Rumusan Masalah Hipotesis Manfaat Penelitian Prestasi akademik

3 kemampuan belajar individu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesempatan untuk memanfaatkan kemampuan ini. 10 Bakat dapat diukur dengan tes bakat, yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam rentangan tertentu. Bakat tidak sama dengan intelegensi, tetapi intelegensi menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Intelegensi dapat dipandang sebagai faktor umum dan bakat adalah faktor khusus. Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau Aptitude test, dan pada tes ini juga dapat dinilai IQ. 11 Seberapa besarkah kontribusi atau peranan faktor status nutrisi menentukan prestasi akademik? Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum : Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja. Universitas Sumatera Utara 4

1.4.2. Tujuan khusus :

1.4.2.a. Untuk mengetahui status nutrisi pada remaja. 1.4.2.b. Untuk mengetahui prestasi akademik pada remaja. 1.4.2.c. Untuk mengetahui golongan IQ pada remaja.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik ilmiah : menambah pengetahuan di bidang nutrisi dan penyakit metabolik anak, khususnya mengenai status nutrisi sebagai salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan prestasi akademik pada remaja. 1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, peneliti dapat memberikan masukan, agar anak sejak kecil diberikan asupan nutrisi yang baik. 1.5.3. Untuk pihak sekolah: meningkatkan pengetahuan para pendidik, penyelenggara pendidikan pemerintah swasta, peserta didik beserta para wali mengenai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, sehingga kelak tercapai cita-cita mulia sebagai generasi penerus bangsa. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1. Definisi status nutrisi Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran nutrisi, terlihat melalui indikator status nutrisi. 12 Prinsip penentuan status nutrisi dengan pemeriksaan antropometri dengan menentukan proporsi berat badan BB menurut tinggi badan TB atau panjang badan PB sesuai dengan jenis kelamin. 13 Klasifikasi status nutrisi diperoleh dengan perhitungan persentase BB aktual terhadap BB ideal BBTB yaitu : 13 1. Obesitas : BBTB 120 2. Nutrisi lebih overweight : BBTB 110 sampai 120 3. Nutrisi normal : BBTB 90 sampai 110 4. Malnutrisi ringan-sedang : BBTB 70 sampai 90 5. Malnutrisi buruk : BBTB 70.

2.1.2. Antropometri

Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan dan kesejahteraan secara umum. 14 Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia, dalam hal ini dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak. Antropometri digunakan untuk mengukur status nutrisi individu dan populasi serta merupakan Universitas Sumatera Utara 6 refleksi status sosio-ekonomi. Pengukuran antropometri yang akurat, sahih dan dapat dipercaya memerlukan peralatan dan teknik yang sesuai. Semua pengukuran variabel pertumbuhan harus diulang tiga kali dan diambil nilai reratanya. 13 Berat badan merupakan penghitungan rerata dari status nutrisi secara umum yang memerlukan data lain seperti umur, jenis kelamin dan tinggi badan untuk menginterpretasikan data tersebut secara optimal. Tinggi badan mencerminkan status nutrisi jangka panjang. 15

2.2 .

Periode Remaja Karakteristik pemikiran remaja berupa perkembangan kognitif sosial, dimana remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. 4 Beberapa ciri pemikiran operasional formal pada remaja: 16 • Abstrak : mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak. • Idealis : mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain dan dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standar- standar ideal ini. Universitas Sumatera Utara 7 • Logis : mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis.

2.2.1. Karakteristik remaja

Menurut World Health Organization WHO, definisi remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 19 tahun, berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual, yang mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. 1 Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ reproduksi sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin. 15 Pada remaja perempuan ditandai dengan menarche menstruasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran payudara dan pinggul. 17 Pada remaja laki-laki mengalami mimpi basah pertama, pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, kaki, kumis dan sebagainya. 4 Masalah remaja antara lain masalah pribadi dan masalah khas remaja. Masalah pribadi berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai. Masalah Universitas Sumatera Utara 8 khas remaja yaitu masalah yang timbul akibat status yang belum jelas. 18 Tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau gangguan prilaku pada remaja itu sendiri. 19,20 Maturasi otak yang meliputi perubahan volume, struktur serta neurokimia selama masa remaja akan mempengaruhi aspek kognitif. Fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti memori, perencanaan, pemecahan masalah akan mengalami perkembangan selama masa remaja. Maturasi lobus frontal memiliki korelasi erat dengan perubahan fungsi kognitif. 21 Perubahan aspek kognitif lainnya selama masa remaja meliputi perbaikan konstruksi visuospasial dan psikomotor yang berkaitan dengan maturasi corpus callosum. Maturasi regio temporal dan oksipital berkaitan dengan perbaikan memori visual. 22 Aspek lainnya adalah kemampuan memori verbal yang berkaitan dengan maturasi fasiculus uncinatum sinistra dan lobus parietal. Maturasi pada ekstremitas posterior kapsula interna juga dikaitkan dengan peningkatan perhatian dan kemampuan berbahasa. 23

