Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menimbulkan kesalahan dalam penafsiran maka ruang lingkup yang akan peneliti kaji dibatasi kepada: “ Peningkatan prestasi belajar akuntansi dengan metode Numbered Heads Together NHT siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 20092010 ”, yang berupa : 1. Prestasi Belajar, dalam hal ini adalah prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 20092010. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah 2. Metode pembelajaran, dalam hal ini adalah metode Numbered Heads Together NHT. Numbered Heads Together NHT adalah salah satu macam metode pembelajaran dimana dalam pelaksanaannya setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, setelah itu secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Peningkatan prestasi belajar akuntansi dengan metode Numbered Heads Together NHT siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 20092010”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: peningkatan prestasi belajar akuntansi dengan metode Numbered Heads Together NHT siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 20092010.

F. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan mampu untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat secara praktis dan secara teoritis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat dalam pengajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran akuntansi. b. Bagi guru Sebagai motivasi dan media alternatif dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. c. Bagi peneliti Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah penulis terima di bangku kuliah khususnya yang berkaitan dengan akuntansi serta belajar menerapkan metode pembelajaran yang tepat.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan

Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan itu menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak cukup hanya tumbuh dan berkembang dengan dorongan instingnya saja, melainkan perlu bimbingan dan pengarahan dari luar dirinya pendidikan agar ia menjadi manusia purna dan hanya manusialah yang memerlukan pendidikan. Pendidikan merupakan komponen penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusian di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradapan manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan. Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis dengan tujuan menggali dan mengembangkan potensi-potensi dalam diri manusia. Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy , yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Dalam bahasa Inggris, menurut Noeng Muhadjir dalam Wiji Suwarno 2006: 19, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Menurut Ahmad D. Marimba dalam Hasbullah 1997: 3, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Sedangkan Soedomo Hadi 2005: 18 dalam buku Pengantar Pendidikan mengatakan, ”Pendidikan itu adalah pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggungjawab kepada anak didik”. 8 Proses pendidikan itu sendiri melibatkan banyak hal yang dijabarkan dalam komponen-komponen pendidikan. Menurut Wiji Suwarno 2006: 33-48 komponen-komponen pendidikan terdiri dari: 1 Tujuan 2 Peserta didik 3 Pendidik 4 Alat 5 Lingkungan Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai pendidikan. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mngembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sedangkan pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang membantu pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya pendidikan, yang meliputi: lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang diberikan oleh seorang pendidik kepada anak didik agar anak didik memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan hidupnya. Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan banyak komponen didalamnya dimana masing-masing komponen saling berkaitan membentuk suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan juga merupakan usaha suatu bangsa dalam memajukan generasi mudanya, jadi pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan secara formal atau melalui lembaga pendidikan, yaitu sekolah, perguruan tinggi, dan seterusnya.

2. Proses Belajar – Mengajar

a. Hakikat Belajar – Mengajar

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Dalam kegiatan belajar – mengajar, anak adalah sebagai subyek dan obyek dalam kegiatan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar, belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas belajar yang dilakukan oleh seseorang dengan tanpa melibatkan guru. Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada didik atau objek didik maka tidak akan ada yang diajar. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik. Menurut Nana Sudjana dalam Aswan Zain 1995: 45, “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar”. Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar-mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi dalam Aswan Zain 1995: 46 sebagai berikut: 1. Belajar-mengajar memiliki tujuan 2. Ada suatu prosedur yang direncanakan 3. Kegiatan belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus 4. Ditandai dengan aktivitas anak didik 5. Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing 6. Dalam kegiatan belajar-mengajar membutuhkan disiplin 7. Ada batas waktu 8. Evaluasi

