Hasil volume urin Hasil Pengujian Efek Diuretik

31 mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik . Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik dan juga diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter, dan sebagainya. Salah satu contoh alkaloid yang bersifat basa yaitu alkaloid steroid solanidin, veratramin, dan sebagainya Robinson, 1995. Steroid adalah triterpen yang mempunyai kerangka dasar system cincin siklopentana perhidrofenantren. Steroid adalah senyawa nonpolar yang dapat diekstraksi dengan pelarut organik yang bersifat nonpolar seperti eter atau heksana. Steroid yang terdapat dalam tumbuhan disebut fitosterol. Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol Harborne, 1987.

4.4 Hasil Pengujian Efek Diuretik

Pengujian efek diuretik ekstrak n-heksan pecut kuda dilakukan dengan parameter volume urin, pH urin, kadar natrium dan kadar kalium dalam urin terhadap tikus putih jantan.

4.4.1 Hasil volume urin

Pengukuran volume urin bermanfaat untuk menentukan adanya gangguan faal ginjal dan kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh. Volume urin berkaitan erat dengan penggunaan diuretik karena dapat menyebabkan terjadinya diuresis. Menurut Siswandono dan Soekardjo 1995, diuretik adalah senyawa atau obat yang dapat meningkatkan volume urin. Diuresis mempunyai dua pengertian, Universitas Sumatera Utara 32 pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan pengeluaran zat-zat terlarut dalam urin. Hasil pengukuran volume urin tikus setelah pemberian ekstrak n-heksan pecut kuda dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil pengukuran volume urin rata-rata tiap jam selama 5 jam Kelompok Pengujian Rata-rata volume urin tiap jam ml 1 p 2 P 3 p 4 p 5 p Na-CMC 0.5 0,18 0,667 0,36 0,520 0,56 0,83 0,84 0,002 1,13 0,00 Furosemid 10 mgkg bb 0,54 0,667 1,1 0,520 1,69 0,83 2,43 0,002 3,25 0,00 EnHPK 100 mgkg bb 0,22 1,00 0,49 0,999 0,88 0,935 1,29 0,725 1,78 0,024 0,754 0,688 0,319 0,036 0,00 EnHPK 150 mgkg bb 0,49 0,813 1,01 0,637 1,56 0,150 2,12 0,015 2,96 0,00 0,999 1,00 0,998 0,909 0,582 EnHPK 200 mgkg bb 0,18 1,00 0,56 0,992 1,06 0,745 1,64 0,215 2,27 0,00 0,667 0,773 0,558 0,225 0,001 Keterangan: = Berbeda signifikan terhadap Kontrol Na-CMC 0,5 = Berbeda signifikan terhadap Furosemid 10 mgkg bb Profil volume urin terhadap waktu ditunjukkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Rata-rata volume urin terhadap waktu setiap jam selama 5 jam 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 1 2 3 4 5 R at a -r at a V o lu m e U r in t ia p j a m m l Waktu jam Na-CMC 0,5 Furosemid 10 mgkg bb EnHPK 100 mgkg bb EnHPK 150 mgkg bb EnHPK 200 mgkg bb Universitas Sumatera Utara 33 Pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa semua sediaan uji dan kelompok pembanding sudah menunjukkan efek diuretik. Kelompok pembanding furosemid menunjukkan rata-rata volume urin tiap jam paling tinggi dibandingkan dengan kelompok dosis ekstrak. Menurut Khan 2005, furosemid memiliki waktu paruh yang singkat 15 menit dengan onset 1-2 jam setelah pemberian secara peroral serta durasi 2-6 jam. EnHPK dosis 100 dan 200 mgkg bb pada jam ke-1 belum terlihat adanya peningkatan volume urin, tetapi pada jam ke-2 hingga jam ke-5 volume urin meningkat. Volume urin EnHPK dosis 100 dan 200 mgkg bb lebih rendah dari furosemid dan EnHPK dosis 150 mgkg bb