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi remaja

Status nutrisi remaja dipengaruhi oleh masukan dan pengeluaran dari makanan. 24 Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi besi, serta masalah malnutrisi, baik underweight dan perawakan pendek maupun overweight sampai obesitas dengan ko-morbiditas keduanya Universitas Sumatera Utara 9 seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah. 25 Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini: 26 1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta maturasi seksual. 2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil. 3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis, dan kanker. 4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat. Masalah nutrisi yang sering timbul pada remaja antara lain disebabkan: a. Makan tidak teratur Aktivitas yang tinggi pada masa remaja, baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah, menyebabkan remaja tidak jarang makan di luar rumah. Selain itu, tidak jarang remaja makan pagi dan siang dijadikan satu, dengan risiko remaja makan dengan komposisi nutrisi yang tidak seimbang. 27,28 Kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang merupakan masalah remaja yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan status nutrisi. 29,30 b. Anoreksia nervosa Hal ini merupakan keadaan psikofisiologik, yang biasanya terlihat pada remaja perempuan, khas ditandai dengan tidak mau atau menolak makanan yang berkepanjangan dan berat. Tidak jarang gangguan psikologis ini menetap dan tidak bisa diatasi sendiri. 20 Universitas Sumatera Utara 10 c. Bulimia nervosa Pada umumnya penderita bulimia mempertahankan BB normal atau mendekati normal, dengan cara memuntahkan secara periodik makanan yang dimakan. Remaja cenderung mempunyai pendapat yang tidak realistis terhadap makanan yang diperlukan oleh tubuh. Keadaan ini menjadi masalah serius bila menjadi suatu obsesi, sehingga dapat mempengaruhi sekolah atau aktivitas. 20,25 d. Obesitas Obesitas pada masa remaja dapat disebabkan faktor psikologis, fisiologis maupun adat istiadat. Makin lama remaja mengalami obesitas, makin besar kecenderungan menjadi obesitas sampai dewasa. Pendidikan tentang penanggulangan obesitas dapat dibuat lebih efektif melalui berbagai pendekatan, misalnya melalui organisasi pemuda atau kelompok olahraga. 24 e. Gangguan tingkah laku Makanan dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja, antara lain kekurangan zat besi yang berpengaruh pada daya konsentrasi. Keracunan logam berat, bahan tambahan pada makanan food additives, alergi makanan dan minuman beralkohol dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja. 20

2.3. Prestasi akademik

Belajar adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan yang dapat terjadi pada dirinya Universitas Sumatera Utara 11 dan pada lingkungan sekitarnya maka proses belajar akan selalu terjadi tanpa henti dalam kehidupan manusia. 31 Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar didefinisikan sebagai akuisi atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah atau di lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruksional yang konkret, dan diikuti oleh para murid sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis. 5 P R E S T A S I A K A D E M I K INTERNAL EKSTERNAL Fisik Fisik Psikologis Sosial - Panca Indera - Kondisi Fisik Umum Variabel Nonkognitif : - Minat - Motivasi - Variabel-variabel Kepribadian Kemampuan kognitif : - Kemampuan Khusus Bakat - Kemampuan Umum Intelegensi - Kondisi tempat belajar - Sarana dan perlengkapan belajar - Materi pelajaran - Kondisi lingkungan belajar - Dukungan sosial - Pengaruh budaya Gambar 2.1. Diagram faktor yang mempengaruhi prestasi akademik 3 Universitas Sumatera Utara 12 Prestasi akademik dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya. 32 Tes IQ cenderung lebih berkorelasi dengan tes prestasi daripada dengan nilai di sekolah. Seberapa tingginya korelasi yang diperoleh tergantung pada a karakteristik tes intelegensi dan tes prestasi yang bersangkutan, b karakteristik mata pelajaran yang diujikan, dan c karakteristik kelompok murid yang dijadikan sampel dalam penelitian. 33

2.4. Aptitude Test