berakhirnya perjanjian merupakan selesai atau hapusnya suatu perjanjian yang dibuat di antara dua pihak, yaitu pihak kreditor dan debitor, tentang sesuatu hal.
Pihak kreditor dipahami sebagai pihak atau orang yang berhak atas suatu prestasi sesuai dengan isi perjanjian. Pihak debitor adalah pihak yang berkewajiban untuk
memenuhi suatu prestasi sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Apabila perjanjian berjalan lancar dan dipenuhi dengan seksama maka pemenuhan itu tanda
pengakhiran suatu perjanjian otomatis.
1. Hukum Dasar Berakhirnya Perjanjian
Sampai saat ini, pedoman atau dasar hukum yang dipakai sebagai landasan berakhirnya perjanjian perikatan masih merujuk pada isi Pasal
1381 KUH Perdata, yang dalam beberapa hal telah ketinggalan zaman. Menurut Pasal 1381 KUH Perdata, perikatan-perikatan dapat hapus:
1. Karena pembayaran;
2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan; 3.
Karena pembaruan utang; 4.
Karena perjumpaan utang atau kompensasi; 5.
Karena percampuran utang; 6.
Karena pembebasan utangnya; 7.
Karena musnahnya barang yang terutang; 8.
Karena kebatalan atau pembatalan; 9.
Karena berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab pertama buku ini;
10. Karena lewatnya waktu, hal mana akan diatur dalam satu bab tersendiri.
ad.1. Pembayaran Pembayaran ialah setiap pemenuhan perjanjian secara sukarela,
misalnya pembayaran uang oleh pembeli, pemenuhan perjanjian kerja oleh buruh. Perikatan selalu dibayar oleh debitor, juga oleh setiap orang
yang berkepentingan, misalnya orang yang turut berutang atau seorang penanggung borg dan orang yang tidak berkepentingan misalnya
Universitas Sumatera Utara
pihak ketiga yang melakukan pembayaran. Dalam melakukan pembayaran, pihak ketiga dapat bertindak atas nama si berutang atau
nama sendiri. Jika pembayaran dilakukan atas nama si terutang, berarti pembayaran dilakukan oleh si pembayar sendri, jika pembayaran
dilakukan atas nama sendiri berarti pihak ketigalah yang
membayarnya.
42
ad.2. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpan atau penitipan. Dalam suatu perjanjian mungkin terjadi kreditor menolak pembayaran
dengan alasan tertentu. Contoh: A harus membayar sejumlah uang sebagai harga pembelian barang
kepada B. Akan tetapi karena harga barang tersebut naik, B tidak mau menerimanya apabila A tidak menambah jumlah uang sesuai dengan
harga barang yang telah naik untuk membebaskan dirinya dari kewajiban tersebut, A dapat menawarkan pembayaran diikuti dengan
penitipan. Prosedur pelaksanaan pembayaran diikuti oleh penitipan atau
penyimpanan adalah sebagai berikut: Uang atau barang yang akan dibayarkan itu ditawarkan secara resmi
oleh seorang notaris atau seorang juru sita pengadilan kepada kreditor. Apabila kreditor mau menerima uang atau barang yang ditawarkan itu
maka selesailah pekara pembayaran itu. Apabila kreditor menolak penawaran, maka notaris atau juru sita membuat proses verbal dan
kreditor di minta untuk menandatanginya. Proses verbal ini merupakan
42
Komariah, Hukum Perdata, Universitas Muhammaddiyah Malang, Malang, 2005, hal. 200
Universitas Sumatera Utara
surat bukti bahwa kreditor menolak pembayaran. Langkah selanjutnya, debitor mengajukan permohonan kepada pengadilan supaya pengadilan
mengesahkan penawaran pembayaran yang telah di lakukan itu. Setelah penawaran pembayaran itu di sahkan, maka uang atau barang yang akan
dibayarkan itu di simpan atau di titipkan kepada panitera Pengadilan Negeri dan dengan demikian hapuslah piutang itu. Uang atau barang
tersebut berada dalam simpanan Kepaniteraan Pengadilan Negeri atas risiko kreditor.
ad 3. Pembaharuan utang Menurut Pasal 1413 KUH Perdata ada 3 macam jalan untuk
melaksanakan pembaharuan utang atau novasi, yaitu: a.
Apabila seorang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantinya utang
yang lama, yang dihapuskan karenanya. b.
Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang terutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya.
c. Apabila sebagai akibat suatu persetujuan baru, seorang berpiutang
baru ditunjuk dengan menggatikan orang berpiutang lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya.
ad. 4. Perjumpaan utang atau kompensasi Perjumpaan utang atau konpensasi ialah suatu cara hapusnya perikatan
dengan jalan memperhitungkan utang piutang secara timbal balik antara kreditor dengan debitor. Jadi pihak-pihak yang mengadakan perikatan
itu masing-masing merupakan debitor satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
ad.5. Percampuran utang Percampuran utang adalah salah satu hapusnya perikatan karena
kedudukan sebagai kreditor dan debitor berkumpul pada satu orang. Percampuran ini terjadi secara otomatis atau demi hukum.
ad.6. Pembebasan utang Pembebasan utang adalah pernyataan dengan tegas si berpiutang atau si
kreditor bahwa ia tidak menghendaki lagi prestasi dari si debitor dan melepaskan haknya atas pembayaran atau pemenuhan perjanjian.
Apabila terjadi pembebasan uang, maka hapuslah hubungan utang piutang antara kreditor dan debitor. Pembebasan utang tidak boleh
dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan. ad.7. Musnahnya barang yang terutang
Menurut Pasal 1444 KUH Perdata, jika barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah tak dapat lagi diperdagangkan atau hilang,
maka perikatan hapus asal musnahnya atau hilangnya barang itu di luar kesalahan si berutang debitor dan sebelum ia lalai menyerahkannya.
Jadi menurut ketentuan tersebut, apabila barang yang menjadi musnah di luar kesalahan debitor, maka debitor tidak diwajibkan memberikan
prestasi kepada kreditor. Pasal ini lahir dari ketentuan Pasal 1237 KUH Perdata, yang merupakan satu-satunya Pasal yang mengatur tentang
risiko dalam ketentuan umum tentang perikatan yang menentukan bahwa risiko atas suatu benda dalam perikatan untuk memberikan
sesuatu dipikul oleh kreditor sejak perikatan tersebut dilahirkan. ad.8. BatalPembatalan
Universitas Sumatera Utara
Meskipun dalam KUH Perdata disebutkan batal atau pembatalan, tetapi yang dimaksudkan adalah dapat dibatalkan. Sebab apabila perjanjian itu
batal demi hukum maka tidak ada suatu perikatan hukum yang dilahirkan karenanya, sehingga tentu saja tidak dapat dihapus.
ad.9. Berlakunya syarat batal Yang dimaksud dengan berlakunya syarat batal ialah syarat yang
apabila dipenuhi akan menghentikan atau mengakhiri perjanjiannya, dan membawa segala sesuatu kembali kepada keadaan semula seolah-
olah tidak pernah ada suatu perjanjian. Berlakunya syarat batal ini berkaitan dengan adanya perjanjian bersyarat dengan syarat batal, yaitu
perikatan yang berdasarkan pada peristiwa yang masih akan datang dan yang masih belum tentu terjadi secara membatalkan perikatan.
ad.10. Lewatnya waktu atau verjaring Lewat waktu atau daluwarsa ialah suatu upaya umtuk memperoleh
sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang.
2. Berakhirnya karena Undang-Undang dan Perjanjian