tetapi lebih tinggi dari Na-CMC 0,5. Peningkatan volume urin EnHPK dosis 150 mgkg bb sudah terlihat mulai dari jam ke-1 dan terus meningkat hingga jam ke-5. Volume urin EnHPK dosis 150 mgkg bb lebih tinggi dari Na-CMC 0,5 dan EnHPK dosis 100, 200 mgkg bb tetapi lebih rendah dari furosemid. Pemberian ekstrak dosis 100, 150, dan 200 mgkg bb mengalami peningkatan volume urin yang disebabkan karena adanya kandungan alkaloid dan steroid yang berperan dalam meningkatkan volume urin diuresis. Pengukuran volume urin pada jam ke-5 sebagai urin total pada setiap kelompok uji dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara 34 Tabel 4.4 Hasil pengukuran volume total urin tikus pada kelompok uji No Kelompok Pengujian Volume total urin ml Rata- rata ± SD P T.I T.II T.III T.IV T.V 1 Na-CMC 0,5 1,1 1,3 1 1,2 1,05 1,13 ± 0,120 0,00 2 Furosemid 10 mgkg bb 3,3 3,45 2,8 3 3,7 3,25 ± 0,357 0,00 3 EnHPK 100 mgkg bb 1,85 1,8 1,65 2,1 1,5 1,78 ± 0,224 0,025 0,00 4 EnHPK 150 mgkg bb 2,9 3,1 3 2,5 3,3 2,96 ± 0,297 0,00 0,582 5 EnHPK 200 mgkg bb 1,95 2,9 2,5 1,8 2,2 2,27 ± 0,441 0,00 0,001 Keterangan: T.I – T.V = Tikus 1- Tikus 5 = Berbeda signifikan terhadap Kontrol Na-CMC 0,5 = Berbeda signifikan terhadap Furosemid 10 mgkg bb Gambar 4.2 Volume total urin pada tikus putih jantan Pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata volume total urin untuk Na-CMC 1,13 ± 0,120 ml, furosemid 3,25 ± 0,357 ml, EnHPK dosis 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Na-CMC 0,5 Furosemid 10mgkg bb EnHPK 100 mgkg bb EnHPK 150 mgkg bb EnHPK 200 mgkg bb Ra ta -r a ta V o lu m e U r in m l Kelompok Pengujian Universitas Sumatera Utara 35 100 mgkg bb 1,78 ± 0,224 ml, EnHPK dosis 150 mgkg bb 2,96 ± 0,297 ml, EnHPK dosis 200 mgkg bb 2,27 ± 0,441 ml. Berdasarkan hasil yang diperoleh, EnHPK dengan dosis 100 mgkg bb, 150 mgkg bb, dan 200 mgkg bb menunjukkan efek diuretik terhadap volume total urin. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan volume total urin antara kelompok Na-CMC 0,5 dengan kelompok EnHPK dosis 100 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,025 p 0,05, kelompok EnHPK dosis 150 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05, dan kelompok EnHPK dosis 200 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05. Hasil statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan volume total urin kelompok furosemid dengan kelompok EnHPK dosis 100 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,00 p 0,05 dan kelompok EnHPK dosis 200 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,01 p 0,05, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok EnHPK dosis 150 mgkg bb dengan nilai signifikansi 0,582 p 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa EnHPK dengan dosis 150 mgkg bb mempunyai efek diuretik yang paling baik terhadap volume total urin. Peningkatan pemberian dosis EnHPK dapat meningkatkan pengeluaran volume urin terhadap tikus putih jantan. Kelompok furosemid menunjukkan pengeluaran volume total urin lebih besar dibandingkan dengan ekstrak. Hal ini dikarenakan furosemid merupakan obat diuretik kuat yang dapat menghambat reabsorbsi dari natrium dan kalium. Peningkatan volume urin yang terjadi sesuai dengan prinsip dari diuretik yaitu obat yang dapat meningkatkan kecepatan pembentukan urin Foye, 1995. Universitas Sumatera Utara 36

4.4.2 pH Urin