39
Hasil statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengeluaran kadar natrium kelompok furosemid dengan kelompok
EnHPK dosis 100 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05, kelompok EnHPK dosis 150 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,018 p 0,05 dan
kelompok EnHPK dosis 200 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05. Pemberian dosis EnHPK dapat meningkatkan pengeluaran kadar natrium terhadap
tikus putih jantan. Peningkatan pengeluaran natrium dalam urin mengindikasikan adanya efek diuretik yang dihasilkan dari ekstrak tumbuhan pecut kuda.
4.4.4 Hasil kadar kalium
Kalium merupakan salah satu mineral makro yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan tubuh. Masukan natrium yang tinggi dapat
meningkatkan ekskresi kalium. Hubungan ini diperkirakan disebabkan sebagian oleh reabsorbsi kalium secara pasif mengikuti natrium dan air pada tubulus
proksimal dan sepanjang lengkung Henle. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk kalium diperoleh persamaaan garis
regresi yaitu Y = 0,043769X - 0,00344 dengan nilai r = 0,9995. Hal ini menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X
konsentrasi dan Y absorbansi. Hasil pengukuran kadar kalium dalam urin tikus putih jantan pada kelompok uji dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4.
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 4.7 Kadar kalium dalam urin tikus pada kelompok uji
No Kelompok
pengujian Kadar Kalium meql
Rata- rata ±
SD P
T.I T.II T.III
T.IV T.V
1 Na-CMC
0,5 27,49
19,49 22,78
15,85 13,38
19,80 ±5,59
0,00
2 Furosemi
d 10 mgkg bb
50,66 47,31
45,36 41,82
43,57 45,75
±3,42 0,00
3 EnHPK
100 mgkg bb
23,79 22,11
20,22 15,82
18,60 20,11
±3,09 1,00
0,00 4
EnHPK 150 mgkg
bb 29,30
41,39 36,66
32,81 23,88
32,81 ±6,72
0,006 0,007
5 EnHPK
200 mgkg bb
20,25 27,64
30,45 18,85
15,85 22,61
±6,17 0,911
0,00 Keterangan: T.I – T.V = Tikus 1- Tikus 5
= Berbeda signifikan terhadap Kontrol Na-CMC 0,5 = Berbeda signifikan terhadap Furosemid 10 mgkg bb
Gambar 4.4 Kadar kalium pada urin tikus putih jantan
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa dari perolehan hasil rata- rata kadar kalium untuk Na-CMC 0,5 19,80 ± 5,59 meql, furosemid 10 mgkg
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Na-CMC 0,5 Furosemid 10
mgkg bb EnHPK 100
mgkg bb EnHPK 150
mgkg bb EnHPK 200
mgkg bb
R at
a -r
at a K
ad ar
N at
ri u
m m
eq l
Kelompok Pengujian
Universitas Sumatera Utara
41
bb 45,74 ± 3,42 meql, EnHPK dosis 100 mgkg bb 20,10 ± 3,08 meql, EnHPK dosis 150 mgkg bb 32,81 ± 6,72 meql, EnHPK dosis 200 mgkg bb 22,61 ± 6,17
meql. Berdasarkan hasil yang diperoleh, EnHPK dengan dosis 100 mgkg bb,
150 mgkg bb, dan 200 mgkg bb menunjukkan efek diuretik terhadap pengeluaran kadar kalium. Dari ketiga dosis tersebut, EnHPK dosis 150 mgkg bb
mempunyai efek pengeluaran kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 100 dan 200 mgkg bb. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pengeluaran kadar kalium antara kelompok Na-CMC 0,5 dengan kelompok EnHPK dosis 150 mgkg bb dengan nilai signifikansi
0,006 p 0,05, tetapi tidak terdapat perbedaan dengan kelompok EnHPK dosis 100 mgkg bb dengan nilai signifikansi 1,00 p 0,05 dan kelompok EnHPK
dosis 200 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,911 p 0,05. Hasil statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pengeluaran kadar kalium kelompok furosemid dengan kelompok EnHPK dosis 100 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05, kelompok
EnHPK dosis 150 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,007 p 0,05 dan kelompok EnHPK dosis 200 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengukuran volume urin, kadar natrium dan kadar kalium dapat disimpulkan bahwa EnHPK dosis 150 mgkg bb
adalah dosis yang paling efektif dalam menyebabkan diuresis dibandingkan dengan EnHPK 200 mgkg bb. Setiap tumbuhan memiliki ambang batas dosis
untuk memberikan efek. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bourne dan Zastrow 2001, yang menyatakan bahwa peningkatan dosis obat seharusnya akan
Universitas Sumatera Utara
42
meningkatkan respon yang sebanding dengan dosis yang ditingkatkan, namun dengan peningkatan dosis, peningkatan respon akhirnya akan menurun. Hal ini
dapat terjadi pada obat bahan alam karena senyawa yang dikandungnya tidak tunggal melainkan terdiri dari berbagai senyawa kimia. EnHPK dosis 200 mgkg
bb kurang efektif sebagai diuretik dibandingkan dengan EnHPK dosis 150 mgkg bb. EnHPK 200 mgkg bb merupakan konsentrasi ekstrak yang paling tinggi,
sehingga memungkinkan peningkatan jumlah zat aktif yang bersifat antagonis terhadap zat aktif EnHPK yang berkhasiat sebagai diuretik.
Penelitian ini juga memberikan hasil bahwa kadar natrium pada urin tikus lebih besar dari kadar kalium sesuai dari fungsi diuretik yang merupakan senyawa
yang dapat meningkatkan pengeluaran ekskresi air dan garam-garam Mutschler, 1991. Pemberian EnHPK dapat meningkatkan volume urin, pengeluaran kadar
natrium dan kalium disebabkan karena adanya senyawa alkaloid dan steroid yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Alkaloid dapat meningkatkan pengeluaran
volume urin dan pengeluaran elektrolit pada tikus. Alkaloid bekerja langsung pada tubulus dengan cara meningkatkan ekskresi Na
+
dan Cl
-
. Peningkatan ekskresi Na
+
juga akan meningkatkan ekskresi air dan menyebabkan volume urin bertambah Nessa, 2013. Steroid yang terdapat dalam tumbuhan disebut
fitosterol. Fitosterol berkhasiat meluruhkan kencing diuretik karena peran senyawa aktif diantaranya
β-sitosterol dan stigmasterol Jannah, dkk., 2013. Fitosterol berperan dalam meningkatkan ekskresi air dan elektrolit sehingga
meningkatkan volume urin Bhadoriya, dkk., 2011.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN