C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menimbulkan kesalahan dalam penafsiran maka ruang lingkup yang akan peneliti kaji dibatasi kepada:
“  Peningkatan  prestasi  belajar  akuntansi    dengan  metode
Numbered  Heads Together
NHT
siswa  kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran
20092010 ”, yang berupa :
1. Prestasi Belajar, dalam hal ini adalah prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI
IPS  1  SMA  Negeri  2  Sukoharjo  Tahun  Ajaran  20092010.  Prestasi  belajar adalah  hasil  belajar  yang  telah  dicapai  peserta  didik  yang  dinyatakan  dalam
bentuk  angka,  huruf,  simbol  maupun  kalimat  selama  mengikuti  kegiatan belajar mengajar di sekolah
2. Metode  pembelajaran,  dalam  hal  ini  adalah  metode
Numbered  Heads Together
NHT. Numbered Heads Together
NHT adalah salah satu macam metode  pembelajaran  dimana  dalam  pelaksanaannya  setiap  siswa  diberi
nomor  kemudian  dibuat  suatu  kelompok,  setelah  itu  secara  acak  guru memanggil nomor dari siswa.
D. Perumusan Masalah
Perumusan  masalah  dalam  penelitian  ini  adalah:  “Peningkatan  prestasi belajar akuntansi  dengan metode
Numbered Heads Together NHT
siswa  kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 20092010”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui:  peningkatan  prestasi  belajar akuntansi  dengan metode
Numbered Heads Together NHT
siswa  kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 20092010.
F. Manfaat Penelitian
Dalam  suatu  penelitian  diharapkan  mampu  untuk  menghasilkan  sesuatu yang  bermanfaat.  Hasil  dari  penelitian  yang  dilakukan  ini  diharapkan  akan
memberikan manfaat secara praktis dan secara teoritis, yaitu: 1.
Manfaat Teoritis a.
Hasil  penelitian  ini  dapat  dipergunakan  untuk  referensi  penelitian selanjutnya yang relevan.
b. Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menambah  dan  mengembangkan
pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat dalam pengajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memberikan  kemudahan  bagi  siswa  dalam  mempelajari  ilmu  pengetahuan sehingga  siswa  dapat  meningkatkan  prestasi  belajar  pada  mata  pelajaran
akuntansi. b.
Bagi guru Sebagai  motivasi  dan  media  alternatif  dalam  upaya  peningkatan  kualitas
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. c.
Bagi peneliti Untuk  menerapkan  ilmu  pengetahuan  yang  telah  penulis  terima  di  bangku
kuliah  khususnya  yang  berkaitan  dengan  akuntansi  serta  belajar menerapkan metode pembelajaran yang tepat.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan
Masalah  pendidikan  adalah  masalah  yang  sangat  penting  bagi  manusia, karena  pendidikan  itu  menyangkut  kelangsungan  hidup  manusia.  Manusia  muda
tidak  cukup  hanya  tumbuh  dan  berkembang  dengan  dorongan  instingnya  saja, melainkan perlu bimbingan dan pengarahan dari luar dirinya pendidikan agar ia
menjadi  manusia  purna  dan  hanya  manusialah  yang  memerlukan  pendidikan. Pendidikan  merupakan  komponen  penting  dalam  menciptakan  sumber  daya
manusia  yang  berkualitas.  Pendidikan  adalah  laksana  eksperimen  yang  tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusian di dunia ini.
Dikatakan  demikian,  karena  pendidikan  merupakan  bagian  dari  kebudayaan  dan peradapan  manusia  yang  terus  berkembang.  Hal  ini  sejalan  dengan  pembawaan
manusia  yang  memiliki  potensi  kreatif  dan  inovatif  dalam  segala  bidang kehidupan.
Pendidikan  adalah  kegiatan  yang  dilakukan  secara  sengaja  dan  sistematis dengan tujuan menggali dan mengembangkan potensi-potensi dalam diri manusia.
Istilah  pendidikan  berasal  dari  bahasa  Yunani,
Paedagogy
,  yang  mengandung makna  seorang  anak  yang  pergi  dan  pulang  sekolah  diantar  seorang  pelayan.
Dalam bahasa Inggris, menurut Noeng Muhadjir dalam Wiji Suwarno 2006: 19, pendidikan  diistilahkan
to  educate
yang  berarti  memperbaiki  moral  dan  melatih intelektual. Menurut Ahmad D. Marimba dalam Hasbullah 1997: 3, “Pendidikan
adalah  bimbingan  secara  sadar  oleh  si  pendidik  terhadap  perkembangan  jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian  yang utama”. Sedangkan
Soedomo  Hadi  2005:  18  dalam  buku  Pengantar  Pendidikan  mengatakan, ”Pendidikan  itu  adalah  pengaruh,  bantuan  atau  tuntunan  yang  diberikan  oleh
orang yang bertanggungjawab kepada anak didik”.
8
Proses  pendidikan  itu  sendiri  melibatkan  banyak  hal  yang  dijabarkan dalam  komponen-komponen  pendidikan.  Menurut  Wiji  Suwarno  2006:  33-48
komponen-komponen pendidikan terdiri dari: 1
Tujuan 2
Peserta didik 3
Pendidik 4
Alat 5
Lingkungan Tujuan  pendidikan  merupakan  sesuatu  yang  ingin  dicapai  pendidikan.
Peserta  didik  adalah  anggota  masyarakat  yang  berusaha  mngembangkan  potensi diri  melalui  proses  pembelajaran  yang  tersedia  pada  jalur,  jenjang  dan  jenis
pendidikan  tertentu.  Sedangkan  pendidik  adalah  orang  yang  dengan  sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.
Alat  pendidikan  adalah  hal  yang  tidak  saja  membuat  kondisi-kondisi  yang memungkinkan  terlaksananya  pekerjaan  mendidik,  tetapi  juga  mewujudkan  diri
sebagai  perbuatan  atau  situasi  yang  membantu  pencapaian  tujuan  pendidikan. Lingkungan  pendidikan  adalah  lingkungan  yang  melingkupi  terjadinya
pendidikan, yang meliputi: lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari  pendapat  diatas  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  pendidikan  adalah
suatu  proses  pembelajaran  yang  diberikan  oleh  seorang  pendidik  kepada  anak didik  agar  anak  didik  memiliki  keterampilan  untuk  mencapai  tujuan  hidupnya.
Pendidikan  merupakan  suatu  proses  yang  kompleks  yang  melibatkan  banyak komponen  didalamnya  dimana  masing-masing  komponen  saling  berkaitan
membentuk suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan juga merupakan usaha  suatu  bangsa  dalam  memajukan  generasi  mudanya,  jadi  pendidikan  yang
dimaksud  disini  adalah  pendidikan  secara  formal  atau  melalui  lembaga pendidikan, yaitu sekolah, perguruan tinggi, dan seterusnya.
2. Proses Belajar – Mengajar
a. Hakikat Belajar – Mengajar
Belajar  mengajar  adalah  suatu  kegiatan  yang  bernilai  edukatif.  Nilai edukatif  mewarnai  interaksi  yang  terjadi  antara  guru  dengan  anak  didik.
Interaksi  yang  bernilai  edukatif  dikarenakan  kegiatan  belajar-mengajar  yang dilakukan,  diarahkan  untuk  mencapai  tujuan  tertentu  yang  telah  dirumuskan
sebelum  pengajaran  dilakukan.  Guru  dengan  sadar  merencanakan  kegiatan pengajarannya  secara  sistematis  dengan  memanfaatkan  segala  sesuatunya
guna kepentingan pengajaran. Dalam  kegiatan  belajar  –  mengajar,  anak  adalah  sebagai  subyek  dan
obyek  dalam  kegiatan  pengajaran.  Tujuan  pengajaran  tentu  saja  akan  dapat tercapai  jika  anak  didik  berusaha  secara  aktif  untuk  mencapainya.  Belajar
pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan  aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak
semua perubahan termasuk kategori belajar. Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah
anak  didik.  Berbeda  dengan  belajar,  belajar  tidak  selamanya  memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas belajar yang dilakukan oleh
seseorang dengan tanpa melibatkan guru. Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada didik atau
objek  didik  maka tidak  akan ada  yang diajar. Guru  yang mengajar dan  anak didik  yang  belajar  adalah  dwi  tunggal  dalam  perpisahan  raga  jiwa  bersatu
antara guru dan anak didik. Menurut Nana Sudjana dalam Aswan Zain 1995: 45, “Mengajar pada  hakikatnya  adalah  suatu  proses,  yaitu proses  mengatur,
mengorganisasi  lingkungan  yang  ada  disekitar  anak  didik,  sehingga  dapat menumbuhkan  dan  mendorong  anak  didik  melakukan  proses  belajar.  Pada
tahap  berikutnya  mengajar  adalah  proses  memberikan  bimbingan  bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar”.
Sebagai  suatu  proses  pengaturan,  kegiatan  belajar-mengajar  tidak terlepas  dari  ciri-ciri  tertentu,  yang  menurut  Edi  Suardi  dalam  Aswan  Zain
1995: 46 sebagai berikut:
1. Belajar-mengajar memiliki tujuan
2. Ada suatu prosedur yang direncanakan
3. Kegiatan belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus 4.
Ditandai dengan aktivitas anak didik 5.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing 6.
Dalam kegiatan belajar-mengajar membutuhkan disiplin 7.
Ada batas waktu 8.
Evaluasi
b. Pengertian Belajar
Usaha  yang  dilakukan  oleh  manusia  untuk  memperoleh  perubahan dari yang tidak bisa menjadi bisa disebut dengan belajar. Apabila perubahan
itu  merubah  sama  sekali  cara  berpikir  kita,  maka  hal  ini  akan  melibatkan perubahan  dalam tujuan  dan arah  kehidupan  kita. Dalam pendidikan  formal,
belajar merupakan  aktivitas  yang penting, karena keberhasilan suatu sekolah dalam  menghasilkan  lulusan  berkualitas  tinggi  tercermin  oleh  keberhasilan
siswa dalam proses belajarnya. Belajar  merupakan  kegiatan  individu  yang  dilakukan  sepanjang  usia.