b. Pengertian Belajar

Usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan dari yang tidak bisa menjadi bisa disebut dengan belajar. Apabila perubahan itu merubah sama sekali cara berpikir kita, maka hal ini akan melibatkan perubahan dalam tujuan dan arah kehidupan kita. Dalam pendidikan formal, belajar merupakan aktivitas yang penting, karena keberhasilan suatu sekolah dalam menghasilkan lulusan berkualitas tinggi tercermin oleh keberhasilan siswa dalam proses belajarnya. Belajar merupakan kegiatan individu yang dilakukan sepanjang usia. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang meliputi perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan dan perubahan pada aspek lain pada individu yang belajar. Menurut Slameto 1995: 2 bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hilgrad dan Bower dalam Ngalim Purwanto 1990: 84 mengemukakan bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. Sedangkan menurut Gage dan Berliner dalam Nana Syaodih S 2003: 156, “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman”. Travers dalam Agus Suprijono 2009: 2 mendefinisikan bahwa “Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang mengarah pada keadaan yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman dan bersifat menatap dalam tingkah laku individu. Belajar merupakan suatu perubahan, namun tidak setiap perubahan yang terjadi dalam individu merupakan hasil dari proses belajar. Suatu perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar apabila memiliki ciri- ciri tertentu. Ciri-ciri proses belajar menurut Slameto 1995: 79 adalah: 1. Perubahan terjadi secara sadar 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional 3. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5. Perubahan dalam belajar terarah 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Dari ciri-ciri perubahan tingkah tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, suatu keberhasilan dan kegagalan merupakan suatu masalah yang selalu akan dihadapi oleh subyek belajar. Keberhasilan dan kegagalan ini sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar individu, terdiri dari faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan dari individu yang belajar. Menurut Slameto 1995: 54-71, faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya belajar yang dilakukan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, faktor ini dibedakan lagi menjadi: a Faktor jasmaniah b Faktor psikologis c Faktor kelelahan 2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri individu yang sedang belajar, faktor ini dibagi menjadi: a Faktor keluarga b Faktor sekolah c Faktor masyarakat Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang sangat penting dalam menentukan hasil belajar. Hal tersebut dapat dimengerti karena siswa merupakan subyek utama yang menjadi sasaran dalam proses belajar. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman belajar dan latihan. Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam memajukan minat dan rasa suka siswa terhadap mata pelajaran yang akan disampaikan, khususnya mata pelajaran akuntansi, sehingga siswa akan selalu ingin belajar dan terus belajar tanpa ada rasa terpaksa. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu, meliputi faktor keluarga, keadaan awal, guru dan cara mengajarnya, alat yang digunakan dalam mengajar, dan lingkungan sekolah. Ngalim Purwanto, 1997:102 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari dua faktor yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri individu yang disebut dengan faktor intern dan faktor yang berasal dari luar individu yang disebut dengan faktor ekstern.

d. Prinsip – prinsip Belajar

Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, dimulai sejak dalam ayunan sampai liang lahat. Apa yang dipelajari dan bagaimana cara belajarnya pada setiap fase perkembangan berbeda-beda. Banyak teori yang membahas masalah belajar. Tiap teoti bertolak dari asumsi atau anggapan dasar tertentu tentang belajar. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak terdapat perbedaan konsep dan pandangan serta praktek dari belajar. Meskipun demikian ada beberapa pandangan umum yang sama atau relatif sama diantara konsep-konsep tersebut. Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai suatu prinsip belajar. Prinsip – prinsip belajar menurut Nana Syaodih S 2003:165 antara lain adalah: 1. Belajar merupakan bagian dari perkembangan. 2. Belajar berlangsung seumur hidup. 3. Keberhasilan belajar dipengaruhi faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. 4. Belajar mencakup semua aspek kehidupan. 5. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu. 6. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru. 7. Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. 8. Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks. 9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. 10. Untuk kegiatan belajar mengajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.

3. Prestasi Belajar Akuntansi

a. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar sebab dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Cara untuk menilai kemampuan siswa diwujudkan dalam bentuk nilai yang berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu Sutratinah Tirto Nagoro, 2001: 41. Sedangkan menurut Nana Sudjana 2000: 100 menjelaskan “Hasil yang diperoleh dari proses belajar disebut pencapaian belajar atau prestasi belajar.” Dengan kata lain, prestasi belajar atau disebut pencapaian belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Prestasi belajar dapat dibedakan menjadi lima aspek yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto 2002: 32 “Prestasi belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu : kognitif, Afektif dan psikomotorik”. Aspek kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu : gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.

b. Mata Pelajaran Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa SMA khususnya jurusan IPS. Akuntansi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Bidang studi akuntansi ini merupakan salah satu mata pelajaran yang penting karena dalam kehidupan sehari–hari baik itu dalam rumah tangga ataupun dalam suatu perusahaan, manusia tidak lepas dari transaksi-transaksi keuangan. Fungsi mata pelajaran ini di SMA adalah memberikan bekal pengetahuan dasar mengenai akuntansi keuangan. American Institute of Certified Public Accountans AICPA dalam Slamet Sugiri 1992: 4 mendefinisikan akuntansi sebagai: “Seni mencatat, menggolongkan, dan meringkas transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang dapat dimengerti dan dalam satuan uang, serta menafsirkan hasil-hasilnya.” Berdasarkan definisi Akuntansi menurut AICPA tersebut, Slamet Sugiri 1992: 4 menyatakan ada tiga aspek penting, masing-masing adalah: 1. Akuntansi adalah suatu proses, yaitu proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi. Yang dimaksud transaksi keuangan adalah kejadian dan peristiwa yang mempengaruhi harta, utang, dan modal perusahaan lembaga ekonomi. 2. Akuntansi memproses transaksi keuangan dengan cara yang mempunyai pola tertentu bukan sembarang atau acak-acakan dan menggunakan satuan uang sebagai alat pengukur. 3. Akuntansi tidak sekedar proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan belaka, melainkan meliputi juga penafsiran terhadap hasil dan proses-proses tersebut. American Accounting Association AAA dalam Slamet Sugiri 1992: 4 akuntansi adalah “Proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penelitian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah kegiatan pencatatan, penggolongan, pengukuran, pelaporan transaksi keuangan dengan cara tertentu. Akuntansi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan tanggung jawab dibidang keuangan, baik oleh pelaku ekonomi swasta Akuntansi Perusahaan, pemerintah Akuntansi Pemerintah, ataupun organisasi masyarakat lainnya Akuntansi Publik. Program pengajaran akuntansi Sekolah Menengah Atas SMA berfungsi mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatat, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan perusahaan dan penyusunan laporan keuangan secara benar menurut prinsip akuntansi.

