Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 21 perusahaan dari 60 perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di BEI. Sehingga total sampel penelitian ini berjumlah 63 sampel. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur penyampelan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Prosedur Penentuan Kriteria dalam Pemilihan Sampel
Prosedur Penentuan Sampel Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2010 dan mempunyai laporan keuangan tahunan yang lengkap dan
disampaikam dalam ICMD tahun 2010. 60
2. Tidak memiliki data yang lengkap mengenai kepemilikan institusional
18 3. Mengalami kerugian dalam tahun 2008-2010
21
Total perusahaan yang dapat dijadikan sample penelitian 21
Total sample penelitian tahun 2008-2010 21x3 63
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan yang
dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2008-2010. Data didapat dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh dari situs Bursa Efek
Indonesia BEI yaitu www.idx.co.id
.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan
masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan cara: 1.
Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan antara lain berupa
jurnal, buku, skripsi dan thesis. 2.
Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data dalam format elektronik. Data yang disajikan dalam format elektronik ini antara lain
berupa laporan-laporan BEI, dan situs internet.
3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1 Variabel Independen
Menurut Sugiono 2009:59 menganyatakan bahwa variabel independen ini sering di sebut juga sebagai variabel stimulus, predictor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia di sebut juga variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen terikat.
3.5.1.1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum,
institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada
Universitas Sumatera Utara
akhir tahun. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring yang
efektif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusi dari seluruh jumlah modal saham yang beredar.
3.5.2 Variebel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Return on assets ROA digunakan sebagai salah satu alat
untuk melakukan pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. Return
on Asset ROA dihitung dengan rumus:
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang mengunakan regresi linier berganda dan
menggunakan SPSS. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
3.6.1 Moderating Regression Analysis MRA
Moderated Regression Analysis MRA atau uji interaksi merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi perkalian dua atau lebih variabel independen. Maka persamaan statistik yang digunakan untuk menentukan
apakah variabel kepemilikan institusional memperkuat atau memperlemah pengaruh terhadap kinerja adalah:
Y = a + b
1
X
1
+ e Keterangan :
Y = Kinerja Perusahaan ROA
a = Konstanta
X
1
= Kepemilikan Institusional b
1
= Koefisien regresi e
= variabel pengganggu
Untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerjaperusahaan, digunakan uji t. Uji t yang merupakan uji
parsial setiap variabel independent terhadap variabel dependent. Adapun kriterianya , yaitu:
• Jika tingkat signifikan kepemilikan Institusional lebih kecil dari α sebesar 0,05 maka kepemilikan institusional dinyatakan ada pengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
• Jika tingkat signifikan kepemilikan Institusional lebih besar dari α sebesar 0,05 maka kepemilikan institusional dinyatakan tidak ada
pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Apabila hasil uji t menunjukkan bahwa adanya pengaruh
kepemilikan institusional terhadap kinerja, maka untuk uji selanjutnya digunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis atas variabel-variabel diatas.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Model regresi akan layak dijadikan alat estimasi apabila
memenuhi persyaratan Best Linear Unbiasedestimator, yakni tidak terdapat heterokedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Uji asumsi
klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Menurut Ghozali 2006, ada
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
Penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan uji Kolmogrov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut
mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka
distribusi data adalah normal. 2.
Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal Haryadi, 2011:97.
3.6.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah autokorelasi ini umumnya terjadi pada data time series. Terjadi atau tidaknya
autokorelasi bisa diketahui dengan membandingkan nilai statistik hitung Durbin-Watson. Adapun kriteria untuk mengetahui terjadi
atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : 1. jika nilai D-W dibawah -2 maka terjadi autokorelasi positif.
2. jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 maka tidak terjadi autokorelasi.
3. jika nilai D-W diatas +2 maka terjadi autokorelasi negatif Santoso, 2005.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel dependen dengan nilai residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis: 1.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian
menyempit, maka
mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Ghozali, 2006:38.
