Tabel 4.10 Data Dimensi Perencanaan Saluran B m
y m V
ms Q
m
3
s N
m S
Areal Ha
P
3.50 1.20
1.690 7.099
2.92 0.001248
4170
S1
1.80 0.95
0.589 1.538
1.89 1
0.000198 989
S2
1.20 0.60
0.264 0.190
2.00 1
0.000254 122
T1
0.50 0.50
0.436 0.178
1.00 1
0.000618 127
T2
0.50 0.50
0.436 0.178
1.00 1
0.000618 127
T3
0.30 0.30
0.336 0.078
1.00 1
0.001833 56
T4
0.30 0.30
0.336 0.078
1.00 1
0.001833 56
Sumber: Dinas PU Medan
4.3.2 Karakteristik Saluran Pada Pengukuran
Data dimensi saluran yang diperoleh dari pengukuran dilapangan meliputi data lebar dasar saluran, kedalaman air, kecepatan aliran dan sebagainya. Dari data
dimensi saluran yang telah diukur tersebut akan diperoleh data karakteristik hidrolik saluran, seperti keliling tampang basah, jari-jari hidrolis, kemiringan dasar saluran,
dan sebagainya.
1. Saluran primer B = 3,5 m
y = 1,30 m V = 0,536 ms
Q = 2,448 m
3
s A= 4,543 m
2
P = B+2.y = 3,5 + 2 x 1,30 = 6,096 m R =
= = 0,745 m
S =
⁄
=
⁄
= 1,62079 2. Saluran sekunder titik 1
B = 2,00 m y = 0,99 m V = 0,268 ms
Q = 0,797 m
3
s A= 2,959 m
2
P = B+2y √
= 2,0 + 2 x 0,99 √
= 4,794 m R =
= = 0,617 m
Universitas Sumatera Utara
S =
⁄
=
⁄
= 0,48907 3. Saluran sekunder 2
B = 1,35 m y = 0,64 m V = 0,238ms
Q = 0,315 m
3
s A= 1,281 m
2
P = B+2y √
= 1,35 + 2 x 0,64 √
= 3,922 m R =
= = 0,406 m
S =
⁄
=
⁄
= 0,75198 4. Saluran tersier titik 1
B = 0,90 m y = 0,38 m V = 0,223ms
Q = 0,111m
3
s A= 0,486 m
2
P = B+2y √
= 0,9 + 2 x 0,38 √
= 1.972 m R =
= = 0,247 m
S =
⁄
=
⁄
= 0,32274 5. Saluran tersier titik 2
B = 0,90 m y = 0,37 m V = 0,207ms
Q = 0,098m
3
s A= 0,465 m
2
P = B+2y √
= 0,9 + 2 x 0,37 √
= 1.935 m R =
= = 0,240 m
S =
⁄
=
⁄
= 0,28768 6. Saluran tersier titik 3
B = 0,30 m y = 0,25 m V = 0,140ms
Q = 0,019m
3
s A= 0,137 m
2
P = B+2y √
= 0,3 + 2 x 0,25 √
= 1,001 m R =
= = 0,136 m
Universitas Sumatera Utara
S =
⁄
=
⁄
= 0,27880 7. Saluran tersier titik 4
B = 0,30 m y = 0,24 m V = 0,136ms
Q = 0,018 m
3
s A= 0,132 m
2
P = B+2y √
= 0,3 + 2 x 0,24 √
= 0,987 m R =
= = 0,134 m
S =
⁄
=
⁄
= 0,26948
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Data Dimensi Saluran Pengukuran Lapangan Saluran
Lebar Dasar
Saluran m
Kedalaman Air
m
Kecepatan Aliran
ms Debit
Aliran m
3
s Luas
Penampang m
2
Keliling Tampang
m Jari-Jari
Hidrolis m
Kemiringan Dasar Saluran
P 3,50
1,40 0,577
2,828 4,900
6,300 0,778
1,97076 S1
2,00 1,09
0,278 0,937
3,368 5,083
0,663 0,47920
S2 1,35
0,75 0,273
0,430 1,575
3,471 0,454
0,85652
Priode 1 T1
0,90 0,42
0,259 0,143
0,551 2,082
0,265 0,39537
T2 0,90
0,40 0,239
0,125 0,523
2,037 0,257
0,34889 T3
0,30 0,28
0,151 0,024
0,159 1,081
0,147 0,29455
T4 0,30
0,27 0,145
0,022 0,151
1,052 0,143
0,28007 P
3,50 1,20
0,494 2,068
4,186 6,883
0,608 1,04102
S1 2,00
0,91 0,258
0,679 2,633
4,563 0,577
0,49509 S2
1,35 0,53
0,202 0,200
0,987 2,838
0,348 0,66929
Priode 2 T1
0,90 0,34
0,188 0,079
0,422 1,862
0,226 0,25509
T2 0,90
0,33 0,176
0,071 0,406
1,833 0,221
0,23040 T3
0,30 0,22
0,129 0,015
0,114 0,922
0,124 0,26777
T4 0,30
0,22 0,127
0,015 0,114
0,922 0,124
0,26217 Sumber: Hasil pengukuran dan perhitungan
Persamaan: A = B + m.y y
P = B + 2.y √
A = B . y P = B + 2.y
R =
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Data Dimensi Saluran Pengukuran Lapangan Saluran
Lebar Dasar
Saluran m
Kedalaman Air
m
Kecepatan Aliran
ms Debit
Aliran m
3
s Luas
Penampang m
2
Keliling Tampang
m Jari-jari
Hidrolis m
Kemirangan Dasar Saluran
P 3,50
1,30 0,536
2,448 4,543
6,096 0,745
1,62079 S1
2,00 0,99
0,268 0,797
2,959 4,794
0,617 0,48907
S2 1,35
0,64 0,238
0,315 1,281
3,155 0,406
0,75198 T1
0,90 0,38
0,223 0,111
0,486 1,972
0,247 0,32274
T2 0,90
0,37 0,207
0,098 0,465
1,935 0,240
0,28768 T3
0,30 0,25
0,140 0,019
0,137 1,001
0,136 0,27880
T4 0,30
0,24 0,136
0,018 0,132
0,987 0,134
0,26948 Sumber: Hasil pengukuran dan perhitungan
Persamaan:
A = B + m.y y P = B + 2.y
√ A = B . y
P = B + 2.y R =
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Luas Penampang
Berdasarkan gambar 4.8 grafik perbandingan luas penampang dapat dilihat bahwa luas penampang asal atau luas penampang perencanaan berbeda dengan luas
penampang pengukuran di lapangan. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya proses penggerusan atau pengendapan, sehingga dimensi saluran mengalami perubahan.
Salah satu penyebab terjadinya penggerusan dan pengendapan yaitu terjadinya sedimentasi pada saluran tersebut.
Laju sedimentasi pada saluran irigasi mempengaruhi dimensi saluran, seperti kedalaman air dan lebar dasar saluran. Terjadinya penggerusan pada saluran yang
disebabkan laju sedimentasi akan mengakibatkan kedalaman air dan lebar dasar saluran bertambah besar sehingga luas penampang saluran juga akan bertambah besar
dan terjadinya pengendapan pada saluran yang disebabkan laju sedimentasi akan mengakibatkan kedalaman air dan lebar dasar saluran semakin kecil sehingga luas
penampang saluran juga akan semakin kecil.
P S1
S2 T1
T2 T3
T4 A Perencanaan
4.200 2.613
1.080 0.500
0.500 0.180
0.180 A Pengukuran
4.543 2.959
1.281 0.486
0.465 0.137
0.132 0.000
0.500 1.000
1.500 2.000
2.500 3.000
3.500 4.000
4.500 5.000
Lu a
s P
e n
a m
p a
n g
m
2
Universitas Sumatera Utara
4.4 Perhitungan Energi Spesifik dan Bilangan Froude
Energi spesifik dalam suatu penampang saluran dinyatakan sebagai jumlah energi tekanan dan energi kecepatan di suatu titik pengamatan. Perubahan tinggi
tekanan terhadap energi spesifik dalam suatu penampang saluran merupakan unsur penentu laju pengaliran air pada saluran, dan berpengaruh terhadap kinerja saluran
dalam pendisribusian air irigasi. Pengaruh sedimen terhadap energi spesifik penampang saluran dapat diketahui dari hasil perhitungan mengkombinasikan data
dimensi asal saluran atau data perencanaan dengan data pengukuran di lapangan.
4.4.1 Energi Spesifik Minimum
Energi spesifik minimum merupakan energi spesifik yang diperoleh dengan menggunakan data asalperencanaan yang meliputi data kedalaman air dan kecepatan
aliran. Kedalaman air dan kecepatan aliran tersebut merupakan kedalaman kritis dan kecepatan keritis. Contoh perhitungan energi spesifik minimum pada saluran primer
dengan kedalaman air 1,20 m dan kecepatan aliran 1,69 ms, maka: Emin = y +
= 1,20 + = 1,343 m
Dari Tabel 4.13 Perhitungan Energi Spesifik Saluran diperoleh energi spesifik minimum pada saluran primer, sekunder titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier
titik 2, tersier titik 3, tersier titik 4 secara berturut-turut yaitu 1,343 m; 0,967 m; 0,603 m; 0,510 m; 0,510m; 0,306m; 0,306m.
Universitas Sumatera Utara