54
P er
se n
ta se
P o
te ns
i In
te ra
ks i
Seperti penelitian pada pasien rawat inap dari berbagai departemen kesehatan internal menemukan bahwa usia bukan faktor resiko DRP Blix, et al., 2004. Koh
et al. 2005 juga tidak melaporkan adanya hubungan signifikan antara dua hal tersebut.
30 tidak ada ada 25
26.06
20 16.97
15 13.94
17.58
10 5
0.61 0 4.85
1.21 8.48
6.06 4.24
25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 65-74 tahun ≥75 tahun
Gambar 4.1 Hubungan usia dengan potensi interaksi obat
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada penelitian ini frekuensi potensi interaksi obat paling banyak terjadi pada pasien berusia 55-64 tahun. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sivva, et al. 2015 juga menunjukkan hal serupa, kelompok usia 50-60 tahun adalah usia yang terbanyak mengalami interaksi obat,
secara umum pasien yang lebih tua memiliki resiko terjadinya interaksi obat karena mereka kebanyakan memiliki banyak penyakit dan polifarmasi yang
biasanya muncul dengan meningkatnya durasi dari kondisi penyakit dan perubahan fisiologi Arvind, et al., 2011.
4.5.2 Faktor Jumlah Obat
Kejadian potensi interaksi obat antidiabetes terjadi banyak pada resep dengan jumlah obat
≥5 sebesar 66,06.
55
Pe rsen
tase Po
te ns
i
In te
ra k
si
Tabel 4.13 Frekuensi potensi interaksi obat antidiabetes berdasarkan jumlah
obat
Jumlah Obat
Potensi Interaksi Obat Nilai P
Ada Tidak ada
Jumlah terhadap
total Resep Jumlah
terhadap total Resep
5 6
3,64 13
7,88 0,000
≥5 109
66,06 37
22,42 Total
115 69,70
50 30,30
80 60
40 20 7.88
Tidak Ada Ada
3.64 22.42
66.06
5 obat ≥5 obat
Gambar 4.2 Hubungan jumlah obat dengan potensi interaksi obat
Hasil analisis Chi Square dengan program IMB SPSS 20 diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara variabel jumlah obat dan kejaidan potensi
interaksi obat antidiabetes dimana nilai p 0,000 p0,05 Tabel 4.13. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kejadian potensi interaksi obat antidiabetes banyak terjadi
pada peresepan ≥5 yakni sebesar 66,06. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ameri, et al. 2014 di rumah sakit tersier di Uni Emirat Arab bahwa interaksi obat meningkat dengan meningkatnya jumlah obat yang
dikonsumsi yakni terjadi pada pasien yang menerima 5 obat. Utami 2013 juga membuktikan bahwa interaksi obat terjadi lebih tinggi pada resep yang
mengandung ≥5 macam obat daripada resep yang mengandung 5 macam obat
serta terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah obat dan kejadian interaksi obat.
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat disimpulkan antara lain:
a. profil penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap diabetes tipe 2 Juli- Desember 2014 tertinggi adalah insulin aspart 41,30, insulin detemir 24,78,
dan metformin 18,70. b. persentase frekuensi potensi interaksi obat antidiabetes adalah 68,90.
c. obat antidiabetes yang sering berpotensi interaksi adalah insulin aspart 38,40, metformin 30, dan insulin detemir 20,80, mekanisme potensi interaksi obat
antidiabetes tertinggi adalah farmakodinamik 72, tingkat keparahan potensi interaksi obat antidiabetes yang teringgi adalah moderate 82,40.
d. tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan potensi interaksi obat dan ada hubungan bermakna antara jumlah obat dengan potensi interaksi obat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini maka disarankan: a. kepada dokter dan farmasis untuk lebih waspada terhadap potensi terjadinya
interaksi obat antidiabetes. b. kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti kejadian interaksi obat antidiabetik
dari pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. Pirngadi Medan.