28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Tumbuhan yang digunakan telah diidentifikasi di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia LIPI – Bogor menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah
pecut kuda Stachytarpheta jamaicencis L. Vahl. Suku Verbenaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia Pecut Kuda
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia pecut kuda menunjukkan simplisia berwarna hijau, tekstur rapuh, aroma yang khas, rasa sepat, sifatnya
dingin dan pahit. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia
memperlihatkan adanya rambut biasa, rambut kelenjar, epidermis, serabut sklerenkim, pembuluh kayu dengan penebalan jala, jaringan gabus dan fragmen
mesofil. Menurut Ditjend POM 2000, karakterisasi simplisia dan ekstrak
merupakan standarisasi mutu simplisia dan ekstrak terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi penetapan nilai untuk berbagai parameter produk. Hasil
pemeriksaan karakteristik dari serbuk simplisia pecut kuda dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi simplisia dan ekstrak n-heksan pecut kuda
Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl No
Parameter Hasil
Simplisia Ekstrak
1 Kadar air
8,64 4,99
2 Kadar sari yang larut air
20,16 -
3 Kadar sari yang larut etanol
28,31 -
4 Kadar abu total
5,44 1,49
5 Kadar abu yang tidak larut asam
0,42 0,40
Hasil penetapan kadar air simplisia dan ekstrak n-heksan pecut kuda diperoleh 8,64 dan 4,99. Hal ini sesuai dengan standarisasi kadar air simplisia
secara umum dengan syarat yaitu tidak lebih dari 10 Depkes, RI., 1995. Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan minimal atau rentang
tentang besarnya kandungan air dalam ekstrak karena tingginya kandungan air dapat menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat, bakteri dan jamur cepat tumbuh
dan bahan aktif yang terkandung didalamnya dapat terurai. Karakterisasi simplisia lain seperti penetapan kadar sari yang larut dalam
air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam khusus untuk simplisia pecut
kuda belum ada literatur yang mencantumkannya sehingga tidak mempunyai standarisasi. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dan etanol dilakukan untuk
mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dalam air dan dalam etanol dari suatu simplisia. Senyawa yang bersifat polar dan larut dalam air akan tersari oleh
air, sedangkan senyawa yang tidak larut dalam air dan larut dalam etanol akan tersari oleh etanol.
Universitas Sumatera Utara
30
Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal yang terdapat dalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang
tersisa selama pembakaran. Abu total terbagi dua, yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis
adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan-bahan dari luar yang terdapat pada permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan
jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1998.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan EnHPK