commit to user 11
11
B. Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi
Kode  Etik  Profesi  Akuntan  Publik  menetapkan  prinsip  dasar  dan  aturan etika profesi. Berikut adalah prinsip dasar etika profesi yang berlaku di Indonesia
saat ini: 1.
Prinsip Integritas. Setiap  praktisi  harus  tegas  dan  jujur  dalam  menjalin  hubungan
profesional  dan  hubungan  bisnis  dalam  melaksanakan  pekerjaannya. Praktisi  tidak  boleh  terkait  dengan  laporan,  komunikasi,  atau  informasi
lainnya yang diyakininya terdapat: a.
Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan; b.
Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati; atau c.
Penghilangan  atau  penyembunyian  yang  dapat  menyesatkan  atas informasi yang seharusnya diungkapkan.
2. Prinsip Objektivitas.
Setiap  praktisi  tidak  boleh  membiarkan  subjektivitas,  benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak
undue influence
dari pihak- pihak  lain  memengaruhi  pertimbangan  profesional  atau  pertimbangan
bisnisnya. Praktisi  mungkin  dihadapkan  pada  situasi  yang  dapat  mengurangi
objektivitasnya.  Karena beragamnya situasi tersebut, tidak mungkin untuk mendefinisikan  setiap  situasi  tersebut.    Setiap  praktisi  harus  menghindari
setiap  hubungan  yang  bersifat  subjektif  atau  yang  dapat  mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan profesionalnya
commit to user 12
12 3.
Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Profesional Competence and  Due  Care
Setiap  praktisi  wajib  memelihara  pengetahuan  dan  keahlian profesionalnya  pada  suatu  tingkatan  yang  dipersyaratkan  secara
berkesinambungan,  sehingga  klien  atau  pemberi  kerja  dapat  menerima jasaprofesional
yang diberikan
secara kompeten
berdasarkan perkembangan  terkini  dalam  praktik,  perundang-undangan,  dan  metode
pelaksanaan pekerjaan.  Setiap praktisi harus bertindak secara profesional dan  sesuai  dengan  standar  profesi  dan  kode  etik  profesi  yang  berlaku
dalam memberikan jasa profesionalnya. Prinsip  kompetensi  serta  sikap  kecermatan  dan  kehati-hatian
profesional mewajibkan setiap praktisi untuk: a.
Memelihara  pengetahuan  dan  keahlian  profesional  yang  dibutuhkan untuk  menjamin  pemberian  jasa  profesional  yang  kompeten  kepada
klien atau pemberi kerja; dan b.
Menggunakan  kemahiran  profesionalnya  dengan  saksama  sesuai dengan  standar  profesi  dan  kode  etik  profesi  yang  berlaku  dalam
memberikan jasa profesionalnya. Pemberian  jasa  profesional  yang  kompeten  membutuhkan
pertimbangan  yang  cermat  dalam  menerapkan  pengetahuan  dan  keahlian profesional.  Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua tahap yang
terpisah sebagai berikut: a.
Pencapaian kompetensi profesional; dan b.
Pemeliharaan kompetensi profesional.
commit to user 13
13 Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan
pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi dan perkembangan  bisnis  yang  relevan.    Pengembangan  dan  pendidikan
profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara  kemampuan  praktisi  agar  dapat  melaksanakan  pekerjaannya
secara kompeten dalam lingkungan profesional. Sikap  kecermatan  dan  kehati-hatian  profesional  mengharuskan
setiap  praktisi  untuk  bersikap  dan  bertindak  secara  hati-hati,  menyeluruh, dan tepat waktu, sesuai dengan persyaratan penugasan.
Setiap  praktisi  harus  memastikan  tersedianya  pelatihan  dan penyeliaan  yang  tepat  bagi  mereka  yang  bekerja  di  bawah  wewenangnya
dalam  kapasitas  profesional.  Bila  dipandang  perlu,  praktisi  harus menjelaskan  keterbatasan  jasa  profesional  yang  diberikan  kepada  klien,
pemberi kerja,  atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari terjadinya  kesalahtafsiran  atas  pernyataan  pendapat  yang  terkait  dengan
jasa profesional yang diberikan. 4.
