e Gambar 4.6 Hasil Uji SEM Film dengan pembesaran 500 x, pada gambar a
polikaprolakton murni , gambar b polikaprolakton dengan resin epoksi 1:0,1, gambar c polikaprolakton dengan resin epoksi 1:0,2, gambar d
polikaprolakton dengan resin epoksi 1:0,3 dan gambar e polikaprolakton dengan resin epoksi 1:0,4. Dimana dari gambar tersebut terdapat perbedaan
mulai dari bentuk dan permukaan yang dihasilkan pada gambar tersebut.
4.1.4 Hasil Analisa Degradasi Termal Menggunakan DSC-TGA
Analisis degradasi termal dilakukan dengan menggunakan intrumen TGA SDT Q600 Seri 0600-1473, dengan kecepatan aliran gas nitrogen sebesar 100
mLmenit dan kenaikan temperature 30 Cmenit. Hasil analisis degradasi termal
menggunakan TGA untuk polikaprolakton murni dan polikaprolakton dengan resin epoksi yang dapat dilihat pada gambar 4.7 dan 4.8 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Grafik DSC-TGA Polikaprolakton Murni.
Gambar 4.8 Grafik DSC-TGA Polikaprolakton dengan Resin Epoksi dengan perbandingan mulai dari 1:0,1 ; 1:0,2 ; 1:0,3 dan 1:0,4 gram.
Hasil dari gambar 4.7 dan 4.8 dimana grafik tersebut terjadi degradasi termal mulai dari suhu 98,89
o
C sampai dengan 420,45
o
C.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisa FT-IR
Spektroskopi FT-IR dilakukan untuk karakterisasi interaksi spektrum gugus fungsi karakterisasi secara mikrostruktural di antara polikaprolakton
dengan resin epoksi. Pada polikaprolakton dengan resin epoksi yang digunakan dalam penelitian, dilakukan analisa FT-IR menunjukkan adanya ayunan gugus O-
H pada panjang gelombang 2944 – 2946 cm
-1
di mana terdapat senyawa alkohol,adanya regangan gugus C-H pada panjang gelombang 2866 – 2868 cm
-1
yang terdapat senyawa alkana, adanya regangan gugus C=O pada panjang gelombang 1721 – 1723 cm
-1
yang terdapat senyawa ester, adanya ayunan gugus C-O-C pada panjang gelombang 1142 – 1244 cm
-1
yang terdapat senyawa alkohol dan eter, adanya regangan gugus C-O pada panjang gelombang 1040 – 1043 cm
-1
yang terdapat senyawa alkohol, adanya regangan gugus C-H pada panjang gelombang 672 – 713 cm
-1
yang terdapat senyawa eter dan alkana. Dengan demikian, film yang telah dibuat memiliki karakteristik yang memenuhi syarat
umum dalam pembuatan film.
4.2.2 Kuat Tarik, Perpanjangan Untuk Putus dan Elastisitas
Kuat tarik dan perpanjangan untuk putus maupun elastisitas merupakan sifat mekanik yang berhubungan dengan sifat kimia film. Kuat tarik dan
perpanjangan untuk putus merupakan gaya maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film hingga terputus. Parameter ini merupakan salah satu sifat mekanis
yang terpenting dalam film. Kuat tarik dan perpanjangan untuk putus maupun elastisitas yang terlalu kecil mengidentifikan bahwa film yang bersangkutan tidak
dapat dijadikan kemasan, karena karakter fisiknya kurang kuat dan mudah patah ulpa,2011.
Dari perbandingan hasil kuat tarik, perpanjangan untuk putus dan elastisitas dapat disimpulkan bahwa film dari polikaprolakton dengan resin
epoksi dengan perbandingan 1:0,4 lebih tinggi dari film yang lainnya setelah dilakukan percobaan yang sama. karena proses campuran yang lebih stabil dan
Universitas Sumatera Utara