Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti, untuk instrument baru perlu dilakukan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Sebuah insturmen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan Komunitas yaitu Ibu Siti Zahara Nst., S.Kp., MNS. di Fakultas Keperawatan Uversitas Sumatera Utara. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang mengukur sasaran sesuai dengan teori dan konsep. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil relative sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama Azwar, 2007 dalam Fitria 2009. Uji realibilitas dilakukan terhadap 20 orang responden. Uji realibilitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan cronbach alpha dengan menggunakan bantuan program SPSS. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai alpha untuk kuesioner status imunisasi dan kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Patumbak sebesar 0.744. Suatu insturmen dikatakan reliabel jika memiliki nilai relialibilitas 0.70 Arikunto,2010. Dengan demikian maka instrument tentang status imunisasi dan kejadian ISPA dikatakan reliable. Suatu ukuran yang mewujudkan tingkat-tingkat kualitas suatu instruemen dikatakan valid Universitas Sumatera Utara apabila mampu mengukur apa yang diinginkan Arikunto,2010. Instrument penlitian ini disusun sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Penelitian ini menggunakan validitas logis dimana instrumen penelitian dianalisis oleh dosen yang berkompeten di bidang Keperawatan Komunitas yaitu Ibu Siti Zahara Nst., S.Kp., MNS. di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan uji validitas tersebut,kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang mengukur sasaran sesuai dengan teori dan konsep.

4.7 Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Hubungan Status Imunisasi dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Sakit (1-5 tahun) di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

1 46 60

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta.

0 1 13

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

2 9 10

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

0 0 2

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

0 0 5

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

0 0 21

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

0 0 34

Hubungan Status Gizi dan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai Tahun 2016

0 0 38

Hubungan Status Imunisasi dan Status Gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

0 0 19