21
Pada pergerakan mandibula yang normal, gerakan rotasi dan translasi terjadi secara bersamaan yaitu ketika mandibula berotasi disekitar satu atau beberapa aksis
kondilus maka aksis yang lain akan bertranslansi. Pada saat mulut terbuka lebar kondilus berada didepan diskus artikularis. Namun pada saat menutup mulut bagian
posterior diskus artikularis berada diatas kondilus.
49
2.3 Gangguan Sendi Temporomandibula
Gangguan sendi temporomandibula merupakan sekumpulan gejala dan tanda yang melibatkan otot mastikasi, sendi temporomandibula dan struktur yang terkait.
Gangguan sendi temporomandibula merupakan masalah yang sering terjadi secara global yang pada umumnya mencakup sejumlah etiologi.
7,8,11,23,49
Proses patologi gangguan sendi temporomandibula ditandai oleh adanya kerusakan dan abrasi tulang artikular serta penebalan lokal dan remodelling pada
dasar tulang. Kerusakan internal pada sendi temporomandibula digambarkan sebagai posisi hubungan artikular dengan kondilus mandibula dan eminensia artikularis yang
tidak normal.
41,46
2.3.1 Etiologi
Peningkatan beban pada sendi temporomandibula akan menstimulasi terjadinya remodelling yang disertai dengan adanya peningkatan sintesis matriks
ekstraseluler. Remodelling merupakan adaptasi biologis yang esensial untuk mendapatkan fungsi yang normal, menjamin homeostatis bentuk sendi serta
hubungan oklusal sebagai respon stress biomekanis. Arnet dkkmenjelaskan patofisiologi perubahan degenerasi sebagai suatu akibat terjadinya remodelling
disfungsi artikular yang dibagi atas 2 yaitu, penurunan adaptasi kapasitas struktur artikulasi sendi dan tekanan fisik yang berlebih dan diteruskan ke struktur artikular
sendi temporomandibular yang melebihi kapasitas normal.
49,50,56
22
2.3.1.1Penurunan Adaptasi Kapasitas Sendi
Adaptasi morfologi akan meminimalkan stress biomekanis. Sejak usia dewasa muda, tulang rahang terus mengalami remodelling
.
Terjadinya penurunan adaptasi kapasitas sendi merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi host secara
umum. Faktor usia, penyakit sistemik dan hormonal dapat memengaruhi adaptasi kapasitas sendi temporomandibula. Faktor-faktor tersebut turut berperan dalam
terjadinya remodelling disfungsi sendi temporomandibula, bahkan dalam tekanan biomekanis pada batas fisiologis yang normal.
49,56
2.3.1.1.1Faktor Umur
Umur merupakan faktor predisposisi terjadinya gangguan sendi temporomandibula karena frekuensi dan keparahan suatu penyakit meningkat seiring
dengan pertambahan usia misalnya, kandungan kalsium pada diskus meningkat secara progresif seiring dengan penuaan. Peningkatan ini terjadi pada kalsifikasi
tulang yang mungkin disebabkan oleh penuaan atau adanya perubahan tekanan mekanis. Sesuai dengan keadaan yang demikian, kandungan material pada diskus
berhubungan dengan faktor umur.
9,12,23,57
Secara tidak langsung diskus menjadi bersifat lebih kaku dan rapuh, akibatnya terjadi penurunan kemampuan untuk
menahan beban yang besar. Kartilago artikular juga mengalami perubahan seiring dengan penuaan. Hal ini ditandai dengan berat molekul asam hyaluronic pada
kartilago artikular yang menurun dari 2000-300 kDa pada usia diantara 2,5-86 tahun. Asam hyaluronic pada kartilago artikular penting dalam memelihara viskositas dan
penurunan berat molekul asam hyaluronic dapat menyebabkan penurunan komponen biologis kartilago.
56
2.3.1.1.2 Faktor Sistemik
Keadaan sistemik dapat memengaruhi kapasitas toleransi fisiologis tubuh terhadap kerusakan atau gangguan yang dialami oleh tubuh. Pada saat terjadi
penurunan batas toleransi, tubuh akan menunjukkan perubahan-perubahan tertentu.
49
Faktor sistemik dipengaruhi oleh keberadaan penyakit akut atau kronis maupun
23
kondisi secara keseluruhan.
49
Penyakit sistemik juga memengaruhi metabolisme fibrokartilago dan kapasitas tekanan pada sendi temporomandibula. Penyakit tersebut
diantaranya gangguan autoimun, gangguan endokrin, gangguan metabolisme dan penyakit infeksi. Pada beberapa kasus, tampak gangguan sendi temporomandibula
diakibatkan oleh penyakit sistemik.
56
Pada umumnya keadaan sistemik juga dapat memengaruhi fungsi pengunyahan pada saat terjadi peningkatan emosional stress.
49
Oleh karena itu faktor emosional stress memiliki peranan yang penting dalam gangguan atau penyakit pada
sendi temporomandibula.
49,50,57
Pada penelitian Costa dkk 2012 disebutkan bahwa faktor stress berhubungan langsung terhadap gangguan sendi temporomandibula
berdasarkan hasil penelitiannya dilaporkan bahwa 82 pasien yang memiliki gangguan sendi temporomandibula mengalami stress.
11
Stress digambarkan sebagai respon tubuh yang nonspesifik pada manusia.
42
Stress dapat menyebabkan hiperaktifitas otot yang dikenali sebagai bruxism atau clenching. Apabila keadaan
tersebut didukung oleh perubahan oklusal yang diakibatkan oleh kehilangan gigi dapat menimbulkan tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula.