Prinsip Kerahasiaan Setiap  praktisi  wajib  menjaga  kerahasiaan  informasi  yang
diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta  tidak  boleh  mengungkapkan  informasi  tersebut  kepada  pihak  ketiga
tanpa  persetujuan  dari  klien  atau  pemberi  kerja,  kecuali  jika  terdapat kewajiban  untuk  mengungkapkan  sesuai  dengan  ketentuan  hukum  atau
peraturan  lainnya  yang  berlaku.    Informasi  rahasia  yang  diperoleh  dari
commit to user 14
14 hubungan  profesional  dan  hubungan  bisnis  tidak  boleh  digunakan  oleh
praktisi untuk keuntungan pribadinya atau  pihak ketiga. Prinsip  kerahasiaan  mewajibkan  setiap  praktisi  untuk  tidak
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: a.
Mengungkapkan  informasi  yang  bersifat  rahasia  yang  diperoleh  dari hubungan  profesional  dan  hubungan  bisnis  kepada  pihak  di  luar  KAP
atau jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali  jika  terdapat  kewajiban  untuk  mengungkapkannya  sesuai
dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku; dan b.
Menggunakan  informasi  yang  bersifat  rahasia  yang  diperoleh  dari hubungan  profesional  dan  hubungan  bisnis  untuk  keuntungan  pribadi
atau pihak ketiga. Setiap  praktisi  harus  tetap  menjaga  prinsip  kerahasiaan,  termasuk
dalam  lingkungan  sosialnya.    Setiap  praktisi  harus  waspada  terhadap kemungkinan pengungkapan  yang tidak disengaja, terutama dalam situasi
yang  melibatkan  hubungan  jangka  panjang  dengan  rekan  bisnis  maupun anggota keluarga langsung atau  anggota keluarga dekatnya.
Setiap  praktisi  harus  menjaga  kerahasiaan  informasi  yang diungkapkan oleh calon klien atau pemberi kerja.
Setiap  praktisi  harus  mempertimbangkan  pentingnya  kerahasiaan informasi terjaga dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Setiap  praktisi  harus  menerapkan  semua  prosedur  yang  dianggap perlu  untuk  memastikan  terlaksananya  prinsip  kerahasiaan  oleh  mereka
commit to user 15
15 yang  bekerja  di  bawah  wewenangnya,  serta  pihak  lain  yang  memberikan
saran dan bantuan profesionalnya. Kebutuhan  untuk  mematuhi  prinsip  kerahasiaan  terus  berlanjut,
bahkan  setelah  berakhirnya  hubungan  antara  praktisi  dengan  klien  atau pemberi  kerja.    Ketika  berpindah  kerja  atau  memperoleh  klien  baru,
praktisi  berhak  untuk  menggunakan  pengalaman  yang  diperoleh sebelumnya.  Namun  demikian,  praktisi  tetap  tidak  boleh  menggunakan
atau mengungkapkan setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh sebelumnya dari hubungan profesional atau hubungan bisnis.
Di bawah
ini merupakan
situasi-situasi yang
mungkin mengharuskan  praktisi  untuk  mengungkapkan  informasi  yang  bersifat
rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat: a.
Pengungkapan  yang  diperbolehkan  oleh  hukum  dan  disetujui  oleh klien atau pemberi kerja;
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh:
1 Pengungkapan  dokumen  atau  bukti  lainnya  dalam  sidang
pengadilan; atau 2
Pengungkapan  kepada  otoritas  publik  yang  tepat  mengenai  suatu pelanggaran hukum; dan
c. Pengungkapan  yang  terkait  dengan  kewajiban  profesional  untuk
mengungkapkan, selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum: 1
Dalam  mematuhi  pelaksanaan  penelaahan  mutu  yang  dilakukan oleh organisasi profesi atau regulator;
commit to user 16
16 2
Dalam  menjawab  pertanyaan  atau  investigasi  yang  dilakukan  oleh organisasi profesi atau regulator;
3 Dalam  melindungi  kepentingan  profesional  praktisi  dalam  sidang
pengadilan; atau 4
Dalam  mematuhi  standar  profesi  dan  kode  etik  profesi  yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dirugikan  tidaknya  kepentingan  semua  pihak,  termasuk  pihak  ketiga,
jika  klien  atau  pemberi  kerja  mengizinkan    pengungkapan  informasi oleh Praktisi;
b. Diketahui  tidaknya  dan  didukung  tidaknya  semua  informasi  yang
relevan.    Ketika  fakta  atau  kesimpulan  tidak  didukung  bukti,  atau ketika  informasi  tidak  lengkap,  pertimbangan  profesional  harus
digunakan  untuk  menentukan  jenis  pengungkapan  yang  harus dilakukan; dan
c. Jenis  komunikasi  yang  diharapkan  dan  pihak  yang  dituju.    Setiap
praktisi  harus  memastikan  tepat  tidaknya  pihak  yang  dituju  dalam komunikasi tersebut.
