1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja dianggap sebagai periode transisi dari berakhirnya masa anak menuju dewasa, sebagai individu yang sedang melakukan tugas perkembangan
dalam mencari identitas diri serta dalam proses pendidikan.
1
Prestasi akademik pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari internal dan eksternal diri individu. Faktor internal antara lain kondisi fisik
umum status nutrisi, minat, motivasi, kepribadian, bakat dan intelegensi.
2
Faktor eksternal antara lain kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar,
materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar, dukungan sosial dan pengaruh budaya. Interaksi antar berbagai faktor tersebut sebagai determinan atau penentu
bagaimana hasil akhir proses belajar yang dialami oleh individu. Peranan masing- masing faktor penentu tidak selalu sama dan tetap.
3
Remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya dalam kehidupan sosial.
4
Apabila remaja dapat menerima lingkungan teman sebayanya membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka hal itu akan
berpengaruh positif pada remaja, namun sebaliknya, jika remaja tidak dapat membedakan, maka akan mendapatkan hal negatif.
5
Status nutrisi sebagai salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi akademik.
6
Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi remaja kurus pada kelompok umur 12 tahun sampai 15 tahun sekitar 11, sedangkan pada
Universitas Sumatera Utara
2 kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 8.9. Prevalensi remaja
pendek pada kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 31.2.
7
Malnutrisi dianggap sebagai masalah yang membatasi kemampuan anak untuk belajar dan
akibatnya prestasi akademik lebih rendah dibandingkan dengan anak yang nutrisi baik.
8
Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada tahun 2009, didapati bahwa jenis kelamin, status nutrisi, pendidikan ayah, pendapatan keluarga perbulan
mempunyai hubungan dengan prestasi akademik dan fungsi kognitif pada anak.
2
Intelegensi hanya merupakan salah satu faktor internal yang ikut menentukan prestasi akademik. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap
memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan yang menempatkan inteligensi dalam peranan yang melebihi atau lebih
rendah dari proporsi sebenarnya, dan IQ tidak dapat memberikan banyak informasi, contohnya jika dua orang mempunyai IQ yang sama, belum tentu
prestasi akademik sama.
9
Konsep bakat muncul karena ketidakpuasan terhadap tes intelegensi yang menghasilkan skor tunggal yaitu IQ. Definisi bakat tidak jauh berbeda dengan
definisi intelegensi, seperti yang dikemukakan oleh Bingham dalam Bennt 1952, bahwa bakat merupakan kondisi atau rangkaian karakteristik yang dipandang
sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan atau serangkaian respon melalui latihan. Bakat memperkenalkan
suatu kondisi yang menunjukkan potensi seseorang untuk menunjukkan kecakapannya dalam bidang tertentu. Perwujudan potensi bergantung pada
Universitas Sumatera Utara
3 kemampuan belajar individu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesempatan
untuk memanfaatkan kemampuan ini.
10
Bakat dapat diukur dengan tes bakat, yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan
dalam rentangan tertentu. Bakat tidak sama dengan intelegensi, tetapi intelegensi menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Intelegensi dapat dipandang sebagai
faktor umum dan bakat adalah faktor khusus. Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau Aptitude test, dan pada
tes ini juga dapat dinilai IQ.
11
Seberapa besarkah kontribusi atau peranan faktor status nutrisi menentukan prestasi akademik? Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka
penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.
1.2. Rumusan Masalah