“Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau yang terlarang, tidaklah mempunyai kekuatan”.
KUH Perdata tidak memberikan pengertian atau defenisi dari “sebab” yang
dimaksud dalam Pasal 1320 Perdata. Hanya saja dalam Pasal 1335 KUH Perdata , dijelaskan bahwa yang disebut dengan sebab yang halal adalah:
1.1 Bukan tanpa sebab;
1.2 Bukan sebab yang palsu;
1.3 Bukan sebab yang terlarang.
32
Sebab ini dimaksudkan tiada lain dari pada isi perjanjian. Dengan segera harus dihilangkan suatu kemungkinan salah sangka, bahwa sebab itu adalah
sesuatu yang menyebabkan seorang membuat suatu perjanjian dorongan jiwa untuk membuat suatu perjanjian pada asasnya tidak diperdulikan undang-undang.
Hukum pada asasnya tidak menghiraukan apa yang berada dalam gagasan seorang atau apa yang di cita-citakan seorang. Yang diperhatikan oleh hukum atau
undang-undang hanyalah tindakan orang-orang dalam masyarakat.
33
C. Jenis-Jenis Perjanjian
Menurut Pasal 1314 KUH Perdata suatu persetujuan dibuat dengan cuma- cuma atau atas beban. Suatu perjanjianpersetujuan dengan cuma-cuma adalah
suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri,
misalnya hibah, pemberian, anugrah dan wasiat. Suatu persetujuan atas beban ialah suatu persetujuan yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
32
Ibid, hal. 161
33
Subekti I, Op. Cit. hal. 20
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara yaitu sebagai berikut: 1.
Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak. Perjanjian timbal balik ialah perjanjian-perjanjian yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban pokok pada kedua belah pihak, misalnya: jual beli, sewa menyewa dan sebagainya.
2. Perjanjian bernama dan perjanjian tak bernama.
Perjanjian bernama benoemd ialah perjanjian yang mempunyai nama tersendiri yang diberikan ditentukan boleh undang-undang berdasarkan tipe
bentuk yang paling banyak terjadi sehari-hari walaupun jumlahnya terbatas. Perjanjian itu juga disebut perjanjian khusus.
Perjanjian tak bernama adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata tetapi hidup dalam kehidupan masyarakat.
34
3. Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligator
Perjanjian kebendaan ialah suatu perjanjian untuk mengadakan suatu hak kebendaan, yaitu perjanjian dengan mana hak milik dari seorang atas sesuatu
beralih kepada pihak lain, misalnya hipotik.
35
Perjanjian obligator ialah perjanjian dimana para pihak terikat untuk melakukan kewajiban kepada pihak lain, dengan perkataan lain perjanjian ini
menimbulkan perikatan. 4.
Perjanjian yang konsensuil dan yang riil. Perjanjian konsensuil ialah perjanjian yang terjadi dengan adanya kata
sepakat untuk mengadakan perikatan.
34
Wan Sadjarudidin Baros, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, USU PRESS, Medan, 1992, hal. 25
35
Ibid., hal. 26
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian riil ialah perjanjian dimana selain diperlukan adanya kata sepakat untuk mengadakan perikatan.
Perjanjian rill ialah perjanjian dimana selain diperlukan adanya kata sepakat juga dilanjutkan dengan penyerahan barang, misalnya penitipan barang.
5. Perjanjian-perjanjian yang istimewa sifatnya.
a. Perjanjian liberator ialah perjanjian dimana atas dasar kata sepakat para
pihak membebaskan diri dari perikatan kewajiban yang ada, misalnya Pasal-Pasal 1438, 1440 dan 1442 KUH Perdata .
b. Perjanjian pembuktian yaitu dimana para pihak bebas menentukan alat-alat
pembuktian yang akan mereka pergunakan dalam suatu proses. Perjanjian pembuktian bewijs overeenkomst.
c. Perjanjian untung-untungan yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak
melaksanakan kewajiban memberikan prestasi terlebih dahulu dengan harapan akan menerima yang lebih besar dari apa yang telah diberikannya
pada suatu waktu yang tertentu atau telah ditentukan, misalnya perjanjian asuransi.
d. Perjanjian publik yaitu perjanjian yang seluruhnya atau untuk sebagian
oleh hukum publik karena salah satu pihak adalah penguasa bertindak sebagai penguasa, misalnya perjanjian ikatan dinas.
36
D. Akibat Hukum Perjanjian 1. Perjanjian Hanya Berlaku di Antara Para Pihak Yang Membuatnya