Belajar  ditandai  dengan  adanya  perubahan  tingkah  laku  pada  diri  seseorang yang  meliputi  perubahan  pengetahuan,  pemahaman,  sikap,  keterampilan  dan
perubahan  pada  aspek  lain  pada  individu  yang  belajar.  Menurut  Slameto 1995: 2 bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk  memperoleh  suatu  perubahan  tingkah  laku  yang  baru  secara keseluruhan  sebagai  hasil  pengalamannya  sendiri  dalam  interaksi  dengan
lingkungannya”.  Hilgrad  dan  Bower  dalam  Ngalim  Purwanto  1990:  84 mengemukakan bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang  berulang-ulang  dalam  situasi  itu,  dimana  perubahan  tingkah  laku  itu
tidak  dapat  dijelaskan  atau  dasar  kecenderungan  respon  pembawaan, kematangan,  atau  keadaan  sesaat  seseorang  misalnya  kelelahan,  pengaruh
obat,  dan  sebagainya.  Sedangkan  menurut  Gage  dan  Berliner  dalam  Nana Syaodih S 2003: 156, “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
yang  muncul  karena  pengalaman”.  Travers  dalam  Agus  Suprijono  2009:  2 mendefinisikan  bahwa  “Belajar  adalah  proses  menghasilkan  penyesuaian
tingkah laku”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa  belajar  adalah  proses  perubahan  tingkah  laku  yang  mengarah  pada keadaan  yang  lebih  baik  melalui  interaksi  dengan  lingkungan  sebagai  hasil
dari  latihan  dan  pengalaman  dan  bersifat  menatap  dalam  tingkah  laku individu.
Belajar  merupakan  suatu  perubahan,  namun  tidak  setiap  perubahan yang  terjadi  dalam  individu  merupakan  hasil  dari  proses  belajar.  Suatu
perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar apabila memiliki ciri- ciri tertentu. Ciri-ciri proses belajar menurut Slameto 1995: 79 adalah:
1. Perubahan terjadi secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional
3. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar terarah
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dari  ciri-ciri  perubahan  tingkah  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila,
mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan pada  diri  seseorang.  Dalam  kegiatan  belajar,  suatu  keberhasilan  dan
kegagalan  merupakan  suatu  masalah  yang  selalu  akan  dihadapi  oleh  subyek belajar.  Keberhasilan  dan  kegagalan  ini  sendiri  dapat  dipengaruhi  oleh
berbagai  faktor.  Faktor  yang  mempengaruhi  belajar  individu,  terdiri  dari faktor  internal  yaitu  faktor  yang  berasal  dari  dalam  diri  individu  dan  faktor
eksternal,  yaitu  faktor  yang  berasal  dari  lingkungan  dari  individu  yang
belajar.  Menurut  Slameto  1995:  54-71,  faktor-faktor  yang  mempengaruhi berhasil  tidaknya  belajar  yang  dilakukan  dapat  digolongkan  menjadi  dua,
yaitu : 1.
Faktor  internal  adalah  faktor  yang berasal dari dalam diri  individu  yang sedang belajar, faktor ini dibedakan lagi menjadi:
a Faktor jasmaniah
b Faktor psikologis
c Faktor kelelahan
2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri individu yang sedang
belajar, faktor ini dibagi menjadi: a
Faktor keluarga b
Faktor sekolah c
Faktor masyarakat Faktor  jasmaniah  meliputi  faktor  kesehatan  dan  cacat  tubuh.  Faktor
psikologis  meliputi:  intelegensi,  perhatian,  minat,  bakat,  motif,  kematangan, kesiapan.  Faktor  keluarga  terdiri  dari  cara  orang  tua  mendidik,  relasi  antar
anggota  keluarga,  suasana  rumah,  keadaan  ekonomi  keluarga,    pengertian orang  tua,  latar  belakang  kebudayaan.  Faktor  sekolah  meliputi:  metode
mengajar,    kurikulum,  relasi  guru  dengan  siswa,  relasi  siswa  dengan  siswa, disiplin  sekolah,  alat  pelajaran,  waktu  sekolah,  standar  pelajaran  di  atas
ukuran,  keadaan  gedung,  metode  belajar,  tugas  rumah.  Faktor  masyarakat meliputi:  kegiatan  siswa  dalam  masyarakat,  mass  media,  teman  bergaul,
bentuk kehidupan masyarakat. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang  sangat  penting  dalam  menentukan  hasil  belajar.  Hal  tersebut  dapat dimengerti  karena  siswa  merupakan  subyek  utama  yang  menjadi  sasaran
dalam  proses  belajar.  Belajar  adalah  suatu  bentuk  pertumbuhan  atau perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku  yang baru berkat pengalaman belajar dan latihan. Dalam hal ini  peran  guru  sangat  penting  dalam  memajukan  minat  dan  rasa  suka  siswa
terhadap  mata  pelajaran  yang  akan  disampaikan,  khususnya  mata  pelajaran
akuntansi, sehingga siswa akan selalu ingin belajar dan terus belajar tanpa ada rasa terpaksa. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu, meliputi
faktor  keluarga,  keadaan  awal,  guru  dan  cara  mengajarnya,  alat  yang digunakan  dalam  mengajar,  dan  lingkungan  sekolah.  Ngalim  Purwanto,
1997:102 Berdasarkan  beberapa  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa
faktor-faktor  yang mempengaruhi belajar terdiri dari dua faktor  yaitu: faktor yang  berasal  dari  dalam  diri  individu  yang  disebut  dengan  faktor  intern  dan
faktor yang berasal dari luar individu yang disebut dengan faktor ekstern.
