3.6.1 Moderating Regression Analysis MRA
Moderated Regression Analysis MRA atau uji interaksi merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi perkalian dua atau lebih variabel independen. Maka persamaan statistik yang digunakan untuk menentukan
apakah variabel kepemilikan institusional memperkuat atau memperlemah pengaruh terhadap kinerja adalah:
Y = a + b
1
X
1
+ e Keterangan :
Y = Kinerja Perusahaan ROA
a = Konstanta
X
1
= Kepemilikan Institusional b
1
= Koefisien regresi e
= variabel pengganggu
Untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerjaperusahaan, digunakan uji t. Uji t yang merupakan uji
parsial setiap variabel independent terhadap variabel dependent. Adapun kriterianya , yaitu:
• Jika tingkat signifikan kepemilikan Institusional lebih kecil dari α sebesar 0,05 maka kepemilikan institusional dinyatakan ada pengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
• Jika tingkat signifikan kepemilikan Institusional lebih besar dari α sebesar 0,05 maka kepemilikan institusional dinyatakan tidak ada
pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Apabila hasil uji t menunjukkan bahwa adanya pengaruh
kepemilikan institusional terhadap kinerja, maka untuk uji selanjutnya digunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis atas variabel-variabel diatas.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Model regresi akan layak dijadikan alat estimasi apabila
memenuhi persyaratan Best Linear Unbiasedestimator, yakni tidak terdapat heterokedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Uji asumsi
klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Menurut Ghozali 2006, ada
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
Penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan uji Kolmogrov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut
mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka
distribusi data adalah normal. 2.
Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal Haryadi, 2011:97.
3.6.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah autokorelasi ini umumnya terjadi pada data time series. Terjadi atau tidaknya
autokorelasi bisa diketahui dengan membandingkan nilai statistik hitung Durbin-Watson. Adapun kriteria untuk mengetahui terjadi
atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : 1. jika nilai D-W dibawah -2 maka terjadi autokorelasi positif.
2. jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 maka tidak terjadi autokorelasi.
3. jika nilai D-W diatas +2 maka terjadi autokorelasi negatif Santoso, 2005.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel dependen dengan nilai residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis: 1.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian
menyempit, maka
mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Ghozali, 2006:38.
3.6.3 Pengujin Hipotesis 3.6.3.1 Uji Parsial t-test
Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial dalam menerangkan
variasi variabel dependen Ghozali, 2006:39. Uji parsial ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel berdasarkan kriteria berikut:
H diterima dan H
a
ditolak apabila t
hitung
t
tabel
, pada α = 5 H
ditolak dan H
a
diterima apabila t
hitung
t
tabel
, pada α = 5
3.6.3 Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan
variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen Nilai koefisien
determinasi R
2
berada diantara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel
– variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Semakin nilai
koefisien determinasi mendekati 1 berati semakin baik garis regresi sampel mencocokan data atau berapa persen variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil Penelitian 4.1.1 Uji t atas Moderating Regression Analysis MRA
Persamaan statistik dalam Moderating Regression Analysis MRA adalah:
Y = a + b
1
X
1
+ e Keterangan :
Y = Kinerja Perusahaan ROA
a = Konstanta
X
1
= Kepemilikan Institusional b
1
= Koefisien regresi e
= variabel pengganggu
Uji t merupakan uji parsial setiap variabel independent terhadap variabel dependent. Ini juga dapat melihat apakah variabel kepemilikan
institusional X adalah variabel moderator. Adapun kriterianya , yaitu: • Jika tingkat signifikan lebih kecil dari α sebesar 0,05 maka
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. • Jika tingkat signifikan lebih beasr dari α sebesar 0,05 maka
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara