Karakteristik Pasien Kehilangan Gigi Sebagian di RSGMP FKG USU

59

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Pasien Kehilangan Gigi Sebagian di RSGMP FKG USU

Pada penelitian ini pengelompokan pasien sebagai responden berdasarkan jumlah kehilangan gigi ditemukan persentase tertinggi pada kelompok yang kehilangan 1-5 gigi 54. Hal ini sesuai dengan data hasil Riskesdas tahun 2013 yang melaporkan prevalensi nasional indeks DMFT 4,6. Data ini menjelaskan bahwa rata-rata masyarakat mengalami kerusakan 5 gigi per orang. 30 Dalam penelitian ini pasien sebagai responden yang berusia 18-35 tahun sebesar 47, 35-44 tahun sebesar 11, 45-54 tahun sebesar 21, 55-64 tahun sebesar 18 dan pasien yang berumur diatas 65 tahun sebesar 3. Data ini menunjukkan bahwa pasien sebagai responden lebih banyak pada usia yang lebih muda dimana keadaan ini mengakibatkan persentase jumlah kehilangan 1-5 gigi lebih tinggi dibandingkan pada kelompok dengan jumlah kehilangan gigi yang lebih banyak. Keadaan ini disebabkan oleh usia sebagai faktor sosiodemografi yang turut memengaruhi terjadinya kehilangan gigi. 32,33 Hal ini dikarenakan semakin lama gigi berada di dalam rongga mulut maka semakin tinggi resiko terjadinya kerusakan gigi yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya gigi. 25,33,34 Hal ini didukung oleh data Riskesdas yang menunjukkan peningkatan indeks DMFT seiring bertambahnya umur. 30 Disamping itu, berdasarkan data Oral Health US 2002 juga menunjukkan meningkatnya prevalensi kehilangan gigi seiring peningkatan usia. 26 Pada pengelompokan pasien sebagai responden berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi, persentase terbesar ditemukan pada kelompok yang kehilangan gigi pada empat kuadran gigi 47. Dalam penelitian ini pasien sebagai responden mengalami rata rata mengalami kerusakan gigi molar pertama di keempat kuadran gigi. Hal ini dikarenakan gigi molar pertama merupakan gigi yang paling sering mengalami kerusakan karena karies dan juga gigi yang paling sering direstorasi, bahkan sebanyak 70 gigi molar pertama permanen yang terkena karies harus 60 dicabut. 68 Hal ini juga terlihat pada penelitian Wang dkk 2009 yang menunjukkan kehilangan gigi pada semua kuadran lebih banyak. 11 Pada penelitian ini pengelompokkan pasien sebagai responden berdasarkan dukungan oklusal menggunakan klasifikasi eichner yakni berdasarkan kontak oklusal gigi geligi yang berantagonis pada maksila dan mandibula. 14 Berdasarkan data yang diperoleh, persentase tertinggi terdapat pada kelompok dukungan oklusal kelas A yang terdiri atas 4 zona dukungan oklusal dimana hal ini berarti minimal terdapat 1 gigi dari kedua gigi premolar dan molar yang berkontak antagonis pada setiap sisinya. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada penelitian ini ditemukan jumlah kehilangan gigi terbanyak pada responden penelitian adalah 1-5 gigi dan jumlah kuadran kehilangan gigi tertinggi pada keempat kuadran. Keadaan ini dapat menjelaskan bahwa rata-rata responden kehilangan 1 gigi di setiap kuadran sehingga masih ada gigi premolar maupun molar yang berkontak pada setiap sisinya dimana ini berarti memiliki 4 zona dukungan oklusal. 5.2 Prevalensi Kehilangan Gigi Sebagian yang Mengalami Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Pada penelitian ini, berdasarkan kuesioner diperoleh prevalensi pasien dengan kehilangan gigi yang mengalami tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula adalah sebesar 59. Sedangkan berdasarkan pemeriksaan klinis pada penelitian ini diperoleh prevalensi sebesar 86. Hasil pengumpulan data menunjukkan adanya perbedaan hasil kuesioner dengan pemeriksaan klinis pada pasien sebagai responden karena tingkat keakuratan responden dalam menjawab kuesioner merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. Gangguan sendi temporomandibula merupakan sekumpulan tanda dan gejala yang melibatkan otot mastikasi, sendi temporomandibula dan struktur terkait yang digambarkan dengan adanya nyeri pada area preauricular, nyeri pada sendi temporomandibula, nyeri pada otot-otot pengunyahan, keterbatasan atau deviasi pada pergerakan mandibula dan bunyi pada sendi selama mandibula berfungsi. Pada umumnya keluhan pasien yang mengalami gangguan sendi temporomandibula 61 diantaranya sakit kepala, nyeri di sekitar leher, nyeri pada wajah dan sakit pada telinga sehingga sering dianggap bukan berasal dari keadaan gigi geligi dan sendi. Oleh karena itu, pasien sering tidak menyadari adanya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula seperti deviasi dan krepitasi sendi. 7,8,18,19 Hal ini menyebabkan gangguan sendi temporomandibula lebih banyak ditemukan pada pemeriksaan klinis dibandingkan kuesioner. Selain itu berdasarkan penelitian Gaphor dan Hameed 2010 menyatakan bahwa individu malu untuk mengakui adanya gangguan dikarenakan lingkungan saat menanyakan keluhan tanpa privasi. 