3.6.3 Pengujin Hipotesis 3.6.3.1 Uji Parsial t-test
Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial dalam menerangkan
variasi variabel dependen Ghozali, 2006:39. Uji parsial ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel berdasarkan kriteria berikut:
H diterima dan H
a
ditolak apabila t
hitung
t
tabel
, pada α = 5 H
ditolak dan H
a
diterima apabila t
hitung
t
tabel
, pada α = 5
3.6.3 Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan
variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen Nilai koefisien
determinasi R
2
berada diantara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel
– variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Semakin nilai
koefisien determinasi mendekati 1 berati semakin baik garis regresi sampel mencocokan data atau berapa persen variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil Penelitian 4.1.1 Uji t atas Moderating Regression Analysis MRA
Persamaan statistik dalam Moderating Regression Analysis MRA adalah:
Y = a + b
1
X
1
+ e Keterangan :
Y = Kinerja Perusahaan ROA
a = Konstanta
X
1
= Kepemilikan Institusional b
1
= Koefisien regresi e
= variabel pengganggu
Uji t merupakan uji parsial setiap variabel independent terhadap variabel dependent. Ini juga dapat melihat apakah variabel kepemilikan
institusional X adalah variabel moderator. Adapun kriterianya , yaitu: • Jika tingkat signifikan lebih kecil dari α sebesar 0,05 maka
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. • Jika tingkat signifikan lebih beasr dari α sebesar 0,05 maka
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji t atas persamaan statistik diatas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Moderating Regression Analysis MRA
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 2.453
1.000 2.452
.017 X
.013 .015
.104 .815
.418 a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Dari nilai signifikansi Variabel X sebesar 0.418 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel X signifikan negatif. Sehinga menerangkan
bahwa tidak ada pengaruh sturktur institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan Property dan Real estate di BEI.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik 4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen telah terdistribusi secara normal
Ghozali 2005. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat grafik histogram dan titik normal P-Plot of Regression.
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR IV. 1
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
GAMBAR IV. 2
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan, diketahui bahwa asumsi normalitas terpenuhi. Hal tersebut dapat disimpulkan dilihat
dari gambar IV. 1 yang berbentuk lonceng. Semakin tinggi bentuk lonceng bell shaped menunjukan data semakin berdistribusi normal
dan asumsi normalitas terpenuhi. Begitu juga dengan yang ditunjukan oleh grafik Normality Probability Plot berupa penyebaran data Titik-
titik pada gambar IV.2 yang berada disekitar sumbu diagonal yang mengikuti arah garis diagonal menunjukan data semakin berdistribusi
normal dan memenuhi asumsi normalitas
4.1.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan
menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan: 1. jika nilai D-W dibawah -2 maka terjadi autokorelasi positif.
2. jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 maka tidak terjadi autokorelasi.
3. jika nilai D-W diatas +2 maka terjadi autokorelasi negatif. Santoso, 2005
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .104
a
.011 -.005
2.17145 1.220
a. Predictors: Constant, X b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Tabel 4.3 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,220. Dapat dilihat bahwa nilai D-W 1,220 berada antara -2 dan +2, maka
dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
4.1.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan dengan memperhatikan pola gambar Scatterplot dari hasil pengolahan data dengan SPSS.
Heterokedastisitas dikatakan tidak terjadi apabila gambar Scatterplot menunjukkan pola dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Titik-titik yang ada tidak membentuk pola tertentu yang
teratur seperti
bergelombang, melebar
kemudian menyempit.
2. Titik
– titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Pola Scatterplot yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan spss, adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Gambar 4.1 Scatterplot Uji Heterokedastisitas
Dari gambar scarterplot atau diagram titik diatas terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y atau tidak membentuk suatu pola
tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari heterokedastisitas dan layak digunakan dalam
penelitian.
4.1.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 16.
Hasil regresi penelitian adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.1 Uji parsial t-test
Uji parsial uji-t pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independent secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan pengolahan spss hasil uji parsial yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.6 Uji
–t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 2.453
1.000 2.452
.017 X
.013 .015
.104 .815
.418 a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
1. Pengujian Hipotesis
Dari tabel 4.6 hasil uji parsial diatas, dapat dilihat untuk variabel kepemilikan institusional nilai t
hitung
sebesar 0,815 t
tabel
sebesar 2.452 dan nilai signifikansi 0.418 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan negative terhadap variabel ROA. Artinya walaupun ditingkatkan variabel kepemilikan satu satuan maka
variable ROA tidak akan meningkat sebesar 0.013.
Universitas Sumatera Utara
Konstanta sebesar 2.453, artinya walaupun variabel bebas nol maka variabel ROA tetap sebesar 2.453.
