9
terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel Ditjend, POM., 2000.
e. Digesti Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada
temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C Ditjend, POM., 2000.
f. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 15 menit Ditjend, POM., 2000. g. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit Ditjend, POM., 2000.
2.3 Ginjal
Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh. Peran penting ginjal adalah membuang sisa
metabolit tubuh dari hasil pencernaan dan fungsi lainnya mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Fungsi pengaturan ginjal ini untuk memelihara kestabilan
lingkungan sel-sel yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas Guyton dan Hall, 1997.
Unit terkecil dari ginjal adalah nefron, yang terdiri dari sebuah glomerolus dan sebuah tubulus. Nefron memiliki fungsi dasar membersihkan atau
menjernihkan plasma darah dari substansi yang tidak diinginkan oleh tubuh. Biasanya substansi tersebut berasal dari hasil metabolisme seperti urea, kreatinin,
Universitas Sumatera Utara
10
asam urat dan ion-ion natrium, kalium, klorida serta ion-ion hidrogen dalam jumlah yang berlebihan Guyton, 1997.
2.4 Diuretik
Dalam istilah diuresis ada dua pengertian yaitu adanya penambahan volume urin dan pengeluaran keseluruhan dari pada zat terlarut dalam air.
Kegunaan terpenting diuretik adalah untuk memobilisasi air dan elektrolit dalam tubuh. Indikasi utama diuretik adalah pada edema akutkronis, hipertensi dan
insufisiensi jantung. Tempat kerja diuretik umumnya terletak pada sepanjang nefron yaitu pada tubulus proksimal, jerat henle, tubulus distal atau pada tubulus
penampung. Nefron merupakan suatu kesatuan fungsional yang membentuk ginjal. Mengetahui tempat kerja diuretik sangat bermanfaat karena yang
menentukan potensi kerja dan efek samping diuretik adalah tempat kerja.
Diuretik selain memperbanyak pengeluaran air juga dapat menambah pengeluaran elektrolit. Maka diuretik dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit dan air. Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu diuretik osmotik dan penghambat transport elektrolit di
tubuli ginjal Ganong, 2002. Penggolongan diuretik berdasarkan tempat dan mekanisme kerja menurut
Nafrialdi 2007 antara lain: a.
Diuretik kuat Diuretik kuat bekerja di ansa henle asenden bagian epitel tebal dengan cara
menghambat kotransport Na
+
, K
+
, Cl
-
dan menghambat reabsorpsi air dan elektrolit. Mula kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat. Contoh
golongan diuretik kuat adalah furosemid, torasemid, bumetanid, dan asam
Universitas Sumatera Utara
11
etakrinat. Waktu paruh diuretik kuat umumnya pendek sehingga diperlukan pemberian 2 atau 3 kali sehari. Efek samping diuretik kuat yaitu menimbulkan
hiperkalsiuria dan menurunkan kalsium darah. b.
Diuretik tiazid Diuretik tiazid bekerja menghambat simporter Na
+
dan Cl
-
di hulu tubulus distal sehingga meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Laju
ekskresi natrium yang ditimbulkan oleh tiazid lebih rendah dibandingkan dengan diuretik lain. Beberapa obat yang termasuk golongan tiazid antara lain
hidroklorotiazid, bendroflumetiazid dan klorotiazid. c.
Diuretik hemat kalium Diuretik hemat kalium bekerja di hilir tubulus distal dan duktus koligentes
dengan menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium sehingga ekskresi natrium meningkat sedangkan ekskresi kalium berkurang. Yang termasuk
golongan diuretik hemat kalium ialah antagonis aldosteron, triamteren dan amilorid.
d. Diuretik osmotik
Mekanisme kerja diuretik osmotik adalah menghambat reabsorpsi natrium dan air dengan meningkatkan tekanan osmotik sehingga jumlah air dan elektrolit
yang diekskresi bertambah. Diuretik osmotik bekerja di tubulus proksimal dan ansa henle desenden tipis. Contoh golongan obat ini adalah manitol, urea, gliserin
dan isosorbid. e.
Penghambat karbonik anhidrase Contoh obat golongan ini adalah asetazolamid dan diklorofenamid. Di dalam
sel tubulus proksimal obat tersebut menghambat perubahan CO
2
+ H
2
O → H
2
CO
3
Universitas Sumatera Utara
12
sehingga pembentukan HCO
3 -
dan H
+
berkurang. Jumlah H
+
yang disekresi dan ditukarkan dengan Na
+
juga berkurang sehingga ekskresi Na
+
meningkat. HCO
3 -
yang tidak digabung dengan H
+
akan diekskresi ke urin dan mengakibatkan meningkatnya ekskresi bikarbonat, natrium dan kalium melalui urin.
Bertambahnya ekskresi kalium disebabkan pertukaran Na
+
dan K
+
lebih aktif, menggantikan pertukaran dengan H
+
. meningkatnya ekskresi elektrolit menyebabkan bertambahnya ekskresi air.
2.5 Mekanisme Pembentukan Urin