terhadap kinerja yang dilihat dari persentse kepemilikan saham oleh institusi, tidak meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan asing,
kepemilikan oleh pemerintah maupun kepemilikan oleh publik. 2.
Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini hanya berdasarkan pada total persentase kepemilikan saham oleh pihak
institusional saja, tanpa mengelompokkan kepemilikan institusional asing dan kepemilikan institusional dalam negeri dan Perusahaan yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan Real estate dan property yang terdaftar di BEI saja. Dan Periode tahun
pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini relatif pendek yaitu 3 tahun, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
5.3 Saran
1. Sebaiknya Penelitian selanjutnya perlu memasukkan unsur struktur
kepemilikan lainnya seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, kepemilikan oleh pemerintah ataupun kepemilikan oleh publik.
2. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan sampel perusahaan
yang tidak hanya pada perusahaan Real estate dan property saja, tetapi dapat dikembangkan dengan menggunakan sampel dari
kelompok perusahaan lain yang listed di Bursa Efek Indonesia. Dan memperpanjang periode tahun pengamatan dengan periode atau
rentang waktu yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan
sujoko dan Soebiantoro, 2007,44 bahwa struktur kepemilikan merupakan jenis institusi atau perusahaan yang memegang saham terbesar dalam suatu
perusahaan. Sedangkan, pujiningsih 2011:24 menyatakan bahwa struktur kepemilikan tercermin baik melalui instrument saham maupun instrmen
utang shingga melalui struktur tersebut dapat di telaah kemunggkian bentuk masalah keagenan yang akan terjadi. Istilah struktur kepemilikan
digunakan untuk menunjukan bahwa variabel-variabel yang penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi
juga ditentukan oleh presentase kepemilikan saham oleh manajemen dan institusi Jensen dan mecking, 1976 dalam kurniati, 2007, hal. xxvi-xxvii.
Menurut Nur’aeni 2010: 18-19, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam sturktur kpemilikan, antara lain:
1. Kepemilikan
sebagian kecil
perusahaan oleh
manajemen mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nlai pemegang
sahanm dibaning sekedar mencapai tujuan perusahaan semata. 2.
Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi inisiatif kepada pemegang saham mayoritas untuk berpatisipasi secara akif dalam perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan social perusahaan dan
maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan
perusahaan.
Menurut Nur’aeni 2010:20-28 sruktur kepemilikan terbagi empat: a.
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah presentase kepemilikan saham
yang dimiliki oleh institusi instiusi lain pada suatu perusahaan kurniati, 2007:xlvi.
Di Indonesia, kepemilikan saham institusonal terbagi menjadi kepemilikan eksternal dan institusional. Kepemilikan eksternal adalah
kepemilikan oleh lembaga investasi seperti dana pension, ansuransi, reksadana, dan prusahaan investasi lainnya, dan menjadi bagian dari
kepemilikan saham oleh institusi bisnis seperti perseroan terbatas PT. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kineja manajmen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasan yang dapat
digunakan untuk mendukung atau seballiknya terhadap kinerja manajemen. Investor institusional sering disebut sebagai investor yang
canggih sophisticated dan seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa.
b. Kepemilikan manajerial
Universitas Sumatera Utara
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola.
Kepemilikan manajer akan saham perusahaan dipandang dpat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham
diluar manajemen sehingga permasalahaan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sebagai seorang pemilik
Jensen dan mecking, 1976 dalam Nur;aeni, 2010: 19. c.
Kepemilikan publik Kepemilikan publik menunjukan besarnya private information
yang harus dibagikan manajer kepada public. Private information tersebut merupakan informasi internal yang semula hanya diketahui oleh manajer,
seperti standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja perusahaan, keberadaan perencanaan bonus, Dan sebagainya Rosma, 2007 dalam
Nur ’aeni, 2010: 26.
d. Kepemilikan asing
Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-
bagiannya yang berstatus diluar negeri Nur’aeni 2010: 27.
2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja Keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba. “Kinerja keuangan perusahaan merupakan instrument
Universitas Sumatera Utara
analisa perusahaan yang ditujukan untuk menujukkan perubahan dalam kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan” Van Horne, 2003:95
Kinerja juga merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya ke dalam bentuk operasi perusahaan atau merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumberdayanya. Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Penilaian
kinerja perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham.
kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit, baik definisi maupun dalam pengukurannya, karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat
multidimensional dan oleh karena itu pengukuran menggunakan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang
komprehensif. kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan dimensi pengukuran yang beragam. Sampai saat ini masih muncul perdebatan
tentang pendekatan yang tepat bagi konseptualisasi dan pengukuran kinerja organisasi, sehingga ukuran kinerja yang cocok dan layak tergantung pada
keadaan unik yang dihadapi peneliti. Pengukuran keuangan dinyatakan dalam ketentuan moneter.
Sedangkan pengukuran bukan keuangan adalah data kuantitatif yang
Universitas Sumatera Utara
diciptakan diluar sistem akuntansi yang formal. untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, analisis keuangan membutuhkan ukuran
keuangan yang pasti. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas. “analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi
masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa
depan” Brigham Houston 2010:133 . Rasio profitabilitas merupakan rasio pengukuran yang menjelaskan
seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungan penjualan, asset maupun laba bagi modal sendiri. Rasio
profitabilitas dibagi menjadi enam antara lain: gross profit margin GRM, net profit margin NPM, operating return on assets OPROA, return on
assets ROA, return on equity ROE, operating ratio OR. Dan “return on assets ROA merupakan salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional
perusahaan agar menghasilkan keuntungan ”. Besarnya ROA dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Return on Assets ROA =
Earning After Tax EAT merupakan laba bersih setelah pajak. Total Assets merupakan nilai buku total aktiva. Pengukuran kinerja keuangan
perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang
Universitas Sumatera Utara
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba.
ROA memiliki keunggulan, diantaranya yaitu: 1.
Merupakan ukuran
yang komprehensif
dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. 2.
Mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut. 3.
Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit
usaha. Namun meskipu ROA memiliki keunggulan terdapat pula beberapa
kelemahan atas penggunaan ROA yaitu: 1.
Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang
menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara
keseluruhan. 2.
Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek,
tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan,
pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka
panjang.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Dini Nur’aeni 2010 meneliti pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap kinerja perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan struktur
kepemilikan saham berupa struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik dan kepemilikan asing sebagai variabel
independen. Sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan return on asset ROA. Objek penelitian menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dalam rentang waktu 2006-2008. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan model analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen dan kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kepemilikan saham institusional dan asing, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Bahram Barzegar dan K Nagendra Babu 2008 melakukan pengujian empiris tentang hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja 50
perusahaan terbesar yang terdaftar di Tehran Stock Exchange periode 2001-2003.
Universitas Sumatera Utara
Didalam penelitiannya struktur kepemilikan variabel independen digolongkan menjadi struktur kepemilikan institusional dan non-institusional. Sedangkan
kinerja perusahaan diukur menggunakan ROA, ROE dan Tobin’s Q. Variabel kontrol yang digunakan antara lain risiko, debt to asset ratio, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dll. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional memiliki kinerja yang lebih
baik dibanding perusahaan dengan kepemilikan non-institusional. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan
ROA. Sebagai tambahan, diperoleh hasil bahwa kepemilikan tersebar diffused ownership memiliki kinerja yang lebih baik dibanding perusahaan dengan
kepemilikan terkonsentrasi. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara kinerja dengan debt to asset ratio
dengan ROA sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Dari keseluruhan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara
kepemilikan institusional dengan kinerja dalam studi kasus di Iran.
Sawitri Sekar Edi, 2011 meneliti tentang pengaruh Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan dewan
komisaris, dewan komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan kepemilikan institusional sebagai variabel independen serta kinerja perusahaan
diukur dengan TOBIN’s Q. Objek penelitian menggunakan perusahaan yang terdaftar di LQ45 dalam rentang waktu 2005-2009. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional, dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan dewan
Universitas Sumatera Utara
komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan komite audit berpengaruh tidak signifikan.
Sam’ani 2008 melakukan penelitian untuk menemukan bukti empiris pengaruh elemen-elemen dalam penerapan good corporate governance terhadap
kinerja perusahaan perbankan di Indonesia. Dari hasil pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa pengaruh corporate governance yang diproksi oleh aktivitas
komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional dan rasio leverage mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kinerja.
Hexana Sri Lastanti 2004 meneliti hubungan antara struktur corporate governance dengan kinerja perusahaan dan reaksi pasar. Dalam penelitian tersebut
digunakan struktur corporate governance berupa komposisi dewan komisaris independen, struktur kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan institusional.
Sedangkan kinerja perusahaan diproksi oleh nilai perusahaan Tobin’s Q dan kinerja keuangan ROA dan ROE. Hasil penelitian menyatakan terdapat
hubungan positif signi fikan antara independensi dewan komisaris dan Tobin’s Q.
Sementara variabel lain tidak berpengaruh secara signifikan, baik terhadap Tobin’s Q, ROA, ataupun ROE.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Bahram Barzegar dan
K Nagendra Pengaruh
Struktur Kepemilikan
Variabel independen : struktur
kepemilikan non-institusional,
Kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja
Universitas Sumatera Utara
Babu 2008 dalam
Kinerja Perusahaan
Studi kasus
Iran struktur
kepemilikan institusional,
struktur kepemilikan
tersebar terkonsentrasi.
Varibel control
:
Risiko, DAR, ukuran, umur perusahaan,dll.
Varibel dependen : Kinerja
perusahaan Tobin’s Q, ROA,
ROE perusahaan
ROA. kepemilikan
tersebar diffused
ownership memiliki
kinerja yang
lebih baik
dibanding perusahaan
dengan kepemilikan
terkonsentrasi. Debt to asset
ratio memiliki
hubungan signifikan
negatif dengan
kinerja ROA.
Dini Nur’aeni, 2010
Pengaruh struktur kepemilikan
saham terhadap kinerja
perusahaan Variabel independen :
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kepemilikan publik dan kepemilikan asing
Varibel dependen : Kinerja Perusahaan
Kepemilikan saham institusional dan asing
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Kepemilikan manajemen dan jumlah kepemilikan saham
oleh publik tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
Sawitri Sekar Edi, 2011
Pengaruh Corporate
Governance terhadap kinerja
keuangan perusahaan
Variabel independen : dewan komisaris, dewan
komisaris independen, dewan direksi, komite
audit dan kepemilikan institusional
Variabel dependen : Kinerja
keuangan perusahaan
Kepemilikan institusional, dewan komisaris dan dewan
direksi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Dewan komisaris independen
berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan dan komite audit berpengaruh
tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Sam’ani 2008
Pengaruh Good Corporate
Governance dan Leverage
Terhadap Kinerja
Keuangan pada Perbankan yang
Terdaftar
di Bursa
Efek Indonesia BEI
Tahun 2004-
2007
Variabel independen: Kepemilikan
institusional, dewan komisaris,dewan
direksi,
komisaris independen,
komite auit,
leverage perusahaan DAR.
Variabel dependen: kinerja
keuangan CFROA.
Aktivitas komisaris,
ukuran dewan
direksi, komite audit berhubungan
signifikan positif terhadap kinerja.
Kepemilikan institusional
dan rasio
leverage mempunyai
hubungan yang negatif dan signifikan
terhadap kinerja
.
Hexana Sri Lastanti 2004
Hubungan antara Struktur
Corporate Governance
dengan Kinerja Perusahaan dan
Reaksi Pasar Variabel independen:
Good corporate
governance komposisi dewan
komisaris independen,
struktur kepemilikan
terkonsentrasi dan
kepemilikan institusional
Variabel dependen: Kinerja
perusahaan diproksi
oleh nilai
perusahaan Tobin’s Q dan kinerja keuangan
ROA dan ROE. Terdapat hubungan positif
signifikan antara
independensi dewan
komisari s dan Tobin’s Q.
Sementar variabel
lain tidak berpengaruh secara
signifikan, baik terhadap Tobin’s Q, ROA, ataupun
ROE.
2.3 Kerangka Konseptual