5. Prinsip Perilaku Profesional
Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan  harus  menghindari  semua  tindakan  yang  dapat  mendiskreditkan
profesi.  Hal  ini  mencakup  setiap  tindakan  yang  dapat  mengakibatkan terciptanya  kesimpulan  yang  negatif  oleh  pihak  ketiga  yang  rasional  dan
commit to user 17
17 memiliki  pengetahuan  mengenai  semua  informasi  yang  relevan,  yang
dapat menurunkan reputasi profesi. Dalam  memasarkan  dan  mempromosikan  diri  dan  pekerjaannya,
setiap  praktisi  tidak  boleh  merendahkan  martabat  profesi.    Setiap  praktisi harus  bersikap  jujur  dan  tidak  boleh  bersikap  atau  melakukan  tindakan
sebagai berikut: a.
Membuat pernyataan  yang berlebihan mengenai  jasa profesional  yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah
diperoleh; atau b.
Membuat pernyataaan
yang merendahkan
atau melakukan
perbandingan  yang  tidak  didukung  bukti  terhadap  hasil  pekerjaan praktisi lain.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik diatas adalah Kode Etik yang berlaku di Indonesia saat ini, sedangkan sebelumnya Kode Etik juga telah ditetapkan, Kode
Etik  sebelumnya  disusun  oleh  Ikatan  Akuntan  Indonesia  sekarang  Institut Akuntan  Publik  Indonesia.  Kode  Etik  IAI  dibagi  menjadi  empat  bagian,  yang
pertama  adalah  prinsip  etika,  yang  kedua  aturan  etika,  ketiga  interpretasi  aturan etika  dan  yang  terakhir  tanya  dan  jawab.  Prinsip  etika  memeberikan  rerangka
dasar  bagi  aturan  etika  yang  mengatur  pelaksanaan  pemberian  jasa  profesional oleh anggota. Prinsip Etika ini disahkan oleh kongres IAI dan berlaku bagi seluruh
anggota  IAI,  Sedangkan  aturan  etika  disahkan  oleh  rapat  anggota  kompartemen dan  hanya  mengikat  anggota  kompartemen  yang  bersangkutan.  Interpretasi  etika
merupakan  interpretasi  yang  dikeluarkan  oleh  pengurus  kompartemen  setelah memperhatikan  tanggapan  dari  anggota  dan  pihak-pihak  yang  berkepentingan
commit to user 18
18 lainnya,  sebagai  panduan  penerapan  aturan  etika,  tanpa  dimaksudkan  membatasi
ruang  lingkup  dan  penerapannya.  Tanya  dan  jawab  memberikan  penjelasan  atas setiap  pertanyaan  dari  anggota  kompartemen  tentang  aturan  etika  beserta
interpretasinya. Prinsip etika profesi dalam Kode Etik IAI menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan.
Prinsip  ini  memandu  anggota  dalam  memenuhi  tanggung  jawab  profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip
ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan kepentingan pribadi. Berikut ini adalah prinsip dasar yang digunakan:
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam  melaksanakan  tanggung  jawabnya  sebagai  profesional, setiap  anggota  harus  senantiasa  menggunakan  pertimbangan  moral  dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai  profesional,  anggota  mempunyai  peran  penting  dalam
masyarakat.  Sejalan  dengan  peranan  tersebut,  anggota  mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
juga  harus  selalu  bertanggung  jawab  untuk  bekerja  sama  dengan  sesama anggota
untuk mengembangkan
profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan  masyarakat  dan  menjalankan  tanggung  jawab  profesi  dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatakan tradisi profesi.
commit to user 19
19 2.
Kepentingan Publik Setiap  anggota  berkewajiban  untuk  senantiasa  bertindak  dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
a. Satu  ciri  utama  dari  suatu  profesi  adalah  penerimaan  tanggung  jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting dalam masyarakat,  di  mana  publik  dari  profesi  akuntan  terdiri  dari  klien,
pemberi  kredit,  pemerintah,  pemberi  kerja,  pegawai,  investor,  dunia bisnis  dan  keuangan,  dan  pihak  lainnya  bergantung  kepada
obyektivitas  dan  integritas  akuntan  dalam  memelihara  berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung
jawab  akuntan  terhadap  kepentingan  publik.  Kepentingan  publik didefinisikan  sebagai  kepentingan  masyarakat  dan  institusi  yang
dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap  dan  tingkah  laku  akuntan  dalam  menyediakan  jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. b.
Profesi  akuntan  tetap  berada  pada  posisi  yang  penting  ini  hanya dengan  terus  menerus  memberikan  jasa  yang  unik  pada  tingkat  yang
menunjukkan  bahwa  kepercayaan  masyarakat  dipegang  teguh. Kepentingan  utama  profesi  akuntan  adalah  untuk  membuat  pemakai
jasa  akuntan  paham  bahwa  jasa  akuntan  dilakukan  dengan  prestasi tertinggi  dan  sesuai  dengan  persyaratan  etika  yang  diperlukan  untuk
mencapai tingkat prestasi tersebut.
commit to user 20
20 c.
Dalam  memenuhi  tanggung  jawab  profesionalnya,  anggota  mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan.  Dalam  mengatasi  hal  ini,  anggota  harus  bertindak dengan  penuh  integritas,  dengan  suatu  keyakinan  bahwa  apabila
anggota  memenuhi  kewajibannya  kepada  publik,  maka  kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
d. Mereka  yang  memperoleh  pelayanan  dari  anggota  mengharapkan
anggota  untuk  memenuhi  tanggung  jawabnya  dengan  integritas, obyektivitas,  keseksamaan  profesional,  dan  kepentingan  untuk
melayani  kepentingan  publik.  Anggota  diharapkan  untuk  memberikan jasa  berkualitas,  mengenakan  inmalan  jasa  yang  pantas,  serta
menawarkan  berbagai  jasa,  semuanya  dilakukan  dengan  tingkat profesionalisme yang konsisten dengan prinsip etika profesi ini.
e. Semua  anggota  mengikat  dirinya  untuk  menghormati  kepercayaan
publik.  Atas  kepercayaan  yang  diberikan  publik  kepadanya,  anggota harus  secara  terus  menerus  menunjukkan  dedikasi  mereka  untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi. f.
Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan  klien  individual  atau  pemberi  kerja.  Dalam  melaksanakan
tugasnya, seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititik beratkan pada kepentingan publik, misalnya:
1 Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi
dari  laporan  keuangan  yang  disajikan  kepada  lembaga  keuangan
commit to user 21
21 untuk mendukung pemberi pinjaman dan kepada pemegang saham
untuk memeroleh modal; 2
Eksekusi keuangan bekerja di bidang akuntansi  manajemen dalam organisasi dan memberikan kontribusi efisiensi dan efektivitas dari
penggunaan sumber daya organisasi; 3
Auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal  yang  baik  untuk  meningkatkan  keandalan  informasi
keuangan dari pemberi kerja kepada pihak luar; 4
Ahli pajak membantu membangun kepercayaan  dan efisiensi serta penerapan yang adil dari sistem pajak; dan
5 Konsultan  manajemen  mempunyai  tanggung  jawab  terhadap
kepentingan  umum  dalam  membantu  pembuatan  keputusan manajemen yang baik.
3. Integritas
Untuk  memelihara  dan  meningkatkan  kepercayaan  publik,  setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin. a.
