan mukosa mulut.
5
Streptococcus bersifat fakultatif anaerob, tidak bergerak, katalase negative dan memiliki diameter 0.7-0.9 µm. Bakteri ini tumbuh baik pada Blood agar,
meskipun pengunaan media yang diperkaya dengan glukosa dan serum mungkin diperlukan. Berdasarkan proses yang terjadi pada Blood agar dan lisisnya sel darah
merah, Streptococcus dibagi menjadi Streptococcus α-hemolytic, β-hemolytic, dan γ-
hemolytic.
2
Streptococcus α-hemolytic pada media kultur menunjukkan zona sempit hemolisis sebagian dan perubahan warna hijau di sekitar koloni. Perubahan warna
hijau memberikan nama viridians pada bakteri ini viridians:hijau.
2
Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada kaldu biasanya pada suhu 37°C. Pertumbuhan terbaik adalah pada suasana aerob tetapi dapat juga dalam udara
yang hanya mengandung hydrogen karena bakteri ini juga bersifat anaerob fakultatif. Batas-batas suhu untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 6-44°C optimum 37°C dan
batas untuk pH adalah 4,2-9,3 optimum 7.
2
Pada analisis bivariat dalam penelitian ini jelas dapat dilihat analisis bakteri Streptococcus α-hemolytic terhadap SAR dengan uji statistik menggunakan uji
Pearson Correlation menunjukkan nilai p=0,004 p0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada pengaruh
Streptococcus α-hemolytic terhadap SAR. Pada penelitian ini, 2 kasus ditemui
Streptococcus α-hemolytic. Pada penelitian ini, uji katalse dan uji koagulase yang negatif menunjukkan adanya Streptococcu
s α- hemolytic.Hal ini jelas menunjukkan ada pengaruh
Streptococcus α-hemolytic terhadap SAR.
Universitas Sumatera Utara
Pada analisis bakteri Staphylococcus aureus terhadap SAR dengan uji statistik menggunakan uji Pearson Correlation menunjukkan nilai p=0,004 p0,05, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan pada Staphylococcus aureus terhadap SAR. Pada penelitian ini, 5 kasus ditemui Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini, uji katalase
dan koagulase positif menunjukkan adanya Staphylococcusaureus. Hal ini jelas menunjukkan ada pengaruh Staphylococcus aureus terhadap SAR.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN