m 1
1,07 m 2,00 m
1,40 m
3,50 m
4.1.2 Perhitungan Luas Penampang Saluran
Luas penampang basah diperoleh dari perkalian antara lebar dasar saluran dan kedalaman air. Berdasarkan pengukuran di lapangan, bentuk saluran di ukur pada titik
pengukuran yaitu saluran berbentuk persegi dan berbentuk trapesium. Pada penelitian ini, lebar dasar saluran dianggap sama pada pengukuran priode 1 dan priode 2.
Contoh perhitungan luas penampang basah pada saluran primer dengan lebar dasar saluran 3,50 m dan kedalaman air 1,40 m, serta contoh perhitungan luas penampang
basah pada saluran sekunder titik 1 dengan lebar dasar saluran 2,0 m dan kedalaman air 1,07 m. Maka:
A = B . y = 3,50 x 1,40
= 4,900 m
2
Gambar 4.1 Sketsa Penampang
Saluran Dari Tabel 4.3 Perhitungan luas penampang saluran pengukuran ke-1 pada
saluran primer, sekunder titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier titik 2, tersier titik 3, tersier titik 4 secara berturut-turut diperoleh sebesar 4,900 m
2
; 3,285 m
2
; 1,575 m
2
; 0,551 m
2
; 0,523 m
2
; 0,159 m
2
; 0,151 m
2
dan pada pengukuran ke-2 pada saluran primer, sekunder titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier titik 2, tersier titik 3,
tersier titik 4 secara berturut-turut diperoleh luas penampang saluran sebesar 4,186 m
2
; 2,633 m
2
; 0,987 m
2
; 0,422 m
2
; 0,406 m
2
; 0,114 m
2
; 0,114 m
2
.
Universitas Sumatera Utara
Pada pengukuran ke-1 dan pengukuran ke-2 diperoleh besar luas penampang basah yang berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi kedalaman air pada saluran,
semakin besar kedalaman air maka akan semakin besar luas penampang basah yang diperoleh pada saluran tersebut.
Kedalaman aliran rata-rata saluran pengukuran ke-1 dan pengukuran ke-2 pada saluran primer, sekunder titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier titik 2,
tersier titik 3, tersier titik 4 secara berturut-turut sebesar 1,298 m; 0,988 m; 0,638 m; 0,379 m; 0,366 m; 0,248 m; 0,243 m.
Dari Tabel 4.3 Perhitungan luas penampang saluran pengukuran ke-1 dan pengukuran ke-2 diperoleh rata-rata luas penampang pada saluran primer, sekunder
titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier titik 2, tersier titik 3, tersier titik 4 secara berturut-turut sebesar 4,543 m
2
; 2,959 m
2
; 1,281 m
2
; 0,486 m
2
; 0,465 m
2
; 0,137 m
2
; 0,132 m
2
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Perhitungan Luas Penampang Saluran
Saluran Priode 1
Priode 2 Rata-rata
Lebar dasar
saluran m
Kedalaman air
m Luas
penampang basah
m
2
Lebar dasar
saluran m
Kedalaman air
m Luas
penampang basah
m
2
Kedalaman air
m Luas
penampang basah
m
2
P 3.50
1.40 4.900
3.50 1.20
4.186 1.298
4.543
S1 2.00
1.07 3.285
2.00 0.91
2.633 0.988
2.959
S2 1.35
0.75 1.575
1.35 0.53
0.987 0.638
1.281
T1 0.90
0.42 0.551
0.90 0.34
0.422 0.379
0.486
T2 0.90
0.40 0.523
0.90 0.33
0.406 0.366
0.465
T3 0.30
0.28 0.159
0.30 0.22
0.114 0.248
0.137
T4 0.30
0.27 0.151
0.30 0.22
0.114 0.243
0.132 Sumber: Hasil pengukuran dan perhitungan
Persamaan: A = B.y
A = B + m.y y
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Perhitungan Debit Aliran