Integritas  adalah  suatu  elemen  karakter  yang  mendasari  timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualiatas yang mendasari
kepercayaan publik dan merupakan patokan
benchmark
bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
b. Integritas  mengharuskan  seorang  anggota  untuk,  antara  lain,  bersikap
jujur  dan  berterus  terang  tanpa  harus  mengorbankan  rahasia  penerima jasa,  pelayanan  dan  kepercayaan  publik  tidak  boleh  dikalahkan  oleh
commit to user 22
22 keuntungan  pribadi.  Integritas  dapat  menerima  kesalahan  yang  tidak
disengaja  dan  perbedaan  pendapat  yang  jujur,  tetapi  tidak  dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
c. Integritas  diukur  dalam  bentuk  apa  yang  benar  dan  adil.  Dalam  hal
tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat  yang  bertentangan,  anggota  harus  menguji  keputusan  atau
perbuatannya  dengan  bertanya  apakah  anggota  telah  melakukan  apa yang  seorang  berintegritas  akan  lakukan  dan  apakah  anggota  telah
menjaga  integritas  dirinya.  Integritas  mengharuskan  anggota  untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
d. Integritas  juga  mengharuskan  anggota  untuk  mengikuti  prinsip
objektivitas dan kehati- hatian profesional. 4.
Objektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. a.
Objektivitas  adalah  suatu  kualitas  yang  memberikan  nilai  atas  jasa yang  diberikan  anggota.  Prinsip  objektivitas  mengharuskan  anggota
bersikap  adil,  tidak  memihak,  jujur  secara  intelektual,  tidak berperasangka  atau  bias,  serta  bebas  dari  benturan  kepentingan  atau
berada di bawah pengaruh pihak lain. b.
Anggota  bekerja  dalam  berbagai  kapasitas  yang  berbeda  dan  harus menunjukkan  obyektivitas  mereka  di  berbagai  situasi.  Anggota  dalam
praktik  akuntan  publik  memberikan  jasa  atestasi,  perpajakan,  serta konsultasi  manajemen.  Anggota  yang  lain  menyiapkan  laporan
commit to user 23
23 keuangan  sebagai  orang  bawahan,  melakukan  jasa  audit  intern  yang
bekerja  dalam  kapasitas  keuangan  dan  manajemennya  di  industri, pendidikan  dan  pemerintahan.  Mereka  harus  melindungi  integritas
pekerjaannya dan memelihara objektivitas. c.
Dalam  menghadapi  situasi  dan  praktik  yang  secara  spesifik berhubungan  dengan  aturan  etika  sehubungan  dengan  obyektivitas,
pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor berikut: 1
Adakalanya anggota
dihadapkan kepada
situasi yang
memungkinkan mereka  menerima tekanan-tekanan  yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu obyektivitasnya.
2 Adakalanya  tidak  praktis  untuk  menyatakan  dan  menggambarkan
semua  situasi  di  mana  tekanan-  tekanan  mungkin  terjadi.  Ukuran kewajaran
reasonableness
harus  digunakan  dalam  menentukan standar  untuk  mengidentifikasi  hubungan  yang  mungkin  atau
kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota. 3
Hubungan-hubungan  yang  memungkinkan  prasangka,  bias  atau pengaruh lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.
4 Anggota  memiliki  kewajiban  untuk  memastikan  bahwa  orang-
orang  yang  terlibat  dalam  pemberianjasa  profesional  mematuhi prinsip obyektivitas.
5 Anggota  tidak  boleh  menerima  atau  menawarkan  hadiah  atau
entertainmen  yang  dipercaya  dapat  menimbulkan  pengaruh  yang tidak  pantas  terhadap  pertimbangan  profesional  mereka  atau
terhadap  orang-orang  yang  berhubungan  dengan  mereka.  Anggota
commit to user 24
24 harus  menghindari  situasi-situasi  yang  dapat  membuat  posisi
profesional mereka ternoda. 5.
Kompetensi dan kehati-hatian profesional Setiap  anggota  harus  melaksanakan  jasa  profesionalnya  dengan
kehati-hatian,  kompetensi  dan  ketekunan,  serta  mempunyai  kewajiban untuk  mempertahankan  pengetahuan  dan  ketrampilan  profesional  pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh  manfaat  dari  jasa  profesional  yang  kompeten  berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir. a.
Kehati-hatian  profesional  mengharuskan  anggota  untuk  memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal
ini  mengandung  arti  bahwa  anggota  mempunyai  kewajiban  untuk melaksanakan  jasa  profesional  dengan  sebaik-baiknya  sesuai  dengan
kemampuannya,  demi  kepentingan  pengguna  jasa  dan  konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
b. Kompetensi  diperoleh  melalui  pendidikan  dan  pengalaman.  Anggota
seyogyanya  tidak  menggambarkan  dirinya  memiliki  keandalan  dan pengalaman  yang  tidak  mereka  punyai.  Dalam  semua  penugasan  dan
dalam  semua  tanggung  jawabnya,  setiap  anggota  harus  melakukan upaya  untuk  mencapai  tingkatan  kompetisi  yang  akan  meyakinkan
bahwa kualitas
jasa yang
diberikan memenuhi
tingkatan profesionalisme  tinggi  seperti  disyaratkan  oleh  prinsip  etika.
Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah:
commit to user 25
25 1
Pencapaian  kompetensi  profesional.  Pencapaian  kompetensi profesional  pada  awalnya  memerlukan  standar  pendidikan  umum
yang  tinggi,  diikuti  oleh  pendidikan  khusus,  pelatihan  dan  ujian profesional  dalam  subyek-subyek  yang  relevan,  dan  pengalaman
kerja.  Hal  ini  harus  menjadi  pola  pengembangan  yang  normal untuk anggota.
2 Pemeliharaan kompetensi profesional.
a Kompetensi  harus  dipelihara  dan  dijaga  melalui  komitmen
untuk  belajar  dan  melakukan  peningkatan  profesional  secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
b Pemeliharaan  kompetensi  profesional  memerlukan  kesadaran
untuk  terus  mengikuti  perkembangan  profesi  akuntansi, termasuk
diantaranya pernyatan-pernyataan
akuntansi, auditing,  dan  peraturan  lainnya,  baik  nasional  maupun
internasional yang relevan. c
Anggota  harus  menerapkan  suatu  program  yang  dirancang untuk  memastikan  terdapatnya  kendali  mutu  atas  pelaksanaan
jasa  profesional  yang  konsisten  dengan  standar  nasional  dan internasional.
c. Kompetensi  menunjukkan  terdapatnya  pencapaian  dan  pemeliharaan
suatu  tingkatan  pemahaman  dan  pengetahuan  yang  memungkinkan seorang  anggota  untuk  memberikan  jasa  dengan  kemudahan  dan
kecerdikan.  Dalam  penugasan  profesional  melebihi  kompetensi anggota  atau  perusahaan,  anggota  wajib  melakukan  konsultasi  atau
commit to user 26
26 penyerahan  klien  kepada  pihak  lain  yang  lebih  kompeten.  Setiap
anggota  bertanggung  jawab  untuk  menentukan  kompetensi  masing- masing
atau menilai
apakah pendidikan,
pengalaman, dan
pertimbangan  yang  diperlukan  memadai  untuk  tanggung  jawab  yang harus dipenuhinya.
d. Anggota  harus  tekun  dalam  memenuhi  tanggung  jawabnya  kepada
penerima  jasa  dan  publik.  Ketekunan  mengandung  arti  pemenuhan tanggung  jawab  untuk  memberikan  jasa  dengan  segera  dan  berhati-
hati, sempurna dan mematuhi standar teknis, dan etika yang berlaku. e.
Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan  mengawasi  secara  seksama  setiap  kegiatan  profesional  yang
menjadi tanggu jawabnya. 6.
Kerahasiaan Setiap  anggota  harus  menghormati  kerahasiaan  informasi  yang
diperoleh  selama  melakukan  jasa  profesional  dan  tidak  boleh  memakai atau mengungkapkan informai tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada
hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. a.
Anggota  mempunyai  kewajiban  untuk  menghormati  kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa
profesional  yang  diberikannya.  Kewajiban  kerahasiaan  berlanjut bahkan  setelah  hubungan  antar  anggota  digabung  dan  klien  atau
pemberi kerja berakhir.
commit to user 27
27 b.
Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah  diberikan  atau  terdapat  kewajiban  legal  atau  profesional  untuk
mengungkapkan informasi. c.
Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf dibawah pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasehat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan. d.
Kerahasiaan  tidaklah  semata-mata  masalah  pengungkapan  informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota untuk memperoleh informasi
selama  melakukan  jasa  profesional  tidak  menggunakan  atau  terlibat menggunakan  informasi  tersebut  untuk  kepentingan  pribadi  atau
keuntungan pihak ketiga. e.
Anggota  yang  mempunyai  akses  terhadap  informasi  rahasia  tentang penerima  jasa  tidak  boleh  mengungkapkannya  ke  publik.  Karena  itu,
anggota  tidak  boleh  membuat  pengungkapan  yang  tidak  disetujui
anauthorized  disclosure
kepada  orang  lain.  Hal  ini  tidak  berlaku untuk  mengunggkapkan  informasi  dengan  tujuan  memenuhi  tanggung
jawab anggota berdasarkan standar profesional. f.
Kepentinggan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan  dengan  kerahasiaan  didefinisikan  bahwa  terdapat
panduan  mengenai  sifat  dan  luas  kewajiban  kerahasiaan  serta mengenai  berbagai  keadaan  dimana  informasi  yang  diperoleh  selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. g.
Berikut  ini  adalah  contoh  hal-hal  yang  harus  dipertimbangkan  dalam menentukan sejauh mana informasi  rahasia dapat diungkapkan.
commit to user 28
28 1
Apabila  pengungkapan  diizinkan.  Jika  persetujuan  untuk mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua
pihak termasuk pihak ketiga dan kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.
2 Pengungkapan  diharuskan  oleh  hukum.  Beberapa  contoh  dimana
anggota  diharuskan  oleh  hukum  untuk  mengungkapkan  informasi rahasia adalah:
a Untuk  menghasilkan  dokumen  atau  memberikan  bukti  dalam
proses hukum, dan b
Untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum atau klien. 3
Ketika kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan: a
Untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti itu tidak bertentangan dengan prinsip etika ini;
b Untuk  melindungi  kepentingan  profesional  anggota  dalam
sidang pengadilan; c
Untuk menaati penelaahan mutu atau penelaahan sejawat IAI atau badan profesional lainnya; dan
d Untuk  menanggapi  permintaan  atau  investigasi  oleh  IAI  atau
badan pengatur. 7.
Perilaku Profesional Setiap  anggota  harus  berperilaku  yang  konsisten  dengan  reputasi
profesi  yang  baik  dan  menjauhi  tindakan  yang  dapat  mendiskreditkan profesi.
commit to user 29
29 a.
Kewajiban  untuk  menjauhi  tingkah  laku  yang  dapat  mendiskreditkan profesi  harus  dipenuhi  oleh  anggota  sebagai  perwujudan  tanggung
jawabnya  kepada  penerima  jasa,  pihak  ketiga,  anggota  yang  lainnya, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap  anggota  harus  melaksanakan  jasa  profesionalnya  sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan  penugasan  dari  penerima  jasa  selama  penugasan  tersebut
sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. a.
Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati oleh anggota adalah  standar  yang  dikeluarkan  oleh  Ikatan  Akuntan  Indonesia,
International  Federation  of  Accountants,
badan  pengatur,  dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kode Etik di Indonesia mengalami  perkembangan  dari  waktu  ke  waktu.  Perubahan  Kode  Etik  ini
memasukkan  unsur-unsur  tambahan  dan  merinci  kembali  berbagai  peraturan- peraturan yang dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.
Dengan pertimbangan Kode Etik yang berlaku saat ini dan Kode Etik yang berlaku  di  Indonesia  sebelumnya  maka  delapan
vignette
dalam  profesi  akuntan publik  yang  digunakan  dalam  penelitian  Cohen  et  al.  1995  dipilihlah  dua
vignette
yang akan digunakan untuk penelitian ini.
commit to user 30
30
C. Proses Pengambilan Keputusan