commit to user 25
yang disebut pada poin 1 sampai 4, dikurangi sehingga menjadi sepertiganya.
2 Prosedur penghentian penyidikan Prosedur penghentian penyidikan adalah dengan mengeluarkan
Surat Penetapan Penghentian Penyidikan SP3. Surat tersebut harus diberitahukan kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya
Pasal 109 Ayat 3 KUHAP. Prosedur tersebut merupakan senjata ampuh bagi penyidik untuk membantah penghentian penyidikan di
dalam sidang praperadilan. Penyidik beralasan bahwa belum mengeluarkan surat penetapan penghentian penyidikan SP3.
Menurut Hari Sasangka penghentian penyidikan sudah terjadi secara material semu apabila penyidikan telah berlangsung lama, tanpa
jelas kapan akan dilimpahkan ke penuntut umum Hari Sasangka, 2007: 220
2. Tinjauan tentang Anak a. Pengertian Anak
Pengertian anak menurut Hassan 1983: 518 adalah muda-mudi remaja yang masih dianggap anak-anak, yang masih memerlukan
bimbingan dari orang tuakeluarga serta masih harus belajar banyak baik melalui pendidikan orang tua maupun menimba pengalaman-pengalaman
dalam kehidupan bermasyarakat. Pengertian anak-anakremaja berdasarkan pendapat masyarakat
secara umum adalah mereka yang masih berusia antara 13 tiga belas sampai dengan 15 lima belas tahun dan belum kawin, umumnya masih
tinggal bersama orang tua Ruslan, 2004 : 2354. Sedangkan pengertian anak yang belum dewasa menurut udang-
undang adalah sebagai berikut : Menurut KUH Perdata pasal 330, menerangkan bahwa yang
dikategorikan belum dewasa adalah bagi mereka yang belum genap
commit to user 26
berusia 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin Subekti, 1983 : 93.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Undang- Undang Pokok Perkawinan makna dewasa tersirat dalam pasal 7 yakni
“perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan wanita mencapai umur 16 enam belas tahun.
Pengertian Anak menurut Pasal 1 sub 2 UU No. 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, Anak adalah Seorang yang belum mencapai
umur 21 dua puluh ssatu tahun dan belum kawin. Pengertian Anak menurut Pasal 1 sub 1 UU No. 2 tahun 1988 Tentang Usaha Kesejahteraan
Anak Bagi Anak yang Mempunyai Masalah, Anak adalah Anak yang antara lain tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak terlantar, anak
yang tidak mampu, anak yang mengalami masalah kelakuan, dan anak cacat.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memberikan definisi tentang anak sebagai berikut : setiap manusia yang
berusia di bawah 18 tahun dan belum pernah menikah termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
Sedangkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak memberikan batasan mengenai siapa yang dimaksud dengan anak yaitu
seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dengan demikian pengertian menurut kedua
peraturan ini luas sekali, karena termasuk anak dalam kandunganpun diakui sebagai seorang anak. Tentunya jika kepentingan hukum itu menghendaki.
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak. Dalam pasal 1 angka 1 merumuskan bahwa anak dalam perkara
anak nakal adalah orang yang telah mencapai umur 8 delapan tahun tetapi belum mencapai umur 18 delapan belas tahun dan belum pernah
kawin. Pengertian anak dalam Konvensi Hak Anak diartikan sebagai :
“For purpose of present Convention, a child means every human being
commit to user 27
below the age eighteen years, under the law applicable to the child; majority is attained earlier”. Yang dimaksud dalam Konvensi ini, adalah
setiap orang yang berusia di bawah delapan belas tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak, ditentukan bahwa
usia dewasa dicapai lebih awal. Dengan demikian batasan usia dewasa menurut Konvensi Hak-Hak Anak adalah 18 tahun dengan pengecualian
bahwa kedewasaan tersebut dicapai lebih cepat. Dari segi lain seperti agama maupun segi adat pada umumnya yang
disebutkan sudah dewasa adalah mereka yang jika wanita sudah pernah haid dan jika laki-laki sudah pernah mengeluarkan sperma dalam keadaan
tidak sadar. Hassan, 1983: 519 Sedemikian banyaknya pendapat-pendapat yang saling berbeda-
beda satu sama lain, adalah suatu bukti bahwa betapa pentingnya untuk memahami pengertian tentang anak-anak remaja. Hal ini sangat berkaitan
erat nantinya dengan proses peradilan atau penanggulangan tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja. Dari uraian tersebut penulis
dapat menarik suatu pengertian bahwa anak adalah seorang yang belum mencapai umur delapan belas tahun dan belum pernah kawin jadi
walaupun anak belum mencapai usia delapan belas tahun tetapi sudah menikah maka sudah dapat dikategorikan dewasa.
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat,
martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam
Undang-undang dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa entang Hak-hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak
adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh dan berkembang,
berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
commit to user 28
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial. Untuk melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan terhadap anak
diperlukan dukungan baik yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai oleh karena itu
terhadap anak yang melakukan tindak pidana diperlukan pengadilan anak secara khusus.
Meskipun Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan
kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih
memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut.
Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya
merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Orang tua, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang
dibebankan oleh hukum. Demikian pula dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, negara dan pemerintah bertanggung jawab
menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan terarah.
Undang-undang ini menegaskan bahwa pertangung jawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak- hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah
guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental,
commit to user 29
spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang
potensial, tungguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai leh akhlak mulia dan nilai Pancasila, sertaberkemauan keras menjaga kesatuan dan
persatuan bangsa dan negara. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin,
yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh dan
komprehensif, undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut : non
diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan dan penghargaan terhadap
pendapat anak. Indonesia, sudah memiliki sederet aturan untuk melindungi,
mensejahterakan dan memenuhi hak-hak anak. Indonesia telah mengesahkan Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan
Anak. Seharusnya sudah dapat menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan terhadap perlindungan anak. Indonesia mengesahkan undang-
undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
b. Pertanggungjawaban Pidana Anak