Perhitungan Debit Aliran Analisis Debit Aliran

4.1.3 Perhitungan Debit Aliran

Debit aliran diperoleh dengan perkalian antara kecepatan aliran dan luas penampang saluran. Contoh perhitungan debit aliran pada saluran primer pengukuran ke-1 dengan kecepatan aliran 0,577 ms dan luas penampang basah 4,900 m 2 . Maka: Debit Q = V.A = 0,577 x 4,900 = 2,828 m 3 s Dari Tabel 4.4 Perhitungan debit aliran pengukuran ke-1 pada saluran primer, sekunder titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier titik 2, tersier titik 3, tersier titik 4 secara berturut-turut diperoleh debit aliran sebesar 2,828 m 3 s; 0,914 m 3 s; 0,430 m 3 s; 0,143 m 3 s; 0,125 m 3 s; 0,024 m 3 s; 0,022 m 3 s. Pengukuran ke-2 pada saluran primer, sekunder titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier titik 2, tersier titik 3, tersier titik 4 secara berturut-turut diperoleh debit aliran sebesar 2,068 m 3 s; 0,679 m 3 s; 0,200 m 3 s; 0,079 m 3 s; 0,071 m 3 s; 0,015 m 3 s; 0,015 m 3 s. Pada pengukuran ke-1 dan pengukuran ke-2 diperoleh debit aliran yang berbeda, hal ini dikarenakan besarnya luas penampang dan kecepatan aliran yang berbeda, semakin besar kecepatan aliran maka debit aliran pada saluran tersebut juga akan semakin besar. Kecepatan rata-rata dari pengukuran ke-1 dan pengukuran ke-2 pada saluran primer, sekunder titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier titik 2, tersier titik 3, tersier titik 4 secara berturut-turut diperoleh sebesar 0,536 ms; 0,268 ms; 0,238 ms; 0,223 ms; 0,207 ms; 0,140 ms; 0,136 ms. Dari Tabel 4.4 Perhitungan debit aliran pengukuran ke-1 dan ke-2 diperoleh rata-rata debit aliran pada saluran primer, sekunder titik 1, sekunder titik 2, tersier titik 1, tersier titik 2, tersier titik 3, tersier titik 4 secara berturut-turut sebesar 2,448 m 3 s; 0,797 m 3 s; 0,315 m 3 s; 0,111 m 3 s; 0,098 m 3 s; 0,019 m 3 s;0,018 m 3 s. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Perhitungan Debit Aliran Saluran Pengukuran ke-1 Pengukuran ke-2 Rata-rata Kecepatan aliran ms Luas penampang basah m 2 Debit aliran m 3 s Kecepatan aliran ms Luas penampang basah m 2 Debit aliran m 3 s Kecepatan aliran ms Debit aliran m 3 s P 0.577 4.900 2.828 0.494 4.186 2.068 0.536 2.448 S1 0.278 3.285 0.914 0.258 2.633 0.679 0.268 0.797 S2 0.273 1.575 0.430 0.202 0.987 0.200 0.238 0.315 T1 0.259 0.551 0.143 0.188 0.422 0.079 0.223 0.111 T2 0.239 0.523 0.125 0.176 0.406 0.071 0.207 0.098 T3 0.151 0.159 0.024 0.129 0.114 0.015 0.140 0.019 T4 0.145 0.151 0.022 0.127 0.114 0.015 0.136 0.018 Sumber: Hasil pengukuran dan perhitungan Persamaan: Q = V.A Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Debit Rencana Dengan Debit Pengukuran Berdasarkan Gambar 4.2 grafik perbandingan debit rencana dengan debit pengukuran diatas dapat dilihat bahwa debit pengukuran pada saluran primer, sekunder titik 1, tersier titik 1, tersier titik 2, tersier titik 3, tersier titik 4 tidak mencapai debit rencana. Hal ini disebabkan oleh adanya sedimen yang mengendap pada saluran, sesuatu yang menghambat aliran air seperti sampah, potongan-potongan kayu,dan sebagainya sehingga mempengaruhi kecepatan aliran pada saluran. Pada saluran sekunder titik 2 dapat dilihat bahwa debit pengukuran lebih besar dari pada debit rencana. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penggerusan didasar saluran sehingga kedalaman air bertambah serta mempengaruhi luas penampang saluran sehingga mempengaruhi debit aliran. Perbedaan debit saat pengukuran dengan debit rencana dipengaruhi oleh keadaan saluran yang sudah mulai rusak, terjadinya penggerusan atau pengendapan di dasar saluran, kecepatan aliran air yang tidak sesuai lagi dengan perencanaan dan kondisi di sekitar saluran yang mempengaruhi kinerja saluran dalam menyalurkan air irigasi. P S1 S2 T1 T2 T3 T4 Debit Perencanaan 7.099 1.538 0.190 0.178 0.178 0.078 0.078 Debit Pengukuran 2.448 0.797 0.315 0.111 0.098 0.019 0.018 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 D e b it A li ra n m 3 s Debit Perencanaan Debit Pengukuran Universitas Sumatera Utara

4.2 Analisis Sedimentasi