49,51,57
2.3.1.1.3 Faktor Hormonal
Sejumlah studi epidemiologi menunjukkan adanya perbedaan frekuensi tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula berdasarkan perbedaan jenis kelamin,
dimana wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
3,8,19,23
Hal ini disebabkan adanya perbedaan menghadapi stress dan perbedaan hormon antara pria dan
wanita.
3,14,22,49
Tingginya insiden gangguan sendi temporomandibula pada wanita dipengaruhi oleh perubahan hormon yang terjadi pada siklus menstruasi.
17,49
Pada masa premenstruasi terjadi peningkatan aktivitas EMG yang menimbulkan
peningkatan sensitivitas nyeri sehingga masa premenstruasi berhubungan dengan terjadinya peningkatan gejala gangguan sendi temporomandibula.
49
Selain itu adanya keberadaan hormon estrogen yang tinggi pada wanita merupakan hal yang penting dalam gangguan sendi temporomandibula berdasarkan
24
perbedaan jenis kelamin.
3,11,17,49,56
Hormon estrogen merupakan faktor penting dalam perjalanan timbulnya nyeri karena perubahan level estrogen dapat mengubah
transmisi nosiseptif.
49
2.3.1.2 Faktor Mekanis
Trauma merupakan sifat mekanik yang dapat menimbulkan kelelahan pada diskus. Selain itu, juga diduga dapat menyebabkan kerusakan kartilago dan
memproduksi inflamatori dan mediator-mediator nyeri. Secara umum trauma dapat dibedakan menjadi dua yaitu, makrotrauma dan mikrotrauma. Makrotrauma
merupakan tekanan besar pada sendi yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan gangguan struktur sendi.
49,56
Makrotrauma menyebabkan deformitas dan resopsi kondilus secara progresif sehingga memengaruhi fungsi sendi
temporomandibula. Mikrotrauma merupakan tekanan kecil yang diterima sendi dan berlangsung pada jangka waktu yang lama. Aktivitas seperti bruxism dan clenching
dapat menghasilkan mikrotrauma pada jaringan.
29,49,56
2.3.1.2.1 Parafungsional
Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi normal mengunyah, bicara, dan menelan dan tidak mempunyai tujuan fungsional
sepertibruxism, clenching dan kebiasaan mulut lainnya.
29,49
Aktivitas parafungsional akan menimbulkan tekanan abnormal dan pergeseran tekanan yang dapat
menyebabkan perpindahan diskus, artikular dan perubahan degenerasi eminensia artikularis. Hiperaktifitas fungsional otot pterygoid lateral dianggap menyebabkan
nyeri pada otot mastikasi. Bagian superior otot pterygoid lateral melekat sebagian pada kapsul artikular sendi temporomandibula dan baik secara langsung atau tidak
langsung pada diskus artikular sehingga dapat disimpulkan bahwa disfungsi otot dapat menyebabkan gangguan internal sendi temporomandibula.
49,51,56
25
2.3.1.2.2 Ketidakseimbangan Oklusi
Salah satu faktor yang berperan penting dalam terjadinya gangguan sendi temporomandibula adalah keadaan oklusi gigi-geligi.
41
Perubahan bentuk komponen artikular terbukti ada hubungannya dengan beban biomekanis yang diterima sendi
dan pada akhirnya berkaitan dengan oklusi. Ketidakseimbangan oklusi dapat disebabkan oleh karena hilangnya gigi geligi pada rahang.
49,56
Kehilangan gigi akan mengganggu kestabilan oklusi sehingga meningkatkan kerentanan terhadap
perubahan beban fungsional sendi temporomandibula yang akan menyebabkan perubahan patologis kondilus dan artrosis proses degenerasi tanpa peradangan.
56
Berdasarkan penelitian Ciancaglini dkk 1999 melaporkan bahwa terdapat 60,2 pasien dengan kehilangan dukungan oklusal mengalami gangguan fungsional
dan menyebabkan disfungsi sendi temporomandibula sehingga temuan ini menyatakan bahwa dukungan oklusal merupakan faktor yang berhubungan dengan
penguyahan dan gangguan sendi temporomandibula.
12
Hal ini sesuai dengan penelitian Ross dkk 2002 yang menemukan adanya hubungan yang positif antara
kehilangan gigi posterior rahang bawah dan adanya pergeseran diskus mandibula.
44
Pada kehilangan gigi akan terjadi proses remodelling pada sendi sebagai respon terhadap perubahan pada lingkungan fungsional sebagai toleransi terhadap hilangnya
gigi.
4,49-51,58
2.3.1.2.3 Beban Fungsional dan Gesekan Sendi
Beban fungsional yang berlebih dan peningkatan gesekan sendi berperan bersama-sama sebagai etiologi terjadinya gangguan sendi temporomandibula.
56
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal.
7
Keadaan ini pada akhirnya akan menyebabkan beban berlebih pada sendi temporomandibula sehingga turut berperan dalam mengakibatkan
terjadinya perubahan pada sendi.
4,11,49
Milam dkk menyatakan bahwa cedera mekanik dan hipoxiakegagalan perfusi menunjukkan tekanan oksidatif menyebabkan
akumulasi radikal bebas yang merusak jaringan artikular pada sendi
26
temporomandibula. Beberapa penelitian menunjukkan adanya radikal oksidatif reaktif dalam cairan sinovial pada sendi temporomandibula yang mengalami gangguan.
49,56
2.3.2 Klasifikasi