Tanda dan Gejala Diagnosis

30

2.3.3 Tanda dan Gejala

Gangguan temporomandibula didefenisikan sebagai serangkaian kondisi fungsional dan patologis yang memengaruhi sendi temporomandibula, otot mastikatori serta jaringan lain disekitarnya. Hal ini ditandai dengan beberapa tanda dan gejala yang diantaranya adalah : 11,23,29,49,56,58 • Sakit atau nyeri pada daerah wajah, sendi rahang, leher dan bahu, dan atau di sekitar telinga saat mengunyah, berbicaraatau pembukaan mulut yang maksimal. • Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan. • Rahang terkunci, kaku, sehingga sulit untuk membuka atau menutup mulut. • Bunyi kliking pada sendi rahang saat membuka atau menutup mulut yang mungkin atau tidak disertai dengan nyeri. • Sakit kepala • Gigitan yang rasanya tidak pas

2.3.4 Diagnosis

Diagnosis penyakit atau gangguan fungsi sendi temporomandibula tergantung pada riwayat dan pemeriksaan klinis yang menyeluruh serta ketepatan interpretasi hasil radiografi. 49,50

2.3.4.1 Riwayat Pasien

Riwayat pasien merupakan hal yang sangat penting dalam membuat suatu diagnosis penyakit. Dalam mendiagnosis suatu nyeri 70-80 informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari riwayat kesehatan. 51 Keluhan utama dapat berupa nyeri orofasial, bunyi sendi, keterbatasan dalam membuka mulutatau kombinasi dari keduanya. Selain itu, keluhan lain seperti sakit kepala dan tinitus juga akan ditemukan. 49,50 Apabila pasien merasakan nyeri maka hal yang paling penting untuk diketahui adalah lokasi, timbulnya nyeri, karakteristik, faktor yang memperparah dan 31 mengurangi nyeri serta hubungannya dengan keluhan terhadap lokasi, frekuensi, kualitas dan tingkat keparahan nyeri. Semua hal tersebut sangat penting untuk dievaluasi. Banyak pasien yang dapat secara tepat menggambarkan sifat dari rasa sakit dan lokasi anatomis maupun penyebarannya serta kaitannya dengan timbulnya keluhan seperti bunyi sendi dan keterbatasan pergerakan mandibula. 49,50 Secara khusus, timbulnya rasa sakit yang berpusat langsung di depan tragus telinga dan sekitar telinga, sakit pada pipi serta ditemukan rasa sakit di daerah mandibula maka sangat mendukung diagnosis gangguan temporomandibula. 59,60 Rasa sakit dapat disertai dengan bunyi pada sendi temporomandibula pada daerah preaurikular selama mandibula berfungsi seperti membuka dan mengunyah. 49,59,60 Bunyi pada sendi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, kliking dan krepitasi. Kliking merupakan bunyi tunggal yang berlangsung singkat sedangkan krepitasi merupakan bunyi keretak yang terjadi selama pergerakan mandibula. 21,49-51 Riwayat keterbatasan pembukaan mulut yang mungkin terjadi secara intermiten atau progresif merupakan tanda kunci adanya gangguan temporomandibula. 61-63 Nyeri kronis pada kepala, leher dan punggung, sindrom iritasi usus dan pruritus yang timbul idiopatik kadang-kadang ditemukan pada pasien dengan gangguan temporomandibula. Hal ini harus ditemukan untuk membangun kemungkinan penyebab psikogenik. Dalam mendiagnosis juga penting menanyakan pasien tentang pengaruh yang mendasarinya seperti stress, kecemasan, depresi atau hal penting dalam hidupnya sehingga pasien bisa menggambarkan dengan jelas setiap keadaan psikogenik yang mungkin menyebabkan gangguan. 63 Secara umum, semakin lama durasi gejala dan banyaknya perawatan yang dilakukan khususnya perawatan yang gagal, maka akan semakin kecil kemungkinan pasien akan memberi respon yang baik dalam perawatan selanjutnya. 63