c. Prestasi Belajar Akuntansi

Prestasi belajar akuntansi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang dicapai siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo. Prestasi belajar akuntansi dapat diketahui dari tes yang diberikan tiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Prestasi belajar ini berupa nilai akhir dari penyajian materi akuntansi yang diberikan dengan menggunakan metode Numbered Heads Together, ditambah dengan penilaian keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Nilai akhir dari prestasi belajar Akuntansi tiap akhir siklus pelaksanaan tindakan memiliki komposisi perbandingan prosentase 70 dari nilai evaluasi akhir siklus pelaksanaan tindakan dan 30 dari nilai keaktifan siswa.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya. Anita Lie 2008: 27, mengistilahkan pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran gotong royong, menurutnya “Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah falsafah homo hominine socius” . Falsafah ini menekankan pada pemahaman bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia harus bekerja sama, karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan kegiatan belajar, setiap siswa tidak dapat melakuakn kegiatan belajar tanpa adanya kerja sama dengan siswa yang lain. Muhammad Nur 2005: 2 menyatakan bahwa “Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda yang berada di kelas, dan siswa penyandang cacat bila ada.” Pengajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman mereka Slavin, 2008: 4. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja bersama-sama di antara anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerjama dengan siswa lain dalam menentukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap materi pelajaran yang dihadapi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah metode pengajaran yang membagi siswa menjadi kelompok kecil yang heterogen agar setiap anggota dapat bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran melalui kegiatan yang bersifat aktif yaitu, mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, dan membuat keputusan secara bersama.

b. Metode-metode Pembelajaran Kooperatif

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tugas utama guru adalah menciptakan suasana proses belajar mengajar di dalam kelas agar terjadi interaksi kegiatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. Salah satu keberhasilan belajar tergantung pada metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tujuan belajar dapat tercapai, guru harus memiliki strategi-strategi tertentu. Salah satu langkah untuk memiliki strategi tersebut adalah penguasaan terhadap teknik- teknik penyajian atau biasa disebut dengan metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru. Menurut Slavin 2008: 10-26 metode-metode pembelajaran kooperatif tersebut meliputi: 1 Student Team-Achivment Division STAD yang menggunakan langkah pembelajaran di kelas dengan menempatkan siswa ke dalam tim campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyampaikan materi, kemudian siswa dalam tim mereka memastikan bahwa semua anggota timnya dapat menguasai pelajaran. Selanjutnya siswa mengerjakan kuis. Tim yang skornya dapat memenuhi kriteria akan mendapatkan penghargaan. 2 Teams Games Tournament TGT hampir sama dengan STAD tetapi kuis yang ada pada STAD diganti dengan turnamen mingguan dimana siswa memainkan permainan akademik dengan tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. 3 Jigsaw II yang merupakan pengembangan dari teka-teki. Dalam metode jigsaw siswa dikelompokkan ke dalam tim beranggotakan enam orang yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa subbab. Tiap anggota tim ditugaskan menjadi ahli untuk aspek tertentu dari subbab. 4 Team Accelerated Instruction TAI yang merupakan metode pembelajaran koopertif yang lebih menekankan pengajaran individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif . 5 Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC yang digunakan untuk pembelajaran membaca dan menulis tingkat tinggi . Siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif. 6 Group Investigation penelitian kelompok merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang bercirikan penemuan. Sharan dan Sharan dalam Slavin 2008: 24 menyatakan bahwa “ Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.” 7 Learning Together yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa heterogen untuk menangani tugas tertentu dan akan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. 8 Complex Instruction merupakan metode pengajaran kooperatif yang berorientasi pada penemuan. Fokus utama dari Complex Instruction pada membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki siswa. 9 Structur Dyadic Method merupakan metode pengajaran kooperatif berstuktur melibatkan kelompok yang memiliki kebebasan tertentu dalam menentukan bagaimana mereka akan bekerja sama. Metode-metode pembelajaran kooperatif menurut Isjoni 2009:67-69 adalah: 1 Teknik Mencari Pasangan Make a Match , yaitu teknik yang dikembangkan oleh Loma Curran 1994. Dalam teknik ini siswa mencari pasangan sambil belajar. 2 Bertukar pasangan, metode ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. 3 Berpikir Berpasangan Berempat Think-Pare-Share . Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama denan orang lain. 4 Berkirim salam dan soal. Metode ini memberi kesempatan siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. 5 Kepala Bernomor Numbered Heads , metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. 6 Kepala Bernomor Terstruktur yang merupakan modifikasi dari Kepala Bernomor. 7 Dua Tinggal Dua Tamu Two Stay Two Stray . Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil kepada kelompok yang lain. 8 Keliling Kelompok, dalam metode ini masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pendapat orang lain. 9 Kancing Gemerincing, dalam metode ini masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pendapat orang lain. 10 Keliling Kelas, metode ini memberi kesempatan siswa untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja orang lain. 11 Lingkaran Kecil Lingkaran Besar Inside-Outside Circle , yang memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. 12 Tari Bambu yang merupakan modifikasi dari Lingkaran Kecil Lingkaran Besar. 13 Jigsaw, dalam metode ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu mengaktifkan skemata. 14 Bercerita Berpasangan yang dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar dan bahan pengajaran.