d. Prinsip – prinsip Belajar
Belajar  seperti  halnya  perkembangan  berlangsung  seumur  hidup, dimulai  sejak  dalam  ayunan  sampai  liang  lahat.  Apa  yang  dipelajari  dan
bagaimana  cara  belajarnya  pada  setiap  fase  perkembangan  berbeda-beda. Banyak teori yang membahas masalah belajar. Tiap teoti bertolak dari asumsi
atau  anggapan  dasar  tertentu  tentang  belajar.  Oleh  karena  itu  tidaklah mengherankan  apabila  banyak  terdapat  perbedaan  konsep  dan  pandangan
serta praktek dari belajar. Meskipun demikian ada beberapa pandangan umum yang  sama  atau  relatif  sama  diantara  konsep-konsep  tersebut.  Beberapa
kesamaan  ini  dipandang  sebagai  suatu  prinsip  belajar.  Prinsip  –  prinsip belajar menurut Nana Syaodih S 2003:165 antara lain adalah:
1. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
2. Belajar berlangsung seumur hidup.
3. Keberhasilan  belajar  dipengaruhi  faktor-faktor  bawaan,  faktor
lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. 4.
Belajar mencakup semua aspek kehidupan. 5.
Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu. 6.
Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru. 7.
Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. 8.
Perbuatan  belajar  bervariasi  dari  yang  paling  sederhana  sampai dengan yang sangat kompleks.
9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
10. Untuk  kegiatan  belajar  mengajar  tertentu  diperlukan  adanya  bantuan
atau bimbingan dari orang lain.
3. Prestasi Belajar Akuntansi
a. Prestasi Belajar
Prestasi  belajar  merupakan  hal  yang  penting  dalam  proses  belajar mengajar  sebab  dapat  menjadi  petunjuk  untuk  mengetahui  sejauh  mana
keberhasilan  siswa  dalam  belajar  mengajar  yang  telah  dilaksanakan.  Cara untuk  menilai  kemampuan  siswa  diwujudkan  dalam  bentuk  nilai  yang
berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Prestasi  belajar  adalah  penilaian  hasil  usaha  kegiatan  belajar  dalam
bentuk  simbol,  angka,  huruf,  atau  kalimat  yang  dapat  mencerminkan  hasil yang  sudah  dicapai  oleh  anak  dalam  periode  tertentu  Sutratinah  Tirto
Nagoro,  2001:  41.  Sedangkan  menurut  Nana  Sudjana  2000:  100 menjelaskan  “Hasil  yang  diperoleh  dari  proses  belajar  disebut  pencapaian
belajar atau prestasi belajar.”  Dengan kata lain, prestasi belajar atau disebut pencapaian  belajar    adalah  tingkat  keberhasilan  peserta  didik  selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Prestasi  belajar  dapat  dibedakan  menjadi  lima  aspek  yaitu:
kemampuan  intelektual,  strategi  kognitif,  informasi  verbal,  sikap  dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto 2002: 32 “Prestasi
belajar  dibedakan  menjadi  tiga  aspek,  yaitu  :  kognitif,  Afektif  dan psikomotorik”.  Aspek  kognitif  yang  berkenaan  dengan  hasil  belajar
intelektual  yang  terdiri  dari  enam  aspek  yakni  pengetahuan  atau  ingatan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan
dengan  sifat  yang  terdiri  dari  lima  aspek  yakni  penerimaan,  jawaban  atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu : gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah  hasil belajar  yang telah dicapai peserta didik  yang  dinyatakan
dalam  bentuk  angka,  huruf,  simbol  maupun  kalimat    selama  mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
b.    Mata Pelajaran Akuntansi
Akuntansi  merupakan  salah  satu  mata  pelajaran  yang  diajarkan  pada siswa  SMA  khususnya  jurusan  IPS.  Akuntansi  merupakan  mata  pelajaran
yang  mengkaji  tentang  suatu  sistem  yang  bertujuan  untuk  menghasilkan informasi  berkenaan  dengan  transaksi  keuangan.  Bidang  studi  akuntansi  ini
merupakan  salah  satu  mata  pelajaran  yang  penting  karena  dalam  kehidupan sehari–hari  baik  itu  dalam  rumah  tangga  ataupun  dalam  suatu  perusahaan,
manusia tidak lepas dari transaksi-transaksi keuangan. Fungsi mata pelajaran ini di SMA adalah memberikan bekal pengetahuan dasar mengenai akuntansi
keuangan.
