Tanda Tanda Klinis Tanda- tanda Bahaya

3. Melalui kontak langsungtidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad renik hand to hand transmission Pada beberapa virus, transmissi diawali dengan penyebaran virus ke daerah sekitar terutama melalui bahan sekresi hidung. Dari beberapa penelitan klinik, laboratorium dan penelitian lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan modus terbesar dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga sebagi penyebab utama Hood Alsagaff,2002.

2.1.5 Tanda Tanda Klinis

Manifestasi klinis ISPA dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga Depkes RI, 1999. Menurut berat ringanya, ISPA dibagi menjadi 3 golongan,yaitu : 1. ISPA Ringan, dengan gejala yaitu: a. Batuk b. Serak, yaitu anak bersuara parau pa da waktu mengeluarkan suaranya , misalnya pada waktu berbicara atau menangis c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir dari hidung d. Demam, yaitu suhu badan anak lebih dari 37ºC. 2. ISPA Sedang Jika dijumpai gejala-gejala seperti ISPA ringan dan disertai dengan Gejala: a. Pernafasan lebih dari 50xmenit anak umur kurang dari 1 tahun dan lebih dari 40xmenit anak umur lebih dari 1 tahun. Universitas Sumatera Utara b. Suhu lebih dari 39ºC c. Tenggorokan berwarna merah d. Timbul bercak-bercak campak e. Telinga sakit atau mnegeluarkan nanah dari lubang telinga f. Pernafasan berbunyi 3. ISPA Berat Jika seorang anak dijumpai gejala -gejala seperti ISPA ringan atau sedang ditambah dengan gejala sebagai berikut: a. Bibir atau kulit membiru b. Pernafasan cuping hidung c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun d. Bunyi nafas gargling, atau snoring e. Dijumpai adanya terraksi otot -otot bantu pernafasan, seperti intercostal, sternal, suprasternal f. Nadi cepat dan lemah 160xmenit anak umur 1 tahun g. Tenggorokan berwarna merah

2.1.6 Tanda- tanda Bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu Universitas Sumatera Utara diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya, kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin. 2.1.7 Faktor Resiko Terjadinya ISPA 1. Faktor Lingkungan a. Pencemaran udara dalam rumah Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. b. Ventilasi Rumah Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. c. Kepadatan hunian rumah Kepadatan hunian rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor 829MENKESSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m2 Maryunani, 2011. Universitas Sumatera Utara d. Faktor Individu Anak 1. Umur anak Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak- anak. 2. Berat badan lahir Bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR mempunyai resiko kematian yang lebih besar dib andingkan dengan berat badan lahir normal,karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi. 3. Status Gizi Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi no rmal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. 4. Vitamin A Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan menyebabkan peningkatan titer antibody yang spesifik dan tampaknya berada dalam nilai yang cukup tinggi. 5. Status imunisasi Sebagian besar kematian ISPA dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi campak dan pertusis. Universitas Sumatera Utara e. Faktor Perilaku Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari - hari di dalam masyarakatkeluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius, karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit Maryunani, 2011.

2.1.8 Penatalaksanaan Kasus ISPA

Dokumen yang terkait

Hubungan Status Imunisasi dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Sakit (1-5 tahun) di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

1 46 60

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta.

0 1 13

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

2 9 10

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

0 0 2

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

0 0 5

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

0 0 21

Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai

0 0 34

Hubungan Status Gizi dan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai Tahun 2016

0 0 38

Hubungan Status Imunisasi dan Status Gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

0 0 19