18 Berdasarkan adanya faktor-faktor yang menyebabkan ketidakakuratan pasien sebagai responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner, oleh karena itu pemeriksaan klinis dianggap sebagai metode yang lebih objektif dalam mendiagnosis tanda dan gejala sendi temporomandibula. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan klinis yang digunakan untuk melihat hubungan gangguan sendi temporomandibula dengan kehilangan gigi sebagian berdasarkan jumlah kehilangan gigi, jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dan dukungan oklusal. 5.3 Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kehilangan Gigi Pada penelitian ini, persentase pasien yang memiliki tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula paling banyak pada kelompok kehilangan lebih dari 10 gigi 96,8. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah kehilangan gigi diikuti peningkatan frekuensi pasien yang memiliki tanda dan gejala sendi temporomandibula. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p= 0,09 p 0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula. Hilangnya sejumlah besar gigi menyebabkan beban oklusal yang diterima oleh gigi yang masih tinggal semakin berat. 6 Keadaan ini pada akhirnya akan mengakibatkan beban berlebih pada sendi temporomandibula sehingga dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perubahan sendi. 4,10,48 62 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Himawan 2007 yang juga menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula meskipun frekuensi distribusi data yang diperoleh menunjukkan kehilangan lebih dari 13 gigi memiliki peranan terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. 6 Menurut Okeson inklinasi gigi anterior memiliki fungsi yang berbeda dari gigi geligi posterior. Fungsi utama gigi posterior adalah untuk membantu pemecahan makanan selama proses pengunyahan berlangsung serta berguna untuk mempertahankan dimensi vertikal oklusi. Kontak oklusal gigi geligi posterior berfungsi untuk menjaga stabilitas mandibula secara maksimal dan meminimalkan tekanan pada masing masing gigi sehingga memungkinkan rahang mampu menerima beban yang berat tanpa mengganggu gigi dan struktur pendukungnya. Berbeda halnya dengan gigi anterior yang tujuan utamanya bukanlah untuk mempertahankan dimensi vetikal melainkan berperan sebagai penuntun mandibula pada saat pergerakan anterior mandibula. 48 Hal ini menjelaskan bahwa kehilangan gigi posterior lebih berpengaruh dibandingkan dengan kehilangan gigi anterior terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula. Namun pada penelitian ini jumlah kehilangan gigi tidak dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu kehilangan gigi anterior atau posterior. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Wang dkk 2009 yang menyatakan bahwa jumlah kehilangan gigi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh emosional yang turut berpengaruh terhadap sensitifitas nyeri sebagai salah satu tanda dan gejala timbulnya gangguan sendi temporomandibula. 9 Keadaan ini terjadi karena pada saat beban emosi yang berat terjadi perubahan sirkulasi pada otot pengunyahan yaitu peningkatan cairan pada jaringan otot yang mengakibatkan adanya tekanan pada reseptor nyeri. 53 Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Uhac dkk 2002 yang menyatakan bahwa resiko tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula memiliki hubungan yang signifikan pada individu yang kehilangan gigi lebih banyak. 20 63 5.4Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kuadran Kehilangan Gigi Posterior Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang mengalami gangguan sendi temporomandibula paling banyak pada kelompok yang kehilangan gigi posterior di semua kuadran gigi 95,7. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p= 0,011 p 0,05 yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal. Keadaan ini dikarenakan kehilangan gigi posterior akan diikuti dengan hilangnya kontak oklusal yang mengakibatkan ketidakseimbangan oklusi sehingga mengganggu kestabilan lengkung gigi. Dalam keadaan ini struktur sendi akan menerima beban yang tidak merata dan apabila terjadi terus menerus dapat mengganggu sendi temporomandibula. 2-4,11-13,48 Selain itu, pada kehilangan gigi posterior pada satu regio dapat menyebabkan overclosure yang mengakibatkan deviasi kondilus dari posisi sentrik normal sehingga menyebabkan pergeseran sendi temporomandibula. 12 Keadaan ini mengakibatkan ketidakseimbangan posisi mandibula sehingga sendi temporomandibula tidak dapat berfungsi secara efektif dan jika pada keadaan ini gigi atau sendi mendapat tekanan yang besar maka dapat memicu kerusakan sendi, gigi dan struktur pendukungnya. 48 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Shet RGK 2010 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah kuadran kehilangan gigi dengan gangguan sendi temporomandibula. 