American Institute of Certified Public Accountans
AICPA dalam Slamet  Sugiri  1992:  4  mendefinisikan  akuntansi  sebagai:  “Seni  mencatat,
menggolongkan,  dan  meringkas  transaksi  dan  kejadian  yang  bersifat keuangan  dengan  cara  yang  dapat  dimengerti  dan  dalam  satuan  uang,  serta
menafsirkan hasil-hasilnya.” Berdasarkan  definisi  Akuntansi  menurut  AICPA  tersebut,  Slamet
Sugiri 1992: 4 menyatakan ada tiga aspek penting, masing-masing adalah: 1.
Akuntansi  adalah  suatu  proses,  yaitu  proses  pencatatan,  penggolongan dan  peringkasan  transaksi.  Yang  dimaksud  transaksi  keuangan  adalah
kejadian  dan  peristiwa  yang  mempengaruhi  harta,  utang,  dan  modal perusahaan lembaga ekonomi.
2. Akuntansi memproses transaksi keuangan dengan cara yang mempunyai
pola  tertentu  bukan  sembarang  atau  acak-acakan  dan  menggunakan satuan uang sebagai alat pengukur.
3. Akuntansi  tidak  sekedar  proses  pencatatan,  penggolongan  dan
peringkasan  belaka,  melainkan  meliputi  juga  penafsiran  terhadap  hasil dan proses-proses tersebut.
American Accounting Association
AAA dalam Slamet Sugiri 1992: 4  akuntansi  adalah  “Proses  mengidentifikasi,  mengukur  dan  melaporkan
informasi  ekonomi  untuk  memungkinkan  adanya  penelitian  dan  keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.”
Dari  beberapa  pendapat  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  akuntansi adalah  kegiatan  pencatatan,  penggolongan,  pengukuran,  pelaporan  transaksi
keuangan dengan cara tertentu. Akuntansi  merupakan  mata  pelajaran  yang  mengkaji  tentang  suatu
sistem  untuk  menghasilkan  informasi  berkenaan  dengan  transaksi  keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan
tanggung  jawab  dibidang  keuangan,  baik  oleh  pelaku  ekonomi  swasta Akuntansi  Perusahaan,  pemerintah  Akuntansi  Pemerintah,  ataupun
organisasi  masyarakat  lainnya  Akuntansi  Publik.  Program  pengajaran akuntansi  Sekolah  Menengah  Atas  SMA  berfungsi  mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui  prosedur  pencatatat,  pengelompokan,  pengikhtisaran  transaksi
keuangan  perusahaan  dan  penyusunan  laporan  keuangan  secara  benar menurut prinsip akuntansi.
c.    Prestasi Belajar Akuntansi
Prestasi  belajar  akuntansi  yang  dimaksudkan  dalam  penelitian  ini adalah  prestasi  belajar  yang  dicapai  siswa  kelas  XI  IPS  1  SMA  Negeri  2
Sukoharjo. Prestasi belajar akuntansi dapat diketahui dari tes  yang diberikan tiap  akhir siklus  pelaksanaan tindakan.  Prestasi belajar  ini  berupa nilai akhir
dari penyajian materi akuntansi yang diberikan dengan menggunakan metode
Numbered Heads Together,
ditambah dengan penilaian keaktifan siswa dalam mengikuti  pelajaran.  Nilai  akhir  dari  prestasi  belajar  Akuntansi  tiap  akhir
siklus  pelaksanaan  tindakan  memiliki  komposisi  perbandingan  prosentase 70 dari nilai evaluasi akhir siklus pelaksanaan tindakan dan 30 dari nilai
keaktifan siswa.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran  kooperatif
cooperative  learning
adalah  pendekatan pembelajaran  yang  berfokus  pada  penggunaan  kelompok  kecil  siswa  untuk
bekerjasama  dalam  memaksimalkan  kondisi  belajar  untuk  mencapai  tujuan belajar.
Model  pembelajaran  kooperatif  menciptakan  sebuah  revolusi pembelajaran  di  kelas.  Tidak  ada  kelas  yang  sunyi  selama  proses
pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan antara  siswa.  Guru  dapat  menciptakan  suatu  lingkungan  kelas  yang  baru
tempat  siswa  secara  rutin  dapat  saling  membantu  satu  sama  lain,  guna menuntaskan  bahan  ajar  pada  akademiknya.  Anita  Lie  2008:  27,
mengistilahkan  pembelajaran  kooperatif  sebagai  pembelajaran  gotong royong,  menurutnya  “Falsafah  yang  mendasari  model  pembelajaran  gotong
royong  dalam  pendidikan  adalah  falsafah
homo  hominine  socius” .
Falsafah ini  menekankan  pada  pemahaman  bahwa  manusia  adalah  mahluk  sosial.
Sebagai  mahluk  sosial  manusia  harus  bekerja  sama,  karena  manusia  tidak dapat  hidup  sendiri  tanpa  orang  lain.  Begitu  juga  dengan  kegiatan  belajar,
setiap siswa tidak dapat melakuakn kegiatan belajar tanpa adanya kerja sama dengan siswa yang lain.
