Konsep Walfare State. Profil Joko Widodo

Acara pelantikan Jokowi dipimpin oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan. Ketua MPR membacakan keputusan KPU mengenai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dilantik dengan bersumpah menurut agama Islam. Presiden, Wakil Presiden dan pimpinan MPR lalu menandatangani Berita Acara Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden. Setelah ini, Joko Widodo menyampaikan pidato awal masa jabatan di hadapan anggota MPR. 47

II.2.1 Konsep Walfare State.

Welfarestate atau negara kesejahteraan adalah negara yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya harus didasarkan pada lima pilar kenegaraan, yaitu : Demokrasi Democracy. Penegakan Hukum Rule of Law, perlindungan Hak Asasi Manusia, Keadilan Sosial Social Juctice dan anti diskriminasi. 48 Ide mengenai sistem kesejahteraan negara yang berkembang di Indonesia biasanya lebih sering bernuansa negatif ketimbang positif. Misalnya, sering kita dengar bahwa sistem kesejahteraan negara adalah pendekatan yang boros, tidak kompatibel dengan pembangunan ekonomi, dan menimbulkan ketergantungan pada penerimanya beneficiaries. Akibatnya, tidak sedikit yang beranggapan bahwa sistem ini telah menemui ajalnya, alias sudah tidak dipraktekan lagi di negara manapun. Meskipun anggapan ini jarang disertai argumen dan riset yang 47 http:nasional.kompas.comreadkomentar2014102006541351Pukul.10.00.WIB.Jokowi.JK.D ilantik.Jadi.Presiden.Wakil.Presiden diunduh tanggal 19 November 2014, Pukul 12.08 wib. 48 Lijan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik; Teori Kebijakan dan Implementasi, Jakarta; Bumi Aksara, 2006, hal.6. 51 Universitas Sumatera Utara memadai. banyak orang menjadi kurang berminat membicarakan, dan apalagi, memperhitungkan pendekatan ini. Pelayanan yang baik dalam penyelenggaraan Pemerintahan adalah sarana menuju masyarakat negara yang sejahtera Welfalre state. Pelayanan dimaksud pada dasarnya merupakan cermin dari perbuatan Pemerintah Overheidshandeling yang tidak saja harus berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku Wetmatighed dan Rechtmatigheid, akan tetapi lebih dari itu bahwa administrasi negara dalam menyelenggarakan pemerintahan harus juga berdasarkan kepatutan billijkheid serta kesusilaan. Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari: 1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti; 2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 3. Kondisionil, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas; 4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat; 52 Universitas Sumatera Utara 5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain; 6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberian dan penerima pelayanan publik. 49 Dari uraian di atas suatu pelayanan publik dianggap berkualitas bila telah memenuhi ke enam unsur tersebut di atas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pelayanan, namun yang paling signifikan untuk diterapkan dalam lembaga pemerintah adalah: 1. function: kinerja primer yang dituntut; 2. confirmance: kepuasan yang didasarkan pada pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan; 3. reliability: kepercayaan terhadap jasa dalam kaitannya dengan waktu; 4. serviceability: kemampuan untuk melakukan perbaikan apabila terjadi kekeliruan; 5. adanya assurance yang mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. 50 Teori Negara kesejahateraan welfare State, teori tersebut merupakan perwujudan dari Grand theory Montesquieu yaitu ajaran pemisahan kekuasaan speration of power yang terdiri dari kekuasaan legislatif membuat undang- undang, kekuasaan eksekutif melaksanakan undang-undang dan kekuasaan 49 Nyoman Sumaryadi, Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Jakarta; Citra Utama, 2005, hal.9 50 Ibid.,Nyoman Sumaryadi.,hal.18. 53 Universitas Sumatera Utara yudikatif mengadili pelanggaran undang-undang. Trias Politika tidak dapat dilaksanakan secara konsekuen. Dalam perkembangannya ajaran Trias Politika ini mendapat berbagai modifikasi terutama melalui pembagian kekuasaan distribution of power. Secara teoritis diungkapkan bahwa kekuasaan itu dapat dibagi dengan dua cara yaitu: 51 a. Secara vertikal, pembagian kekuasaan menurut tingkatnya maksudnya ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Carl J.Frederich memakai istilah pembagian kekuasaan. Ini dapat dengan jelas kita bandingkan antara negara kesatuan federasi dan konfederasi. b. Secara horizontal, pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Pembagian ini menunjukkan perbedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif yang lebih dikenal dengan trias politica atau pembagian kekuasaan division of power. Menurut C.F.Strong, negara kesatuan adalah bentuk negara di mana wewenang legislatif lebih tinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif nasionalpusat. Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak otonomi negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, tetapi pada tahap akhir kekuasaan tertinggi tetap pada pemerintah pusat. Jadi kedaulatannya, baik kedaulatan ke dalam maupun kedaulatan keluar, sepenuhnya terletak pada pemerintah pusat. Dengan demikian yang menjadi hakekat negara kesatuan ialah bahwa kedaulatannya tidak terbagi, atau dengan perkataan lain, kekuasaan pemerintah pusat tidak dibatasi, oleh 51 Ibid., Nyoman Sumaryadi.,hal.28. 54 Universitas Sumatera Utara karena konstitusi negara kesatuan tidak mengakui badan legislatif lain, selain badan legislatif pusat. Jadi adanya kewenangan untuk membuat peraturan bagi daerahnya sendiri itu tidak berarti bahwa pemerintah daerah itu berdaulat, sebagai pengawasan dan kekuasaan tertinggi tetap pada pemerintah pusat. Sejalan dengan pendapat C.F.Strong tersebut menurut I.Nyoman Sumaryadi mengemukakan: Otonomi daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan pada hakekatnya merupakan penerapan konsep areal devision of power yang membagi kekuasaan secara vertikal yaitu pembagian kekuasaan negara antara pemerintah pusat disatu pihak dan pemerintah daerah dipihak lain. Seiring dengan perkembangan kenegaraan dan pemerintahan, ajaran negara hukum yang kini dianut oleh negara- negara di dunia khususnya setelah perang dunia kedua adalah negara kesejahteraan welfare state. Konsep negara ini muncul sebagai reaksi atas kegagalan konsep legal state atau negara penjaga malam. Negara kesejahteraan welfare state menurut istilah Lemaire, disebut bestuuszorg negara berfungsi menyelenggarakan kesejahateraan umum atau welvaarsstaat atau verzorgingsstaat merupakan konsepsi negara hukum modern, menempatkan peranan negara pada posisi yang kuat dan besar. Tugas dan wewenang serta tanggungjawab pemerintah semakin berkembang dan bertambah luas baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tugas-tugas baru terus bertambah sementara tugas-tugas lama semakin berkembang. Akhirnya sekarang ini konsepsi negara hukum modern ini menimbulkan dilema yang penuh kontradiksi, sebab suatu negara hukum modern mengharuskan setiap tindakan pemerintah berdasarkan atas hukum dan bersamaan dengan itu kepada pemerintah diserahi 55 Universitas Sumatera Utara pula peran, tugas dan tanggungjawab yang luas dan berat. Dalam rangka melaksanakan tugas menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat tersebut harus diatur oleh hukum. 52 Namun karena luas dan kompleksnya permasalahan masyarakat yang dihadapi, maka ternyata tidak semua tindakan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah tersebut tersedia aturannya dalam undang-undang, karena itu timbul konsekuensi khusus di mana pemerintah memerlukan kemerdekaan bertindak atas inisiatif sendiri, utamanya dalam menyelesaikan masalah-masalah urgensi yang timbul dengan sekonyong-konyong. Sedangkan peraturan untuk menyelesaikannya belum ada atau samara-samar atau dirumuskan dengan sangat sumir dan samara-samar atau dengan kata-kata yang sangat umum. Hal demikian disebut discretionary power atau pouvair discretionaire atau freies ermessen. Konsep Negara Kesejahteraan welfare state berkembang di negara-negara Eropa bahkan meluas hampir ke seluruh negara-negara di dunia. Dari sejumlah definisi yang ada, inti dari dari istilah welfare state adalah tanggung jawab negara terhadap kesejahteraan warganya. Seperti dalam Encyclopedia Britannica, welfare state diartikan sebagaikonsep pemerintahan dimana negara memainkan peran kunci dalam menjaga dan memajukan kesejahteraan ekonomi dan sosial warga negaranya.8 Sedangkan the Concise Oxford Dictionary of Politics mendefinisikannya sebagai sebuah sistem dimana pemerintah menyatakan diri bertanggung jawab untuk menyediakan jaminan sosial dan ekonomi bagi penduduk melalui sarana pensiun, tunjangan jaminan sosial, layanan kesehatan gratis dan semacamnya. 