4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisa FT-IR
Spektroskopi FT-IR dilakukan untuk karakterisasi interaksi spektrum gugus fungsi karakterisasi secara mikrostruktural di antara polikaprolakton
dengan resin epoksi. Pada polikaprolakton dengan resin epoksi yang digunakan dalam penelitian, dilakukan analisa FT-IR menunjukkan adanya ayunan gugus O-
H pada panjang gelombang 2944 – 2946 cm
-1
di mana terdapat senyawa alkohol,adanya regangan gugus C-H pada panjang gelombang 2866 – 2868 cm
-1
yang terdapat senyawa alkana, adanya regangan gugus C=O pada panjang gelombang 1721 – 1723 cm
-1
yang terdapat senyawa ester, adanya ayunan gugus C-O-C pada panjang gelombang 1142 – 1244 cm
-1
yang terdapat senyawa alkohol dan eter, adanya regangan gugus C-O pada panjang gelombang 1040 – 1043 cm
-1
yang terdapat senyawa alkohol, adanya regangan gugus C-H pada panjang gelombang 672 – 713 cm
-1
yang terdapat senyawa eter dan alkana. Dengan demikian, film yang telah dibuat memiliki karakteristik yang memenuhi syarat
umum dalam pembuatan film.
4.2.2 Kuat Tarik, Perpanjangan Untuk Putus dan Elastisitas
Kuat tarik dan perpanjangan untuk putus maupun elastisitas merupakan sifat mekanik yang berhubungan dengan sifat kimia film. Kuat tarik dan
perpanjangan untuk putus merupakan gaya maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film hingga terputus. Parameter ini merupakan salah satu sifat mekanis
yang terpenting dalam film. Kuat tarik dan perpanjangan untuk putus maupun elastisitas yang terlalu kecil mengidentifikan bahwa film yang bersangkutan tidak
dapat dijadikan kemasan, karena karakter fisiknya kurang kuat dan mudah patah ulpa,2011.
Dari perbandingan hasil kuat tarik, perpanjangan untuk putus dan elastisitas dapat disimpulkan bahwa film dari polikaprolakton dengan resin
epoksi dengan perbandingan 1:0,4 lebih tinggi dari film yang lainnya setelah dilakukan percobaan yang sama. karena proses campuran yang lebih stabil dan
Universitas Sumatera Utara
campuran resin epoksinya lebih banyak sehingga permukaan film yang dihasilkan lebih tinggi dan lebih tebal.
Hal ini terjadi karena dengan perbandingan antara polikaprolakton dengan resin epoksi 1:0,4 yang dihasilkan pada film terdapata titik jenuh, sehingga
molekul tersebut akan terdispensi dan berinteraksi dengan struktur rantai polimer yang menyebabkan rantai polimer sukar bergerak. Hal ini yang menyebabkan
kekuatan tarik meningkat karena adanya adanya gaya intermolekuler diantara serat epoksi.
4.2.3 Analisa SEM
Analisa ini dilakukan dengan alat yang biasa disebut dengan mikroskopi kamera. Analisa ini bertujuan untuk melihat permukaan penampang untuk melihat
permukaan melintang dan membujur suatu spesimen secara mikroskopis dengan pembesaran tertentu. Analisa ini juga dapat mengevaluasi homogenitas film,
struktur lapisan halus maupun kasarnya permukaan sehingga torpografi, tonjolan, lekukan dan pori-pori pada permukaan dapat terlihat. Pada prinsipnya bila terjadi
perubahan suatu bahan misalnya patahan, lekukan dan perubahan struktur dari permukaan suatu bahan, maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan
energi Ulpa, 2011. Hasil analisa SEM pada film, akan memperlihatkan permukaan pada film
tersebut. Bila hasil pada permukaan tersebut rata atau bergelombang, tergantung pada bahan-bahan penyusun film tercampur merata atau tidak. Tergantung pada
matriks, bahan pengisi dan peplastik tercampur dengan baik sehingga dihasilkan permukaan film yang baik. Dilihat dari uji mekanik tertinggi, dilakukan analisis
permukaan film yang di hasilkan pada pembesaran 500 x pada gambar 4.8 dapat diketahui bahwa adanya tonjolan dan lekukan pada permukaan film, ini
disebabkan karena proses percampuran tidak merata.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Analisa DSC-TGA