Jusuf Kalla dan Golkar

Peran awalnya yang penting adalah menjadi Juru damai konflik Aceh antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka GAM. Jusuf Kalla yang diserahi tugas dalam bidang ekonomi juga mempunyao peranan yang besar dalam menentukan arah kebijakan ekonomi Pemerintahan kabinet Indonesia Bersatu jilid I KIB I. ia banyak membangun kebijakan-kebijakan yang disusun di KIB I adalah kebijan Neo-liberal. Namun, sebaian lain juga melihat bahwa Jusuf Kalla juga menerapkan kebijakan yang mengusung pemikiran mengenai kemandirian ekonomi nasional. Salah satunya diantaranya diterapkan dalam pembangunan Bandara Internasional Sultah Hasanuddin Makasar.Terlepas dari debat mengenai ideologi kebijakan ekonomi KIB I, pemerintah ini terbukti berhasil memberikan indikator pembangunan yang baik. APBN misalnya meningkat dari sekitar Rp.350 triliyun pada 2004 menjadi lebih dari 1000 triliun pada tahun 2009. 36 Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla SBY-JK berpisah pada pemilu 2009, SBY kemudian berpasangan dengan Boediono dan Jusuf Kalla berpasanagn dengan Wiranto. Jusuf kalla kalah dalam Kontestasi tersebut. namun ketokohannya tidak surut, hanya beberapa bulan kemudian ia terpilih sebagai ketua Palang Merah Indonesia PMI.