2.3.4.2 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis sangat penting dilakukan untuk menentukan diagnosis gangguan temporomandibula, terutama dalam mengevaluasi sendi 32 temporomandibula. Pemeriksaan klinis sebagian besar didasarkan atas pengamatan, palpasi dan auskultasi. 49,50,63 Pemeriksaan gigi secara menyeluruh dengan memperhatikan khususnya faktor oklusi merupakan awal yang tepat. Gangguan oklusi yang dapat langsung diperiksa yaitu, gigitan silang crossbite, gigitan dalam deep overbite, daerah supra erupsi dan daerah tidak bergigi. 50 Luas pergerakan mandibula juga dievaluasi pada tahap selanjutnya. Range of Motion ROM dari sendi temporomandibula diukur pada pembukaan maksimal rahang dengan penggaris dari tepi bawah gigi insisivus yang terletak tepat ditengah maksila rahang atas sampai tepi atas gigi insisivus yang terletak tepat ditengah mandibula rahang bawah pada gigi asli atau pada gigitiruan. 61 Pembukaan antar insisal bervariasi tetapi dalam keadaan normal pada orang dewasa jarak interinsisal maksimal mencapai ≥ 40 mm. Pergerakan maksimal ke kanan dan kiri maupun gerakan protrusi maksimal juga diukur. 49,50,61 Auskultasi stetoskop pada sendi memungkinkan penentuan sifat dan waktu timbulnya bunyi abnormal secara lebih tepat. Penentuan kliking dan besar pembukaan insisal dipermudah dengan auskultasi. 49,61,63 Kliking yang terjadi pada awal fase membuka mulut menunjukkan dislokasi diskus anterior ringan. Sementara bunyi kliking yang terjadi atau timbul lebih lambat berkaitan dengan kelainan meniskus. Pada kasus kliking yang resiprokal, menunjukkan pergeseran diskus yang kronis dan dapat berkurang dengan sendirinya. Krepitasi sendi ditunjukkan melalui bunyi kemeretak merupakan tanda kemungkinan terjadinya disfungsi sendi degeneratif. 50,63 Palpasi dilakukan perkutan maupun peroral dan melibatkan jaringan lunak dan keras. 51,52,64 Pada pemeriksaan otot-otot yang dipalpasi diantaranya, otot maseter, temporalis, pterygoideus lateral, pterygoideus medial dan bagian anterior dari digastrikus. Otot-otot yang dipalpasi pada ekstra-oral adalah otot temporalis, dan digastrikus sedangkan otot medial pterygoid dengan palpasi intraoral. Daerah palpasi otot yang tepat dan kekuatan palpasi dengan satu jari harus dikalibrasi agar sama diantara penguji. Bagian lateral dari sendi temporomandibula dipalpasi pada ekstra oral yaitu sekitar 5 mm anterior dari saluran akustik luar. Bagian posterior dari sendi 33 temporomandibula dipalpasi dengan jari kelingking di saluran akustik dengan meminta pasien untuk membuka dan menutup rahang dalam mencapai lokasi kepala kondilus yang tepat. Nyeri pada pergerakan mandibula dicatat dengan meminta subjek untuk membuka mulut secara maksimal serta melakukan gerakan mandibula ke lateral dan gerakan protusif. Reaksi sakit yang dialami pasien langsung dilaporkan dan dicatat. 61,62 Gambar 6 34 Gambar 6. Pemeriksaan klinis sendi temporomandibula A. Pengukuran batas pembukaan mulut; 65 B. Auskultasi sendi temporomandibula; 65 C. Pengukuran jarak deviasi D.Palpasi otot maseter; 66 E. Palpasi otot temporalis F.Palpasi sendi bagian lateral; 66 G. Palpasi sendi bagian posterior; 66 G. Pergerakan mandibula ke lateral kanan; 66 H. Pergerakan mandibula ke lateral kiri. 66

2.3.4.3 Pemeriksaan Radiografi

D A B C D E F G H I 35 Dalam kasus yang kompleks dibutuhkan gambaran radiografi untuk mendukung dan memperkuat diagnosis gangguan temporomandibula. 51,63 Diantara berbagai pemeriksaan radiografi, teknik X-ray yang sebelumnya populer digunakan memiliki kelemahan diantaranya representasi gambar yang tidak memadai, tidak dapat menggambarkan keadaan jaringan lunak di dalam dan sekitar sendi temporomandibula serta pemeriksaan terbatasnya validitas gambar yang dihasilkan. Oleh karena itu, dilakukan pemeriksaan MRI Magnetic Resonance Imaging yang dapat menunjukkan jaringan keras artikular dan keadaan jaringan lunak disekitarnya. Dibandingkan dengan teknik X-Ray, pemeriksaan MRI lebih menguntungkan karena tidak menggunakan radiasi X-Ray sehingga tidak menimbulkan rasa sakit atau kerusakan jaringan akibat efek radiasi. 49,60 36

2.4 Landasan Teori