Muhammad  Nur  2005:  2  menyatakan  bahwa  “Dalam  pembelajaran kooperatif,  siswa  bekerja  dalam  kelompok-kelompok  kecil  saling  membantu
belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan  hasil  belajar  tinggi,  rata-rata,  dan  rendah,  laki-laki  dan  perempuan,
siswa  dengan  latar  belakang  suku  berbeda  yang  berada  di  kelas,  dan  siswa penyandang cacat bila ada.”
Pengajaran  kooperatif  merujuk  pada  berbagai  macam  metode pengajaran  dimana  siswa  bekerja  dalam  kelompok-kelompok  kecil  untuk
saling  membantu  satu  sama  lainnya  dalam  mempelajari  materi  pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan  dan  berargumentasi,  untuk  mengasah  pengetahuan  yang mereka  kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam  pemahaman mereka
Slavin, 2008: 4. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang  membantu  siswa  dalam  mengembangkan  pemahaman  dan  sikapnya sesuai  dengan  kehidupan  nyata  di  masyarakat,  sehingga  dengan  bekerja
bersama-sama  di  antara  anggota  kelompok  akan  meningkatkan  motivasi, produktivitas,  dan  hasil  belajar.  Model  pembelajaran  kooperatif  mendorong
peningkatan  kemampuan  siswa  dalam  memecahkan  berbagai  masalah  yang ditemui  selama  pembelajaran,  karena  siswa  dapat  bekerjama  dengan  siswa
lain  dalam  menentukan  dan  merumuskan  alternatif  pemecahan  terhadap materi pelajaran yang dihadapi.
Berdasarkan  beberapa  pendapat  tersebut  diatas  dapat  disimpulkan bahwa  model  pembelajaran  kooperatif  adalah  metode  pengajaran  yang
membagi  siswa menjadi  kelompok  kecil  yang  heterogen  agar setiap  anggota dapat bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran
melalui  kegiatan  yang  bersifat  aktif  yaitu,  mengemukakan  pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, dan membuat keputusan secara bersama.
b. Metode-metode Pembelajaran Kooperatif
Metode  adalah  suatu  cara  yang  dipergunakan  untuk  mencapai  tujuan yang telah ditetapkan. Tugas utama guru adalah menciptakan suasana proses
belajar mengajar di  dalam kelas agar terjadi  interaksi kegiatan  pembelajaran yang  dapat  memotivasi  siswa  untuk  belajar  dengan  baik.  Salah  satu
keberhasilan  belajar  tergantung  pada  metode  pembelajaran  yang  diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya guru boleh memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan.
Agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta tujuan belajar dapat  tercapai,  guru  harus  memiliki  strategi-strategi  tertentu.  Salah  satu
langkah untuk memiliki strategi tersebut adalah penguasaan terhadap teknik- teknik  penyajian  atau  biasa  disebut  dengan  metode  mengajar.  Teknik
penyajian  pelajaran  adalah  suatu  pengetahuan  tentang  cara-cara  mengajar yang  digunakan  oleh  guru.  Menurut  Slavin  2008:  10-26  metode-metode
pembelajaran kooperatif tersebut meliputi: 1
Student  Team-Achivment  Division
STAD  yang  menggunakan  langkah pembelajaran  di  kelas  dengan  menempatkan  siswa  ke  dalam  tim
campuran  berdasarkan  prestasi,  jenis  kelamin,  dan  suku.  Guru menyampaikan  materi,  kemudian  siswa  dalam  tim  mereka  memastikan
bahwa  semua  anggota  timnya  dapat  menguasai  pelajaran.  Selanjutnya siswa mengerjakan kuis. Tim yang skornya dapat memenuhi kriteria akan
mendapatkan penghargaan. 2
Teams Games Tournament
TGT hampir sama dengan STAD tetapi kuis yang ada pada STAD diganti dengan  turnamen  mingguan  dimana siswa
memainkan permainan akademik dengan tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
3 Jigsaw  II  yang  merupakan  pengembangan  dari  teka-teki.  Dalam  metode
jigsaw  siswa  dikelompokkan  ke  dalam  tim  beranggotakan  enam  orang yang  mempelajari  materi  akademik  yang  telah  dibagi-bagi  menjadi
beberapa subbab. Tiap anggota tim ditugaskan menjadi ahli untuk aspek tertentu dari subbab.
4 Team  Accelerated  Instruction
TAI  yang  merupakan  metode pembelajaran  koopertif  yang  lebih  menekankan  pengajaran  individual
meskipun tetap menggunakan pola kooperatif
.
5
Cooperative  Integrated  Reading  and  Composition
CIRC  yang digunakan  untuk  pembelajaran  membaca  dan  menulis  tingkat  tinggi
.
Siswa  ditugaskan  untuk  berpasangan  dalam  tim  mereka  untuk  belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif.