5. Metode

Numbered Heads Together NHT Ada berbagai metode pengajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi. Salah satu metode pengajaran yang ada adalah metode pengajaran kooperatif. Dalam metode pengajaran kooperatif terdapat sejumlah teknik atau tipe yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif itu adalah Numbered Heads Together NHT. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Anita Lie 2008:59 menyatakan bahwa “Teknik belajar mengajar kepala bernomor Numbered Head memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Isjoni 2009: 68 menyatakan “Teknik kepala bernomor memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka”. Metode NHT termasuk metode pengajaran struktural yang memiliki dasar filosofis metode konstruktivistik. Konstruktivistik dimulai dari masalah untuk selanjutnya berdasarkan bantuan guru, siswa dapat menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Pembelajaran yang bernaung dalam metode konstruktivistik adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Depdiknas 2005:39. Berdasarkan tiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran NHT adalah salah satu tipe pengajaran kooperatif yang memiliki dasar filosofis pada metode konstruktivistik yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat , membagikan ide serta meningkatkan semangat kerjasama siswa. Nurhadi, dkk 2003:66 berpendapat bahwa metode NHT dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh siswa, guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut: a. Penomoran Numbering yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan memberikan mereka nomor sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda; b. Pengajuan pertanyaan Questioning yaitu guru mengajikan pertanyaan kepada siswa; c. Berfikir bersama Heads Together yaitu para siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap siswa mengetahui jawaban tersebut; d. Pemberian jawaban Answering yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Agus Suprijono 2009:92 menyatakan bahwa metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering, guru membagi kelas menjadi kelompok- kelompok kecil. Tiap-tiap anggota kelompok diberi nomor yang berbeda. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberap pertanyaan. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together ” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Muhammad Nur 2005:75 menyatakan bahwa “ Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan varian dari diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok”. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini, yaitu : 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 5. Anita Lie, 2008 : 60 Langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada mata pelajaran akuntansi dengan metode Numbered Heads Together ini adalah sebagai berikut: 1 Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengabsen kehadiran siswa. 2 Guru menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas. 3 Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari kemudian memberikan contoh soal dan mendemonstrasikan cara mencatat dan membuat jurnal penyesuaian. 4 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. 5 Guru membagi 43 siswa menjadi 8 kelompok, serta pemberian nomor untuk setiap anggota kelompok. 6 Guru memberikan Lembar Kegiatan kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. 7 Guru dan siswa mengadakan kegiatan diskusi untuk membahas jawaban lembar kegiatan yang telah diberikan. 8 Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dengan cara memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang telah diberikan. 9 Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan. 10 Guru menutup pelajaran dengan salam.

B. Penelitian Yang Relevan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

The Effectiveness of Numbered Heads Together Technique (NHT) Toward Students’ Reading Ability on Descriptive Text A Quasi Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Tangerang Selatan in Academic Year 2013/2014

1 9 128

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 3 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 2010

0 4 105

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN METODE PENGAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IS 4 SMA NEGERI I KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2009 2010

0 4 111

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA XI IPS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 8