II.1.2. Jusuf Kalla dan Golkar

Jusuf Kalla adalah anak terrtua pasangan Hadja Kalla dan Hj Althirah, Hadji Kalla adalah seorang pengusaha yang mengawali usaha dari berjualan tekstil dipasar sentral Watampone. Ibunya, Hj Athirah adalah ibu rumah tangga yang diingat JUsuf Kalla sebagai orang yang penyabar, setia dan punya 36 dadang Solihin, Evaluasi Perencanaan RPJM Nasional 2004-2009, Jakrta : Bapennas, 2009, Hal.12. 40 Universitas Sumatera Utara kepedulian sosial yang tinggi.Kedua orang tua Jusuf Kalla adalah orang yang amat taat beragama, oriantasi islam menjadi nilai utama yang dipegang oleh hadji Kalla dan Athira. Hadja Kalla adalah oeang NU yang setia kepada NKRI ketika terjadi pemberontakan Darul Islam DI di Sulawesi Selatan. Athira adalah angota Muhammadiyah organisasi massa islam yang juga dikenal nasionalis. dalam perjalanan selanjutnya, Jusf kalla juga menyerap nilai islam yang nasionalis dari organisasi-organisasi massa dan organisasi yang diikutinya. Jusuf kalah pernah masuk kedalam organisasi Pelajar Islam Indonesia PII dan Himpunan Mahasiswa Indonesia HMI sebelum masuk sebagai salah satu pendiri sekretariat bersama Golongan Karya Sekber Golkar Sulawesi Selatan. 37 Sebagai orang yang terdidik dalam keluarga pebisnis, kemandirian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian Jusuf Kalla. Menurut ponco Sutowo, kemandirian adalah institusi utama bagi seseorang pengusaha, tidak ada pengusaha tanpa semangat kemandirian. Nilai kewirausahaan sendiri dengan memampaatkan seumber daya upaya untuk dari ketergantungan dengan memamfaatkan sumberdaya yang ada untuk menciptakan nilai tambah yang berguna bagi diri sang pengusaha sendiri maupun orang lain. Namun, yang kan dibahas disini bukan hanya mengenai sosialisasi nilai-nilai kemandirian dalam arti kemandirian pribadi, tetapi kemandirian sosial politik dimana Jusuf Kalla tinggal. Menurut Peltras, dalam nilai bugis selain konsep sirri yang berarti kehormatan diri ada juga konsep kehormatan diri ada juga konsep kehormatan sosial yang disebut mapasse. Keduanya sering kali digabung dalam sau frasa : 37 Taufik Adi Susilo.,Op.,Cit.,Hal.21. 41 Universitas Sumatera Utara sirri mapasse, kehormatan diri dan orang-orang sekitar kehormatan sosial. Dalam rangka memperetahankan kehormatan tersebut dalam masyarakat bugis, diperkenankan bagi setiap orang untuk melakukan apa saja termasuk pembunuhan. Pada tahun 1965, setelah pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya Sekber Golkar, Jusuf Kalla terpilih menjadi ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan dan Tenggara 1965-1968. Di tahun yang sama, saat Kalla tengah menyelesaikan tugas akhir, dirinya terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan periode 1965-1968. Karir politik Kalla seketika melesat saat dirinya terpilih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR pada tahun 1982-1987 mewakili Golkar dan pada tahun 1997-1999 mewakili daerah. Munas Partai Golkar Ke-VII Tujuh yang dilaksanakan pada 15-20 Desember 2004 menjadi momentum bagi kebangkitan Partai Golkar terbukti keberhasilannya dengan memenangkan Pemilu Legislatif 2004. menduduki posisi pertama sebagai partai yang mendapatkan suara terbanyak di Pileg 2004 memberikan kembalinya rasa percaya diri bagi Partai Golkar sebagai Partai yang besar dan tidak bergantung pada kekuatannya pada kekuatan selain kemampuan yang dimiliki di dalam tubuh organisasi sendiri. Menjadi partai yang memnangkan pemilihan Legislatif memberikan keuntungan bagi Partai Golakar untuk bisa menegndalikan kekuasaan Legislatif. Keberhasilan Partai Golkar dalam Pemilihan Legislatif 2004 Menjadi Obat Luka para kader Golkar akibat kegagalan pasangan capres Wiranto-Siswono Yudhohusodo yang diusung Partai Golkar didalam Pilpres 2004. 42 Universitas Sumatera Utara Pada Munas Golkar tahun 2004 penyaringan Kandidat calon ketua umum ynag baru berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan didalam ADRT Struktur organisasi Partai Golkar Maka, hanya ada 3 orang calon yang memenuhi kriteria calon ketua umum yang baru yaitu Akbar Tanjung selaku Incumbent, Marwah daud Ibrahim dan Slamet Jusuf Effendi. Nama Jusuf Kalla berdasarjan atuan seorrang calon ketua umum yang baru tidak tidak dapat lolos karena Jususf Kalla terganjal di Tatib Tata Tertib yang mengatakan calon ketua umum adalah kader yang setia pada keputusan partai dan tidak pernah berpaling ke partai lain. Namun yang terjadi adalah Jusuf Kalla tetap bisa mencalonkan diri sebagai ketua Umum. Hal ini mengingat Jususf kalla pernah menjadi pengurus di DPD Sulawesi dan memiliki sertifikat sebagai bukti pernah terlibat dalam kepengerurusan DPD Golkar Sulawesi.Munas Golkar sempatt diundur disebabkan kondisi yang terjadi tidak kondusif. Jusuf Kalla pada saat itu mengklaim telah mendapatkan dukungan 28 DPD I dari total 36 Suara DPD I dan optimis akan menjadi pemenang dalam pemilihan ketua umum Golkar. Akhirnya dimunas Golkar thaun 2004 Jusuf Kalla memenangi pemilihan calon ketua umum Golkar dimana pada saat itu Jusuf Kalla mendapatkan 323 Suara, Akbar Tanjung 156 Suara dan Marwah Daud Ibrahim 13 Suara. Jusuf Kalla akhirnya resmi menjadi Ketua Umum Golkar 2004-2009, bersamaan itu pula Jusuf Kalla berhasil mengamankan kepentingan-kepentingan pemerintah lewat Golkar. Pada tahun 2009 SBY yang merupakan Presiden Republik Indonesia pada saat itu ingin kembali mencalonkan diri di Pilpres. Namun kali ini SBY tidak mengajak Jusuf Kalla dalam pertarungan Pilpres 2009, SBY memilih Boediono mendampinginya di Pilpres 2009, kemudian Jusuf Kalla 43 Universitas Sumatera Utara akhirnya memilih Wiranto di Pilpres 2009 yang akhirnya kalah oleh pasangan SBY-Boediono. 38 Setelah kegagalan yang dialami kembali calon Presiden yang diusung oleh Partai Golkar Yaitu duet JK-Wiranto pada Pilpres 2009 serta kehggaalan di Pileg 2009 menjadi catatan penting bagi partai Golkar untuk mengadakan munas ke- delapan di Pekan Baru tahun 2009. Pada Pilpres 2014 JK-Wiranto hanya 12,41 dan partai Golkar hanya mendapatkan 14,45 suara dan tidak menempatkan Golkar sebagai pemenang pemilu 2009.Munas kedelapan dipekan baru menjadi sorotan banyka pihak terutama pasca kemenangan sosok JK yang berasal dari kelompok pengusaha dan menguatnya isu pragmatisme politik didalam internal partai Golkar pasca munas 2004 dibali menjadi latar yang menghantarkan proses munas golkar di pekan baru 2009. Jusuf Kalla terlihat tidak menaruh minat ynag besar untuk kembali mencalonkan diri sebagai ketua Umum Golkar untuk periode 2009-2014. Hal ini disebabkan dana yang terkuras habis untuk membiayai kampanye JK-Wiranto di Pilpres 2014 yang mencapai 700-900 Milyar. Dana Pribadi JK sangat besar untuk membiayai kampanye pada saat Pilpres. JK akhirnya tidak mencalonkan diri yang mana di munas Pekan Baru pertarungan Caketum Golkar adalah Yuddi Chrisnandy, Hutomo Mandala Putra, Surya Paloh dan Aburizal Bakrie dan dimunas pekan baru dimenangkan Aburizal Bakrie. Pasca Munas Golkar tahun 2009 Jusuf Kalla mulai “Menyepi” dalam politik, Jusuf Kalla lebih banyak aktif di dunia amal seperti sebagai ketua umum Palang Merah Indonesia PMI dan ketua Dewan Masjid Indonesia. . 38 Media Indonesia, 800 Pendukung Surya Paloh berangkat dari bali, senin 6 Oktober 2009, Hal.5. 44 Universitas Sumatera Utara

II.1.3. Pencalonan Joko Widodo-Jusuf Kalla