6
Group Investigation
penelitian kelompok merupakan salah satu metode pembelajaran  kooperatif  yang  bercirikan  penemuan.  Sharan  dan  Sharan
dalam  Slavin  2008:  24  menyatakan  bahwa  “
Group  Investigation
merupakan  perencanaan  pengaturan  kelas  yang  umum  di  mana  para siswa  bekerja  dalam  kelompok  kecil  menggunakan  pertanyaan
kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.” 7
Learning  Together
yang  melibatkan  siswa  untuk  bekerja  dalam kelompok  beranggotakan  empat  atau  lima  siswa  heterogen  untuk
menangani  tugas  tertentu  dan  akan  menerima  pujian  dan  penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
8
Complex  Instruction
merupakan  metode  pengajaran  kooperatif  yang berorientasi pada penemuan. Fokus utama dari
Complex Instruction
pada membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki siswa.
9
Structur  Dyadic  Method
merupakan  metode  pengajaran  kooperatif berstuktur melibatkan kelompok yang memiliki kebebasan tertentu dalam
menentukan bagaimana mereka akan bekerja sama. Metode-metode pembelajaran kooperatif menurut  Isjoni 2009:67-69
adalah: 1
Teknik  Mencari  Pasangan
Make  a  Match
,  yaitu  teknik  yang dikembangkan  oleh  Loma  Curran  1994.  Dalam  teknik  ini  siswa
mencari pasangan sambil belajar. 2
Bertukar pasangan, metode ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.
3 Berpikir  Berpasangan  Berempat
Think-Pare-Share
.  Metode  ini memberi  kesempatan  kepada  siswa  untuk  bekerja  sendiri  serta  bekerja
sama denan orang lain. 4
Berkirim  salam  dan  soal.  Metode  ini  memberi  kesempatan  siswa  untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka.
5 Kepala  Bernomor
Numbered  Heads
,  metode  ini  dikembangkan  oleh Spencer  Kagan  1992.  Metode  ini  memberi  kesempatan  kepada  siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
6 Kepala  Bernomor  Terstruktur  yang  merupakan  modifikasi  dari  Kepala
Bernomor. 7
Dua  Tinggal  Dua  Tamu
Two  Stay  Two  Stray
.  Metode  ini  memberi kesempatan  kepada  siswa  untuk  membagikan  hasil  kepada  kelompok
yang lain. 8
Keliling Kelompok, dalam metode ini masing-masing anggota kelompok mendapat  kesempatan  untuk  memberikan  kontribusi  mereka  dan
mendengarkan pendapat orang lain. 9
Kancing  Gemerincing,  dalam  metode  ini  masing-masing  anggota kelompok  mendapat  kesempatan  untuk  memberikan  kontribusi  mereka
dan mendengarkan pendapat orang lain. 10
Keliling  Kelas,  metode  ini  memberi  kesempatan  siswa  untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja orang lain.
11 Lingkaran  Kecil  Lingkaran  Besar
Inside-Outside  Circle
,  yang memberikan  kesempatan  kepada  siswa  agar  saling  berbagi  informasi
pada saat yang bersamaan. 12
Tari Bambu yang merupakan modifikasi dari Lingkaran Kecil Lingkaran Besar.
13 Jigsaw,  dalam  metode  ini  guru  memperhatikan  skemata  atau  latar
belakang pengalaman siswa dan membantu mengaktifkan skemata. 14
Bercerita Berpasangan yang dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar dan bahan pengajaran.
5. Metode
Numbered Heads Together NHT
Ada  berbagai  metode  pengajaran  yang  digunakan  oleh  guru  dalam penyampaian  materi.  Salah  satu  metode  pengajaran  yang  ada  adalah  metode
pengajaran  kooperatif.  Dalam  metode  pengajaran  kooperatif  terdapat  sejumlah
teknik  atau  tipe  yang  dapat  digunakan  dalam  pembelajaran.  Salah  satu  dari  tipe pembelajaran kooperatif itu adalah
Numbered Heads Together
NHT. Pembelajaran  kooperatif  tipe
Numbered  Heads  Together  NHT
merupakan  salah  satu  tipe  pembelajaran  kooperatif  yang  menekankan  pada struktur  khusus  yang  dirancang  untuk  mempengaruhi  pola  interaksi  siswa  dan
memiliki  tujuan  untuk  meningkatkan  penguasaan   akademik.  Tipe  ini dikembangkan  oleh  Spencer  Kagan  1992  dengan  melibatkan  para  siswa  dalam
menelaah bahan  yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Anita  Lie  2008:59  menyatakan  bahwa  “Teknik  belajar  mengajar  kepala bernomor
Numbered  Head
memberikan  kesempatan kepada siswa untuk  saling membagikan  ide  dan  mempertimbangkan  jawaban  yang  paling  tepat.  Selain  itu
teknik  ini  juga  mendorong  siswa  untuk  meningkatkan  semangat  kerjasama mereka”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Isjoni 2009: 68 menyatakan “Teknik
kepala  bernomor  memberi  kesempatan  kepada  siswa  untuk  saling  membagikan ide-ide  dan  mempertimbangkan  jawaban  yang  paling  tepat.  Selain  itu  teknik  ini
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka”. Metode NHT termasuk metode pengajaran struktural yang memiliki dasar
filosofis  metode  konstruktivistik.  Konstruktivistik  dimulai  dari  masalah  untuk selanjutnya  berdasarkan  bantuan  guru,  siswa  dapat  menyelesaikan  dan
menemukan langkah-langkah
pemecahan masalah
tersebut. Metode
konstruktivistik  didasarkan  pada  teori  belajar  kognitif  yang  menekankan  pada pembelajaran  kooperatif,  pembelajaran  generatif,  strategi  bertanya,  inkuiri,  atau
menemukan  dan  keterampilan  metakognitif  lainnya  belajar  bagaimana seharusnya  belajar.  Pembelajaran  yang  bernaung  dalam  metode  konstruktivistik
adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan mudah  menemukan  dan  memahami  konsep  yang  sulit  jika  mereka  saling
berdiskusi  dengan  temannya.  Siswa  secara  rutin  bekerja  dalam  kelompok  untuk saling  membantu  memecahkan  masalah-masalah  yang  kompleks.  Depdiknas
2005:39.
Berdasarkan  tiga  pengertian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  metode pengajaran NHT adalah salah satu tipe pengajaran kooperatif yang memiliki dasar
filosofis  pada  metode  konstruktivistik  yang  memberikan  kesempatan  pada  siswa untuk  berpendapat  ,  membagikan  ide  serta  meningkatkan  semangat  kerjasama
siswa. Nurhadi,  dkk  2003:66  berpendapat  bahwa  metode  NHT  dikembangkan
dengan melibatkan  para  siswa  dalam mereview  bahan  yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai
pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh siswa, guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut:
a. Penomoran
Numbering
yaitu  guru  membagi  siswa  menjadi  beberapa kelompok  atau  tim  yang  beranggotakan  3  sampai  5  orang  dan  memberikan
mereka  nomor  sehingga  setiap  siswa  dalam  kelompok  tersebut  memiliki nomor yang berbeda;
b. Pengajuan  pertanyaan
Questioning
yaitu  guru  mengajikan  pertanyaan kepada siswa;
c. Berfikir  bersama
Heads  Together
yaitu  para  siswa  berfikir  bersama  untuk menggambarkan  dan  meyakinkan  bahwa  tiap  siswa  mengetahui  jawaban
tersebut; d.
Pemberian  jawaban
Answering
yaitu  guru  menyebut  satu  nomor  dan  para siswa  dari  tiap  kelompok  dengan  nomor  yang  sama  mengangkat  tangan  dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Agus  Suprijono  2009:92  menyatakan  bahwa  metode
Numbered  Heads Together
diawali  dengan
Numbering,
guru  membagi  kelas  menjadi  kelompok- kelompok kecil. Tiap-tiap anggota kelompok diberi nomor yang berbeda. Setelah
kelompok  terbentuk  guru  mengajukan  beberap  pertanyaan.  Pada  kesempatan  ini tiap-tiap  kelompok  menyatukan  kepalanya  “
Heads  Together
”  berdiskusi memikirkan  jawaban  atas  pertanyaan  yang  diberikan  oleh  guru.  Langkah
berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari  tiap-tiap  kelompok.  Mereka  diberi  kesempatan  untuk  memberikan  jawaban
atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Muhammad  Nur  2005:75  menyatakan  bahwa  “
Numbered  Heads Together
pada  dasarnya  merupakan  varian  dari  diskusi  kelompok,  ciri  khasnya adalah  guru  hanya  menunjuk  seorang  siswa  yang  mewakili  kelompoknya,  tanpa
memberi  tahu  terlebih  dahulu  siapa  yang  akan  mewakili  kelompoknya  itu.  Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok”. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini, yaitu :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor. 2.
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3.
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini
4. Guru  memanggil  salah  satu  nomor  siswa  dengan  nomor  yang  dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka. 5.
Anita Lie, 2008 : 60 Langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada mata pelajaran akuntansi dengan
metode
Numbered Heads Together
ini adalah sebagai berikut: 1
Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengabsen kehadiran siswa. 2
Guru  menciptakan  situasi  yang  kondusif  untuk  membangkitkan  minat  siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.
3 Guru  menyampaikan  materi  yang  akan  dipelajari  kemudian  memberikan
contoh  soal  dan  mendemonstrasikan  cara  mencatat  dan  membuat  jurnal penyesuaian.
4 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi
yang belum dipahami. 5
Guru membagi 43 siswa menjadi 8 kelompok, serta pemberian nomor untuk setiap anggota kelompok.
6 Guru  memberikan  Lembar  Kegiatan  kepada  setiap  kelompok  sebagai  bahan
yang akan dipelajari siswa.
7 Guru  dan  siswa  mengadakan  kegiatan  diskusi  untuk  membahas  jawaban
lembar kegiatan yang telah diberikan. 8
Guru  memberikan  pertanyaan  kepada  siswa  dengan  cara  memanggil  siswa dengan  menyebut  salah  satu  nomor  anggota kelompok untuk menjawab  soal
yang telah diberikan. 9
Guru memberikan kesimpulan materi yang telah disampaikan. 10
Guru menutup pelajaran dengan salam.
B. Penelitian Yang Relevan