Welfare State di Indonesia

sektor formal dan anggota keluarga langsung mereka. Ini berarti hanya dua puluh empat juta penduduk Indonesia yang tercakup dalam sistem jaminan sosial, dan sekitar tujuh puluh juta baru saja terdaftar sebagai penerima manfaat dari program Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas, sedangkan 164 juta penduduk Indonesia lain belum mendapatkan perlindungan jaminan sosial apapun dari negara Perkembangan terakhir tentang kebijakan pemerintah menyangkut kesejahteraankeadilan sosial menunjukkan bahwa Indonesia semakin dekat ke arah bentuk welfare state. Pada tahun 2009, UU No 112009 tentang Kesejahteraan Sosial disahkan untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar orang-orang miskin, yatim piatu dan manula yang terlantar, orang dengan penyakit kronis atau cacat yang mengalami ketidakmampuan sosial-ekonomi, dipenuhi dengan menyediakan jaminan sosial dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung tunai. 56

II.2.3 Welfare State di Indonesia

Sejarah di Indonesia yang sejak pertama pembentukan Negara Republik Indonesia NRI, para pendiri the founding fathers NRI telah mencanangkan konsep welfare state dalam Konstitusi Negara, UUD 1945. Hal ini dicantumkan dalam Pembukaan alinea IV UUD 1945 yang menyatakan “…dan untuk memajukan kesejahteraan umum,..”, yang kemudian dituangkan dalam pasal- pasal di dalam UUD antara lain; Pasal 31 tentang Pendidikan, Pasal 33 dan Pasal 34 tentang Kesejahteraan Sosial. Sejak adanya amandemen pertama UUD 1945 pada tahun 1999, dan diikuti oleh perubahan berikutnya sebanyak 3 kali, yaitu, 56 Alfitri, Hak Menguasai Negara Atas Mineral dan Batubara Pasca Berlakunya Undang-Undang Minerba, Jurnal Konstitusi, Danil Volume 9 Nomor 3, September 2012 . 63 Universitas Sumatera Utara telah menandai adanya perubahan sistem ketatanegaraan yang cukup signifikan, dalam pemben-tukan welfare state yang memberikan akses pada partisipasi masyarakat sipil dalam bidang pemerintahan, seperti sistem pemilihan umum langsung. Namun satu sisi, memberikan lebih banyak lagi peran negara untuk mewujudkan cita Negara staatsidée kesejahteraan. Hal ini sejatinya merupakan gejala paradoxal dari trend global yang cenderung mencari titik keseimbangan diantara konsep-konsep ekonomi, seperti sosialis, kapitalis, komunis, maupun liberal, sehingga terkadang menem-patkan berbagai aktor utama dalam pembentukan Negara welfare state yang saling tarik menarik, sebagai instrumen terpenting dalam pembentukan kebijakan. Dalam unsur-unsur negara demokrasi yang berbasis pada civil sociaty, maka Negara dalam arti proses pemben-tukan kebijakan, terbentuk dari 3 kekuatan utama, yaitu: Negara, Pasar dan Publik. Ketiga kekuatan tersebut saling mempengaruhi tetapi juga saling bersinerji dalam proses tersebut law making process. Dalam paham demokrasi sosial social democracy, Negara berfungsi sebagaialat kesejahteraan welfare state. Meskipun gelombang liberalisme dan kapitalisme terus berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kehidupan umat manusia melalui arusglobalisasi yang terus meningkat, tetapi aspirasi ke arah sosialisme baru di seluruh dunia juga berkembang sebagai penyeimbang. Oleh karena itu, konsep welfare state merupakan keniscayaan dinamis yang terus mengikuti situasi dan perkembangan masyarakat. Demikian pula pengaruh globalisasi yang mencip-takan adanya modifikasi terhadap konsep Negara kesejah teraan. 64 Universitas Sumatera Utara Masa depan ekonomi Indonesia sendiri. Oleh karena itu, utang luar negeri bagi Indonesia adalah kecelakaan sejarah, yang menyebabkan ekonomi nasional rapuh dan terpuruk setelah timbul gejolak ekonomi eksternal karena globalisasi. Kesalahan kebijakan ini berasal dari kesalahan konseptual teoritis dalam memandang makna, fungsi, dan substansi dari utang luar negeri. Kesalahan dalam cara pandang ini kemudian bergulir menjadi kesalahan institusional yang berdimensi ekonomi politik. Kegagalan kebijakan ini terjadi karena kegagalan dalam membangun institusi yang mendukung proses kebijakan utang luar negeri. Ketimpangan pendapatan yang mengalami penurunan drastis pada pertengahan abad ke-20 justru melonjak baru-baru ini. Akibatnya, kesenjangan antar si kaya dan si miskin secara global saat ini berada pada tingkat yang sama sebelum revolusi industri terjadi pada 1820. Peneliti dari The Organization for Economic Cooperation and Development OECD dalam laporan