52 Dadang Juliantara, Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Daerah Dalam Pelayanan Publik, Pembaharuan, Yogyakarta; Pembaharuan, 2005, hal.19-20 56 Universitas Sumatera Utara Welfare state diasosiasikan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, oleh karena itu ia dianggap sebagai mekanisme pemerataan terhadap kesenjangan yang ditimbulkan oleh ekonomi pasar. Jaminan sosial, kesehatan, perumahan dan pendidikan adalah wilayah garapan utama dari kebijakan pemerintah yang menganut welfare state.10 Program pengentasan kemiskinan dan sistem perpajakan juga dianggap sebagai aspek dari welfare state. Alasan dimasukkannya perpajakan ke dalam kategori sifat welfare state adalah jika penarikan pajak bersifat progresif dan dananya digunakan untuk mencapai distribusi pendapatan yang lebih besar dan bukan hanya sekedar untuk meningkatkan pendapatan negara. Disamping itu, dana pajak tersebut juga digunakan untuk membiayai pembayaran asuransi sosial dan manfaat-manfaat lainnya yang belum dicakup oleh pembayaran premi asuransi sosial. Di negara-negara sosialis, welfare state juga meliputi jaminan pekerjaan dan administrasi harga barang dan jasa pada level konsumen consumer prices. Konsep welfare state oleh karena itu biasanya didasarkan pada prinsip persamaan kesempatan equality of opportunity, pemerataan pendapatan equitable distribution of wealth, dan tanggung jawab publik public responsibility terhadap mereka yang tidak mampu untuk menyediakan sendiri kebutuhan minimum untuk bisa hidup layak. Istilah welfare state sangat umum dan bisa meliputi pelbagai bentuk organisasi sosial dan ekonomi. Namun, ciri dasar dari welfare state adalah adanya asuransi sosial social insurance. Ketentuan ini jamak dijumpai di negara-negara industri maju seperti National Insurance di Inggris dan Social Security di Amerika Serikat. Asuransi sosial biasanya didanai dengan sumbangan wajib dan dimaksudkan untuk memberikan manfaat kepada peserta dan keluarganya ketika 57 Universitas Sumatera Utara membutuhkan. Welfare state biasanya juga menyediakan layanan dasar publik berupa pendidikan dasar, layanan kesehatan, dan perumahan pada beberapa kasus dengan biaya ringan atau gratis sama sekali. Program ini lazim disebut dengan social welfare yang kemudian juga menjadi ciri dasar lain dari welfare state disamping social insurance tadi Sistem welfare state seperti ini memberikan tingkat otonomi yang tinggi dan membatasi ketergantungan individu pada keluarga dan mekanisme pasar. Adapun ideologi welfare state Konservatisme didasarkan pada prinsip subsidi dan dominasi skema asuransi sosial. Sistem ini membuat dekomodifikasi aktivitas dan usaha pemerintah untuk mengurangi ketergantungan individu terhadap mekanisme pasar dan juga pekerjaannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya berada pada level menengah dan stratifikasi sosial menjadi tinggi. Sedangkan ideologi welfare state rezim liberal didasarkan pada gagasan dominasi pasar dan penyediaan oleh swasta. Negara idealnya hanya baru ikut campur untuk memerangi kemiskinan dan menyediakan kebutuhan dasar seperti layanan kesehatan dan pendidikan dengan terlebih dahulu menggunakan means test penyelidikan terhadap kondisi keuangan seseorang yang mengajukan permohonan bantuan sosial dari negara. Konsekuensinya dekomodifikasi sangat rendah sedangkan stratifikasi sosial tinggi. Keterkaitan antara dua kategori besar welfare state institutional dan residualist dengan tiga tipologi rezim welfare state ala Esping-Andersen adalah: tipologi konservatif lebih condong pada model residualist yang ditambah dengan dukungan khusus struktur sosial tradisional seperti keluarga. Tipologi liberal setara dengan model residualist karena menekankan pada program social 58 Universitas Sumatera Utara insurance, sedangkan social welfarehanya diberikan terutama untuk kalangan masyarakatsangat miskindengan menggunakan means test. Warga negara dapat memilihprogram asuransi sosial yang ditawarkan pasar yang sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan tipologi sosial demokratik adalah sama dengan model institutional karena negara memberikan jaminan kesejahteraan untuk semua warga baik kaya maupun miskin, meskipun tetap mempertahankan penekanan kuat pada kesempatan kerja penuh. Berdasarkan dekomodifikasi dan sosial stratifikasi indeks menurut Esping- Andersen, Swedia, Norwegia dan Denmark masuk tipologi rezim sosial demokratik, sedangkan Perancis dan Jerman masuk kategori rezim konservatis. Amerika Serikat tergolong rezim liberal bersama Inggris. Awalnya Inggris hampir memiliki karakter welfare state yang sama dengan Perancis dan Jerman, akan tetapi sejak era 1970 menjadi lebih dekat ke arah liberal karena pemerintah membatasi diri dalam menggunakan program kesejahteraan, yakni hanya untuk mengatasi kesenjangan sosial.

II.2.2 Konsep Welfare State dalam Dasar Negara Indonesia