4.1.4 Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel
dependen. Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen Ghozali, 2005.
Koefisien korelasi maupun koefisien determinasi dari penelitian ini ditunjukkan dalam output spss berikut:
Tabel 4.8 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .104
a
.011 -.005
2.17145 1.220
a. Predictors: Constant, X b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Olahan Penulis, 2013 dari program 16.
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1. Pada model summary di atas nilai koefisien korelasi R
sebesar 0,104 menunjukkan bahwa korelasi antara variabel ROA dengan variabel kepemilikan institusional sangat tidak erat.
Universitas Sumatera Utara
Nilai koefisien determinasi R
2
berada diantara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel
– variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas
Ghozali, 2005. Semakin nilai koefisien determinasi mendekati 1 berati semakin baik garis regresi sampel mencocokan data atau berapa persen
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan dari
nilai adjusted R
2
sebesar 0.011. Hal ini berarti bahwa 11 variasi kinerja perusahaan dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, sedangkan
sisanya sebesar 89 kinerja perusahaan dijelaskan oleh variabel lainnya.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa variabel independen yaitu kepemilikan institusional berpengaruh negative
terhadap variabel dependen yaitu kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan signifikansi t sebesar signifikansi 0.815 0,05. Pengawasan yang dilakukan oleh
pemegang saham institusi berpengaruh negative terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Dini
Nur’aeni 2010 meneliti pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap kinerja perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan struktur kepemilikan saham berupa
struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik dan kepemilikan asing sebagai variabel independen. Sedangkan kinerja
perusahaan diukur dengan return on asset ROA. Objek penelitian menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentang
Universitas Sumatera Utara
waktu 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen dan kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan, sedangkan kepemilikan saham institusional dan asing, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Hal ini disebabkan karena perbedaan kebijakan setiap perusahaan yang mana merupakan faktor yang memicu perbedaan dalam penelitian ini. Bermula
dari peran struktur kepemilikan perusahaan dalam menjelaskan komitmen dari pemilik untuk menyelamatkan perusahaan, kepemilikan institusional dianggap
mampu meninimalisasi konflik kepentingan karena dapat menselaraskan tujuan antara manajemen agen dan pemegang saham principal. Hal ini dikarenakan
adanya peran monitoring oleh pemegang saham yang berupa institusi untuk mengendalikan manajemen hingga mencapai efisiensi penggunaan sumber dana
dan mencegah perilaku menyimpang yang mungkin dilakukan manajemen. Berlandaskan teori tersebut, kepemilikan institusional oleh beberapa peneliti
dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan. Namun, kepemilikan institusional yang
cederung tinggi dapat berdampak negatif bagi kinerja perusahaan karena akan menimbulkan konflik antar pemegang saham yang disebabkan oleh pemengang
saham dengan kepemilikan institusional yang tinggi mengendalikan atau mengarahkan kebijakan manajemen berlandaskan kepentingan pribadinya. Untuk
itu dua variabel independen mengukur kepemilikan institusional dengan pegelompokan yang berbeda yakni jumlah persentase kepemilikan institusional
Universitas Sumatera Utara
dari seluruh total saham Variabel kepemilikan institusional dan jumlah persentase kepemilikan saham oleh institusi diatas 20
Pengaruh dari kepemilikan Institusional perusahaan dapat dijelaskan dari hasil penelitian berikut ini: 1 Terdapat hubungan yang signifikan negative antara
kepemilikan Institusional dan produktifitas sebagai salah satu proksi dari kinerja perusahaan, 2 Pengaruh kepemilikan Institusional lebih kuat untuk perusahaan
yang didominasi oleh legal person shareholders daripada perusahaan yang didominasi oleh perusahaan, 3 Profotabilitas perusahaan berhubungan positif
dengan proksi pemilikan saham oleh legal person tetapi berhubungan negatif dengan proksi pemilikan saham oleh perusahaan dan 4 Produktifitas tenaga kerja
cenderung menurun saat proporsi kepemilikan saham oleh perusahaan meningkat. Hasil pengujian variabel penelitian secara simultan, diketahui bahwa
variabel independen kepemilikan institusional berpengaruh negative terhadap variabel dependen yaitu kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan signifikansi
sebesar 0.4180.05.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan