5.2.3 Hubungan Status Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang siknifikan antara status imunisasi dengan kejadian infeksi saluran
pernapasan akut ISPA di wilayah kerja Puskesmas Desa Binjai. Hubungan tersebut diinterpretasikan berdasarkan uji korelasi Spearmen dengan hasil P
value = 0.000 p 0.05 dan nilai r = -0.842. Nilai r menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola negatife artinya semakin lengkap status imunisasi
maka kejadian infeksi saluran pernapasan akut akan semakin kecil. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan suatu penyakit yang
diawali dengan adanya pajanan berupa udara yang dipengaruhi oleh agen- agen lingkungan, seperti agen kimia, agen fisik, agen biologi
mikroorganisme. Udara yang sudah mengandung agen-agen tersebut kemudian masuk kedalam tubuh manusia melalui proses inhalasi. Agen-
agen yang masuk kedalam tubuh manusia akan dilawan oleh pertahanan fisik dan pertahanan kekebalan Immune Defenses. Infeksi saluran
pernapasan akut ISPA akan terjadi apabila sistem pertahanan fisik dan kekebalan tubuh menurun.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga dapat mencegah penyakit menular.
Balita yang mendapatkan imunisasi lengkap seharusnya mempunyai kekebalan terhadap penyakit menular, termasuk ISPA. Dalam Depkes RI
2002 dalam Nurhidayah, Fatimah, Rakhmawati 2008 dikatakan upaya
Universitas Sumatera Utara
pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga agar balita tidak terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut diantaranya adalah dengan
menjaga kondisi lingkungan yang bersih dan sehat, imunisasi lengkap dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia anak 2
tahun. Pernyataan ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sulistyoningsih dan Resi 2010 dalam Namira 2013 mengenai hubungan status imunisasi dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut ISPA
pada balita di Tasikmalaya didapatkan persentase anak yang status imunisasinya tidak lengkap lebih besar dibandingkan status imunisasi yang
lengkap sehingga anak mengalami ISPA dan diuji secara statistik bahwa status imunisasi anak dengan infeksi saluran pernapasan akut ISPA
memiliki hubungan yang signifikan. Penelitian ini juga didukung oleh Agussalim 2012 yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara status imunisasi dengan penyakit ISPA. Pemberian imunisasi yang lengkap menjadikan resiko penyakit infeksi
saluran pernapasan akut ISPA semakin kecil. Bayi dan anak dibawah 5 tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih
sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit ISPA Mahrama, Arsin, Wahiduddin, 2012 dalam Sambominanga, Ismanto,
Onibala 2013. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan responden usia dibawah 3 tahun batita berjumlah 36 orang yaitu 72.
Universitas Sumatera Utara
Ispa merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh perkembangan dari penyakit difteri, pertusis, dan campak. Penyakit tersebut dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi Prabu, 2009 dalam Agussalim 2012. Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan mendapat
kekebalan alami terhadap pneumonia. Untuk mengurangi factor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan
balita yang mempunyai status imunisasi yang lengkap bila menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih
berat. Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi campak yang efektif sekitar 11 kematian balita dapat dicegah
dan dengan imunisasi pertusis DPT 6 kematian dapat dicegah Prabu, 2009.
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis dalam pemberantasan ISPA pada anak terdiri atas pencegahan melalui imunisasi
dan upaya pencegahan non-imunisasi. Program pengembangan imunisasi PPI yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah dilaksanakan
pemerintah selama ini dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat ISPA. Hal ini dapat dimengerti karena campak, pertusis dan juga difteria
juga menyebabkan ISPA atau merupakan penyakit penyerta pada ISPA pada balita. Yang tidak kalah penting sebenarnya adalah upaya pencegahan non-
imunisasi yang meliputi pemberian ASI eksklusif, pemberian nutrisi yang baik, penghindaran pajanan asap rokok, asap dapur dan lain-lain. Perbaikan
lingkungan dan sikap hidup sehat yang semuanya itu dapat menghindarkan
Universitas Sumatera Utara
terhadap resiko terinfeksi penyakit menular termasuk penghindaran terhadap
ISPA Simare-mare, 2014.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Hasil penelitian terhadadap 70 orang responden di wilayah kerja Puskesmas Desa Binjai menunjukkan terdapat 39 balita 55.7 status
imunisasinya tidak lengkap. Pada kejadian infeksi saluran pernapasan akut ISPA didapati 33 balita 47.1 yang menderita ISPA.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negative antara status imunisasi dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut, dengan
nilai korelasi -0.842 pada tingkat hubungan “sangat kuat”. Hal ini berarti bahwa, semakin tinggi atau lengkap status imunisasi balita maka akan
semakin rendah pula kejadian infeksi saluran pernapasan akut. Dengan demikian infeksi saluran pernapasan akut dapat ditekan atau dicegah melalui
peningkatan atau pemberian imunisasi lengkap.
Universitas Sumatera Utara