utama tentang perkembangan kesejahteraan global memperingatkan, kondisi ini ialah salah satu perkembangan yang paling mengkhawatirkan selama 200 tahun terakhir Media Indonesia, 2014. Studi mencatat ketimpangan pendapatan sempat menurun tajam pada akhir abad ke-19 hingga 1970. Namun, kontribusi dari globalisasi yang terjadi sejak 1980-an menyebabkan ketimpangan pendapatan di 25 negara semakin melebar. Peningkatan ketimpangan pendapatan itu mengakibatkan gap tingkat pendapatan antara negara satu dan yang lain melebar. Pergeseran peta kekuasaan di Indonesia dewasa ini memperlihatkan suatu tanda penting dalam hubungan negara dan masyarakat. Jika pada masa-masa sebelumnya negara telah menjadi suatu pusat yang sangat dominan yang tidak memberikan ruang cukup bagi partisipasi politik publik, maka pada masa 65 Universitas Sumatera Utara sekarang ini negara tampak lebih terbuka terhadap partisipasi masyarakat dan terhadap eksistensi kultural dan struktural penduduk lokal. Mengingat sifat negara yan begitu berkuasa pada masa Orde Baru dan bahkan, dalam arti tertentu, sudah dimulai sebelumnya, maka realitas sosial yang ada sekarang ini telah lebih merupakan suatu realitas yang sarat dengan muatan politis yang dengan sengaja atau tidak sengaja dibangun untuk formasi negara dan pelestarian kekuasaan pemerintah. Dalam era persaingan global, di mana batas antar negara menjadi kabur, tiap-tiap negara berupaya membangun dan memperkuat Positioning industri dalam negeri. Indonesia sebagai negara yang disebut akan menjadi kekuatan ekonomi global dan dikelompokkan ke dalam BRIIC Brasil, Rusia, India, Indonesia, Cina perlu mempersiapkan diri. Berdasarkan ketentuan ini, Negara Republik Indonesia dituntut untuk menerapkan sistem Demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan, dimana setiap kebijakan tentang pemerintahan berdasarkan aspirasi dan kepentingan rakyat. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Negara Republik Indonesia menganut asas demokrasi, karena persyaratan-persyaratan mengenai negara demokrasi ini telah dipenuhi dan dinyatakan dengan tegas di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia UUD 1945 . Negara-negara demokrasi modern dilihat dari sudut analisis makro, nilai-nilai dasar politik masyarakat adalah kemerdekaan liberty, persamaan equality, dan kesejahteraan welfare. sehingga seharusnya melalui prinsip demokrasi nagara sejahtera dapat terwujud. Namun ternyata, amandemen UUD 1945 dalam mewujudkan welfare state sangat dipengaruhi oleh doktrin neoliberal yang bersemayam dalam Letter of 66 Universitas Sumatera Utara Intent mengharamkan campur tangan negara yang signifikan dalam ekonomi. Hal inilah yang dikatakan oleh Habermas dan Gidden bahwa peran negara dalam wilayah tertentu dan dalam kapasitas tertentu diperlukan untuk menjamin kedaulatan sekaligus kebebasan individu dan warga kolektif. Demikian juga dengan Pierre Bourdieu yang menekankan perlunya menumbuhkan modal sosial untuk menghadapi gempuran neoliberalisme, terutama dampaknya yang merusak tenaga kerja. Melihat perkembangan Welfare state di Indonesia atas konstitusi bangsa dan kebijakan pemerintah dapat dilihat dari tiga model 1. Reinert, Bourdieu, dan Walzer : Peran negara sangat penting terutama dalam hal menyangkut keadilan sosial dan distribusi public goods yang dikatakan oleh Bourdiue. Hal ini yang dilakukan oleh bapak pendiri bangsa terdahulu, yaitu suatu pengalaman dimana negara merupakan faktor penting dalam perekonomian nasional, dan memiliki sifat particular yang berbeda dengan model ekonomi kolonial. sehingga dengan adanya persoalan masa lalu menjadi pijakan pemerintah dalam mengambil kebijakan 2. Hayek, Friedman dan Stiglitz, peran negara dilucuti, dimana negara tidak perlu mencampuri kebebasan individu, terutama disektor ekonomi. Hal inilah yang dilakukan rezim Soeharto, kebijakan ekonomi negara mengadopsi sepenuhnya kebijkan ekonomi internasional yang dipimpin Amerika Serikat dengan watak kepemimpinan otoriteriannisme, diman negara seakan-akan negara ikut campur tangan mengelola ekonomi padahal sepenuhnya untuk kepentingan pribadi, kelompok, golongan dan keutuhan rezim. 67 Universitas Sumatera Utara 3. Habermas, Gidden, dan Rawls : dalam menyikapi globalisasidan keadilan sosial dengan mengambil posisi menerima keduanya dalam batas-batas tidak mengabaikan kebebsan individu sebagai pokok.

II.2.4 Pembangunan dalam mekanisme pasar