17 Hal ini juga didukung oleh penelitian Wang dkk 2009 yang menyatakan bahwa jumlah kuadran kehilangan gigi lebih berpengaruh terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula dibandingkan dengan jumlah kehilangan gigi dimana semakin besar jumlah kuadran kehilangan gigi maka insiden terjadinya gangguan sendi temporomandibula akan meningkat. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa resiko lebih rendah pada individu yang mengalami kehilangan gigi posterior hanya pada satu kuadran dibandingkan dengan kehilangan gigi posterior pada kuadran yang berbeda. 9 64 5.5Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Dukungan Oklusal Dalampenelitian ini, pada kehilangan gigi sebagian keberadaan dukungan oklusal diklasifikasikan dengan menggunakan eichner index. 14 Klasifikasi eichner ini berdasarkan daerah kontak oklusal gigi geligi yang berantagonis pada maksila dan mandibula. Klasifikasi ini membagi dukungan oklusal kedalam 3 kelas yaitu, kelas A, kelas B dan kelas C.Kelas A terdiri atas 4 zona dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar dengan gigi antagonisnya pada setiap sisi. Kelas B dibagi kedalam 4 kelompok yaitu B1, B2, B3 dan B4. Kelas B1 terdapat 3 zona dukungan oklusal, kelas B2 yang terdiri dari 2 zona dukungan oklusal dan kelas B3 yang hanya memiliki 1 zona dukungan oklusal serta kelas B4 yang mana dukungan hanya berada pada daerah gigi anterior sedangkan pada kelas C adalah tidak ditemukan gigi yang berkontak antagonis baik anterior maupun posterior. 14,61 Kehilangan gigi posterior akan disertai dengan hilangnya dataran oklusal, yang mana akan memengaruhi keseimbangan oklusi dan mengganggu fungsi. 7,12,13 Pada penelitian ini seluruh sampel pada kelas B1, B3, B4 dan C 100 mengalami ganguan sendi temporomandibula. Pada kelompok kelas B2 diperoleh hasil yang berbeda yaitu sebesar 77,78 yang mengalami gangguan sendi temporomandibula. Hal ini dikarenakan hilangnya dukungan oklusal akibat kehilangan gigi bukan merupakan satu satunya faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Beberapa faktor lain yang turut berpengaruh dalam menimbulkan gangguan sendi temporomandibula diantaranya usia, jenis kelamin, keadaan emosional dan faktor sistemik pasien namun, dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan. Dari hasil uji analisis chi-square didapati tidak ada hubungan kehilangan gigi sebagian dengan gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal dengan nilai p= 0,089 p0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hiltunen K 2004 yang juga menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan oklusal berdasarkan eichner index dengan gangguan sendi temporomandibula. Hal ini disebabkan kehilangan gigi tidak selalu dapat 65 menggambarkan efektifitas fungsi sistem mastikasi namun dapat dijadikan indikator kesehatan gigi dan mulut. 61 Namun dalam penelitian Mund T 2005 ditemukan adanya hubungan yangsignifikan antara hubungan dukungan oklusal dengan gangguan sendi temporomandibula pada pria sedangkan pada wanita tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh interaksi antara jenis kelamin dan dukungan oklusal yang saling memengaruhi terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. 14 Hal ini disebabkan oleh karena etiologi gangguan sendi temporomandibula merupakan multifaktorial yakni banyak faktor resiko yang sering dikaitkan terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Faktor yang sering dikaitkan diantaranya adalah jenis kelamin dan usia. Perbedaan level hormon estrogen merupakan hal yang penting dalam gangguan sendi temporomandibula berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan hormon estrogen merupakan faktor penting dalam perjalanan timbulnya nyeri sebagai salah satu tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Selain itu, juga terdapat perbedaan batas kemampuan dalam menerima stress antara pria dan wanita. 3,10,16,48,55 Disamping itu usia merupakan faktor predisposisi terjadinya gangguan sendi temporomandibula karena frekuensi dan tingkat keparahan suatu penyakit meningkat seiring dengan pertambahan usia. 57 Selain itu, dalam penelitian ini kelas A dan kelas C tidak dibedakan berdasarkan subkelasnya yang mana hal ini juga akan mempengaruhi migrasi gigi geligi yang tinggal ke daerah tidak bergigi untuk mencapai kontak. Pada penelitian ini, pasien sebagai responden tidak dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin serta faktor-faktor lain yang turut berpengaruh dalam menimbulkan terjadinya gangguan sendi temporomandibula. Selain itu, jumlah sampel yang diperoleh tidak merata sehingga data yang diperoleh tidak cukup adekuat untuk digunakan dalam menganalisis hubungan kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal. 66

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN