commit to user 13
menerangkan  status  atau  kondisi  sebidang  tanah.  PPAT  tidak  memiliki wewenang  untuk  membuat  akta  tentang  pendirian  badan  hukum  atau
membuat akta tentang sewa-menyewa. Herman  Hermit  menjelaskan  yang  dapat  diangkat  menjadi  PPAT
adalah : a
Notaris, b
Pegawai-pegawai  dan  bekas  pegawai  dalam  lingkungan Direktorat  Jenderal  Agraria  yang  dianggap  mempunyai
pengetahuan  yang  cukup  tentang  peraturan-perturan  pendaftaran tanah dan peraturan-peraturan lainnya yang bersangkutan dengan
persoalan peralihan hak atas tanah, c
Para  pegawai  pamong  praja  yang  pernah  melakukan  tugas seorang PPAT
d Orang-orang  lain  yang  telah  lulus  dalam  ujian  yang  diadakan
oleh Direktorat Jenderal Agraria. Sekarang  ini  semua  yang  diangkat  menjadi  PPAT  kecuali  Camat
yang  menjadi  PPAT  karena  jabatannya  harus  lulus  terlebih  dahulu  ujian yang
diadakan oleh
Direktorat Jenderal
Agraria. Efendi
Perangin,1986:4. CamatPPAT
mempunyai wilayah
kerja dalam
wilayah kecamatannya,  sedangkan  PPAT  yang  lainnya  tergantung  dari  surat
keputusan tentang pengangkatannya.
b. Tugas dan Kewenangan PPAT
PPAT sebagai
pejabat  umum  yang  diberikan  kewenangan  untuk membuat akta-akta otentik untuk perbuatan hukum tertentu mengenai hak
atas  tanah  dan  Hak  Milik  atas  Satuan  Rumah  susun  yang terletakdiwilayahnya.
Dalam  Peraturan  Pemerintah  PP  No  37  tahun  1998  disebutkan tugas  dan  kewenangan  PPAT  .  Dalam  pasal    2  ayat  1  PPAT  mempunyi
tugas  pokok  melaksanakan  sebagian  kegiatan  pendaftaran  tanah  dengan
commit to user 14
membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang
akan  dijadikan  dasar  bagi  pebdaftaran  perubahab  data  pendaftaran  tanah yang  diakibatkan  oleh  perbuatan  hukum  itu  didaerah  kerjanya  yang
ditentukan  oleh  pemerintah  kompetensi  absolute  yakni  kabupaten  atau kota satu wilayah dengan wilayah kerja Kantor Pertanahan.
Selain  itu  kewenangan  PPAT  dalam  melakukan  Perbuatan hukum itu tercantum pada pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah PP No 37
Tahun 1998 yang meliputi : a.
Jual Beli b.
Tukar-menukar c.
Hibah d.
Pemasukan kedalam perusahaan inbreng e.
Pembagian hak bersama f.
Pemberian hak guna bangunanHak Pakai atas tanah Hak Milik g.
Pemberian Hak Tanggungan h.
Pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan. Seorang  PPAT  dapat  diberhentikan  oleh  Mentri  Dalam
NegriDirektur  Jenderal  Agraria  jika  ia  tidak  menyelenggarkan kewajibannya  tersebut  diatas  maupun  sering  menimbulkan  kerugian  bagi
orang-orang yang meminta kepadanya untuk dibuatkan akta.
c Fungsi PPAT Dalam UU BPHTB
Menurut UU BPHTB, PPAT Notaris tidak dapat menandatangani akta.  sebelum  wajib  pajak  menyerahkan  bukti  pembayaran  pajak  berupa
SSB.  Terhadap  akta  akta  yang  dibuatnya,  PPAT  Notaris  mempunyai kewajiban  untuk  melaporkan  setiap  bulannya  ke  Kantor  Pelayanan  PBB,
sebagaimana  tertuang  dalam  Pasal  24  ayat  1  dan  Pasal  25  ayat  1  UU BPHTB.  Dari  kedua  Pasal  tersebut,  nampak  adanya  kewajiban  PPAT
Notaris  untuk  melakukan  fungsi  pengawasan  terhadap  kepatuhan  dan kebenaran pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak.
commit to user 15
Dengan  dianutnya  sistem
self  assessment
dalam  UU  BPHTB, PPAT  Notaris  hanya  mempunyai  kedudukan  dalam  pengawasan  terhadap
kepatuhan  wajib  pajak.  Sedangkan  terhadap  kebenaran  pemenuhan kewajiban  perpajakan,  belum  dapat  direalisasikan.  Ini  disebabkan  karena
kelemahan sistem ini yang mendasarkan pada, kejujuran wajib pajak, yang sulit  diwujudkan  tanpa  diawali  dengan  kesadaran  wajib  pajak  akan
pentingnya  pajak  bagi  kelangsungan  negara,  serta  tidak  diberinya wewenang  kepada  PPAT  Notaris  untuk  mengontrol  harga  transaksi  yang
diisikan oleh wajibpajak.
d   Sanksi terhadap PPAT
PPAT  yang  dalam  melaksanakan  tugasnya  wajib  mengikuti aturan,  ketentuan-ketentuan  sebagaimana  dimaksud  dalam  pasal  38,  pasal
39  dan  pasal  40  PP  No.  24  tahun  1997,  serta  ketentuan  dan  petunjuk yang  diberikan  oleh  menteri  atau  pejabat  yang  ditunjuk  dikenakan
tindakan administrative berupa teguran tertulis sampai pemberhentian dari jabatnnya sebagai PPAT, dengan tidak mengurangi kemungkinan dituntut
ganti kerugian oleh pihak-pihak yang menderita kerugian yang diakibatkan oleh diabaikannya ketentuan-ketentuan tersebut dalam Pasal 62 PP No 24
tahun 1997. Sealnjutnya  dalam  peraturan  jabatan  PPAT  pasal  10  PP  No  37
tahun  1998  yo.  PerKBPN  No  1  tahun  2006  menjelaskan  ada  dua klarifikasi  pemberhentian  dari  jabatan  PPAT,  diberhentikan  dengan
hormat dan diberhentikan dengan tidk hormat. PPAT diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena :
a.   Permintaan sendiri b.
Tidak  mampu  lagi  menjalankan  tugasnya  karena  keadaan    kesehatan badan  atau  kesehatan  jiwanya,  setelah  dinyatakan  oleh  tim  pemeriksa
kesehatan  yang  berwewenang  atas  permintaan  menteri  atau  pejabat yang ditunjuk.
commit to user 16
c. Melakukan  pelanggaran  ringan  terhadap  larangan  atau  kewajiban
sebagai PPAT d.
Diangkat sebagai pegawai negeri sipil atau ABRI Sedangkan  PPAT  diberhentikan  dengan  tidak  hormat  dari
jabatannya, karena : a.
Melakukan  pelanggaran  berat  terhadap  larangan  atau  kewajiban sebagai PPAT.
b. Dijatuhi  hukuman  kurungan    penjara  karena  melakukan  kejahatan
perbuatan  pidana  yang  diancam  dengan  hukuman  kurungan  atau penjara  selama-lamanya  5  lima  tahun  atau  lebih  berat  berdasrkan
putusan  pengadilan  yang  sudah  memperoleh  kekuatan  hukum  tetap Adjie,Habib;2007:93
Sebagaimana  yang  ditentukan  dalam  pasal  66  ayat 3  peraturan KBPN ini pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT oleh Kepala Kantor
Pertanahan sebagai berikut : 1.
Membantu  menyampaikan  dan  menjelaskan  kebijakan  dan  peraturan pertanahan  serta  petunjuk  teknis  pelaksanaan  tugas  PPAT  yang  telah
ditetapkan oleh Kepala Badan dan Peraturan Perundang-Undangan; 2.
Memeriksa akta yang dibuat PPAT dan memberitahukan secara tertulis kepada  PPAT  yang  bersangkutan  apabila  ditemukan  akta  yang  tidak
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai dasar pendaftaran haknya; 3.
Melakukan pemeriksaan mengenai pelaksanaan kewajiban operasional PPAT Adjie,Habib;2007:144
2 Tinjauan Umum Tentang  Jual Beli
a Peralihan Hak
Peralihan  hak  atas  tanah  berlaku  juga  untuk  satuan  rumah  susun. Peralihan hak atas tanah bisa terjadi karena beralih atau dialihkan. Beralih
misalnya  karena  pewarisan.  Sedangkan  dialihkan,  misalnya  karena  jual- beli,  tukar-menukar,  hibah  dan  penyertaan  modal  berupa  bidang  tanah
kedalam suatu perusahaan.Hermant Hermit 2009:200
commit to user 17
Kecuali  pewarisan  dan  lelang,  semua  macam  peralihan  hak  harus dilakukan di Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT dan dibuktikan dengan
akta yang dibuatnya. Dengan  demikian  berarti  setiap  peralihan  hak  milik  atas  tanah,
yang  dilakukan  dalam  bentuk  jual  beli,  tukar  menukar  atau  hibah  harus dibuat  di  hadapan  PPAT.  Jual  beli,  tukar  menukar  atau  hibah  ini  dalam
konsepsi  hukum  adat  adalah  suatu  perbuatan  hukum  yang  bersifat  terang dan  tunai.  Dengan  terang  dimaksudkan  bahwa  perbuatan  hukum  tersebut
harus  dibuat  di  hadapan  pejabat  yang  berwenang  yang  menyaksikan dilaksanakan atau dibuatnya perbuatan hukum tersebut.
Sedangkan  dengan  tunai  diartikan  bahwa  dengan  selesainya perbuatan hukum dihadapan PPAT berarti pula selesainya tindakan hukum
yang  dilakukan  dengan  segala  akibat  hukumnya.  Ini  berarti  perbuatan hukum tersebut tidak dapat dibatalkan kembali, kecuali terdapat cacat cela
secara  substansi  mengenai  hak  atas  tanah  hak  milik  yang  dialihkan tersebut, atau  cacat  mengenai  kecakapan  dan  kewenangan  bertindak  atas
bidang tanah tersebut. Dengan  demikian  berarti,  agar  peralihan  hak  atas  tanah,  dan
khususnya hak milik atas tanah tersebut dapat terselenggara secara benar, maka  seorang  PPAT  yang  akan  membuat  peralihan  hak  atas  tanah  harus
memastikan kebenaran  mengenai hak atas tanah hak milik tersebut, dan mengenai  kecakapan  dan  kewenangan  bertindak  dari  mereka  yang  akan
mengalihkan dan menerima pengalihan hak atas tanah tersebut. Sehubungan  dengan  obyek  hak  atas  tanah  yang  dipindahkan
Parlindungan  menjelaskan  PPAT  harus  memeriksa  kebenaran  dari dokumen-dokumen:
a.  mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun, sertifikat asli hak yang bersangkutan. Dalam hal serifikat
tidak  diserahkan  atau  sertifikat  yang  diserahkan  tidak  sesuai  dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan; atau
b   mengenai bidang tanah yang belum terdaftar: -        surat  bukti  yang  membuktikan  hak  atas  tanah  yang    lama  yang
belum  dikonversi  atau  surat  keterangan  Kepala  Desa
commit to user 18
Kelurahan  yang  menyatakan  bahwa  yang  bersangkutan menguasai bidang tanah  tersebut dengan itikad baik, dan tidak
pernah  ada  permasalahan   yang  timbul  sehubungan  dengan penguasaan tanahnya tersebut; dan
-      surat  keterangan  yang  menyatakan  bahwa  bidang  tanah  yang bersangkutan  belum  bersertifikat  dari  Kantor  Pertanahan,  atau
untuk  tanah  yang  terletak  di  daerah  yang  jauh  dari  kedudukan Kantor  Pertanahan,  dari  pemegang  hak  yang  bersangkutan
dengan dikuatkan oleh Kepala Desa Kelurahan; dan dalam hal surat  tersebut  tidak  dapat  diserahkan  maka  PPAT  wajib
menolak  membuat  akta  pemindahan  hak  atas  tanah  tersebut termasuk hak milik atas tanah yang akan dialihkan tersebut.
Peralihan  hak  ini  baik  karena  jual  beli,  hibah,  ttukar-menukar, maupun  karena  diwakfkan  kesemuanya  merupakan  suatu  pranata-pranata
hukum  yang  diadministrasikan  dengan  baik  oleh  Kantor  Pertanahan tersebut.
PPAT  yang  dalam  melaksanakan  tugasnya  wajib  mengikuti aturan,  ketentuan-ketentuan  sebagaimana  dimaksud  dalam  pasal  38,  pasal
39  dan  pasal  40  PP  No.  24  tahun  1997,  serta  ketentuan  dan  petunjuk yang  diberikan  oleh  menteri  atau  pejabat  yang  ditunjuk  dikenakan
tindakan administrative berupa teguran tertulis sampai pemberhentian dari jabatannya sebagai PPAT, dengan tidak mengurangi kemungkinan dituntut
ganti kerugian oleh pihak-pihak yang menderita kerugian yang diakibatkan oleh diabaikannya ketentuan-ketentuan tersebut lihat Pasal 62 PP No. 24
tahun 1997. Parlindungan  menjelaskan  Dengan  demikian  peralihan  hak
tersebut diusahakan sebaik mungkin dengan menghindari segala kesulitan dibelakan hari sehingga dapat dikatakan :
a   harus membayar bea balik nama sebelum  dilakukan transaksi b   menyerahkan sertifikat asli kepada PPAT
c   membuat akta PPAT dihadapan PPAT. d    kemudian  baru  PPAT  mengirimkan  berkas-berkasnya  di  Kantor
Pertanahan secara jabatan.
b Proses Jual Beli
Jual  beli  tanah  merupakan  hal  yang  sering  terjadi  dalam kehidupan  sehari-hari  di  masyarakat.  Apabila  antara  penjual  dan  pembeli
commit to user 19
sudah  bersepakat  untuk  melakukan  jual  beli  tanah  terhadap  tanah  yang sudah  bersertifikat.  Yang  diberi  wewenang  untuk  melaksanakan  jual  beli
adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah
Apabila  antara  penjual  dan  pembeli  sudah  bersepakat  untuk melakukan  jual  beli  tanah  terhadap  tanah  yang  sudah  bersertifikat  maka
beberapa langkah yang harus ditempuh adalah :
1. Akta Jual Beli AJB.
Setelah  menyepakati  harga  tanah,  maka  Pembeli  dan  Penjual datang  ke  Kantor  Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah  PPAT  untuk
membuat AJB tanah;
2. Persyaratan AJB bagi penjual:
Asli  Sertifikat  hak  atas  tanah  yang  akan  dijual,  KTP,  bukti pembayaran  PBB  10  tahun  terakhir,  Surat  Persetujuan
SuamiIsteri  bagi  yang  sudah  berkeluarga,  Kartu  Keluarga. Sedangkan calon pembeli: KTP dan KK;
3.   Proses Pembuatan AJB di Kantot PPAT: a.
Sebelum membuat
Akta Jual
Beli, PPAT
melakukan pemeriksaan mengenai keaslian sertipikat ke kantor Pertanahan,
b.  Pembuatan Akta Jual Beli: Dihadiri oleh penjual dan calon pembeli atau  orang  yang  diberi  kuasa  secara  tertulis,  dihadiri  oleh
sekurang-kurangnya dua orang saksi, PPAT membacakan akta dan menjelaskan  isi  dan  maksud  pembuatannya,  Bila  isi  akta  telah
disetujui oleh penjual dan calon pembeli maka akta ditandatangani oleh  penjual,  calon  pembeli,  saksi-saksi  dan  PPAT,  Akta  dibuat
dua  lembar  asli,  satu  lembar  disimpan  di  Kantor  PPAT  dan  satu lembar  lainnya  disampaikan  ke  Kantor  Pertanahan  untuk  balik
nama,  Kepada  penjual  dan  pembeli  masing-masing  diberikan salinannya;
4.  Setelah pembuatan AJB PPAT kemudian menyerahkan berkas AJB ke Kantor  Pertanahan  untuk  balik  nama.  Penyerahan  dilaksanakan
selambat-lambatnya  tujuh  hari  kerja  sejak  ditandatanganinya  akta tersebut;
5.   Berkas yang diserahkan: a. Surat permohonan balik nama yang ditandatangani oleh   pembeli,
b.   Akta jual beli PPAT, c.   Sertipikat hak atas tanah,
d.  KTP pembeli dan penjual, e.   Bukti pelunasan pembayaraan PPh,
f.    Bukti  pelunasan  pembayaran  Bea  Perolehan  Hak  Atas  Tanah  dan Bangunan;
6.  Proses di Kantor Pertanahan; a.  Setelah berkas disampaikan, Kantor Pertanahan memberikan tanda
bukti  penerimaan  permohonan  balik  nama  kepada  PPAT, selanjutnya PPAT menyerahkannya kepada Pembeli;
commit to user 20
b.    Nama  pemegang  hak  lama  penjual  di  dalam  buku  tanah  dan sertipikat  dicoret  dengan  tinta  hitam  dan  diparaf  oleh  Kepala
Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk; c.   Nama pemegang hak yang baru pembeli ditulis pada halaman dan
kolom  yang  ada  pada  buku  tanah  dan  sertipikat  dengan  bibubuhi tanggal  pencatatan  dan  ditandatangani  oleh  Ka  Kantor  Pertanahan
atau pejabat yang ditunjuk;
d.    Dalam  14  empat  belas  hari  pembeli  sudah  dapat  mengambil sertipikat yang sudah atas nama pembeli di kantor pertanahan.
3 Tinjauaan Tentang BPHTB
a  Arti BPHTB dan Dasar Pengenaan BPHTB
Dasar  hukum  yang  mengatur  pengenaan  BPHTB  adalah  UU  No 202000 tentang perubahan atas UU No 211997 tentang BPHIB. BPHTB
adalah pajak yang dibayar dalam rangka dan merupakan bagian dari biaya pengeluaran untuk memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
Yang  menjadi  subyek  pajak  adalah  orang  pribadi  atau  badan  yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan. Subyek pajak sebagaiman
tersebut  dikenakan  wajib  membayar  pajak  menjadi  Wajib  Pajak  menurut Undang-Undang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Objek  pajak  yang  dikenakan  BPHTB  adalah  adanya  perolehan  hak atas tanah danatau bangunan.
Suandy  Erly  menjelaskan  ada  beberapa  hal  yang  mendasari penetapan perolehan hak atas tanah danatau bangunan sebagai berikut
1   Pemindahan hak karena: jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, pemasukan  dalam  perseroan  atau  badan  hukum  lainnya.  Lalu
pemisahan  hak  yang  mengakibatkan  peralihan,  penunjukan  pembeli dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum tetap, dan hadiah.
2      Pemberian  hak  baru  karena:  kelanjutan    pelepasan  hak  dan  di  luar pelepasan hak.
DPP    Dasar  pengenaan  Pajak  BPHTB  adalah  Nilai  Perolehan Objek  Pajak  atau  disingkat  menjadi  NJOP.  NJOP  dapat  berbentuk  harga
transaksi  dan  nilai  pasar.  Jika  nilai  NJOP  tidak  diketahui  atau  lebih  kecil dari NJOP PBB, maka NJOP PBB dapat dipakai sebagai dasar pengenaan
pajak  BPHTB.  BPHTB  yaitu  merupakan  pajak  yang  harus  dibayar  akibat
commit to user 21
perolehan  hak  atas  tanah  dan  bangunan  meliputi  hak  milik,  hak  guna usaha, hak  guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun
dan hak pengelolaan.
b   Tata Cara dan Saat Pembayaran BPHTB
Wajib  pajak  membayar  pajak  BPHTB  yang  terutang  tidak didasarkan  pada  surat  ketetapan  pajak  atau  SKP,  melainkan  dengan  cara
menghitung  dan  membayar  sendiri  pajak  terutang  dengan  mengisi  Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan atau disingkat
SSB.Pajak  yang  terutang  dapat  dibayar  di  Bank  pemerintah,  Bank  DKI dan juga Kantor Pos di wilayah Kotamadya yang meliputi letak tanah dan
atau  bangunan  dengan  SSB.  Tempat  terutang  pajak  adalah  di  wilayah kabupaten, kota atau propinsi yang meliputi letak tanah dan bangunan.SSB
dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan  KP PBB KPBB yang adal di wilayah DKI Jakarta, PPAT, Notaris, Kantor Lelang
dan  Kantor  Pertanahan  serta  Kantor  Bank  Pemerintah,  Bank  DKI  dan Kantor  Pos.  Pembayaran  BPHTB  dapat  dilakukan  tanpa  menunggu
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak  SKP. SKP  atau  Surat  Ketetapan  Pajak  adalah  dokumen  yang
menjelaskan  jumlah  pajak  yang  kurang  atau  lebih  bayar  yang  diterbitkan oleh  Direktur  Jenderal  Pajak  setelah  adanya  pemeriksaan.  SKP  BPHTB
disingkat  menjadi  SKB  Surat  Ketetapan  Bea  Perolehan  Hak  Atas  Tanah dan Bangunan. SKB dapat dikeluarkan dalam jangka lima tahun semenjak
saat  terutang  BPHTB.  SKB  dapat  berupa  SKBKB  untuk  yang  kurang bayar,  SKBLB  untuk  yang  lebih  bayar  dan  SKBN  untuk  yang  nihil  atau
nol bayar. BPHTB  harus  dibayar  apabila  melakukan  salah  satu  hal  berikut
dibawah ini a    Akta  pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan.
b    Risalah  lelang  untuk  pembelian  telah  ditandatangani  oleh  Kepala Kantor Lelang atau Pejabat Lelang yang berwenang.
c  Dilakukannya  pendaftaran  hak  oleh  Kepala  Kantor  Pertanhan Kabupaten  atau  Kotamdya  dalam  hal  pemberian  hak  baru  atau
pemindahan hak karena pelaksanaan putusan hakim dan hibah wasiat.
commit to user 22
c   Kerangka Pemikiran
Penjelasan gambar kerangka pemikiran : Inventarisasi  peraturan  Perundang-undangan  berhubungan  dengan
Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah  PPAT  dalam  pelaksanaan  pembayaran  Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan penandatanganan akta jual beli. Di
dalam  prakteknya  atau  kenyataannya  apakah  sudah  sesuai  dengan  Undang- Undang No 20 Tahun 2000. Setelah itu dicari adakah kesesuaian antara teori dan
prakteknya dengan interpretasi atau penafsiran untuk menemukan suatu peristiwa hukum yang terjadi.
Peraturan Per Undang- Undangan
- PP 24 Tahun 1997
- UU No 20 Tahun
2000 -
UU PA No 5 Tahun 1960
- PP No 37 Tahun
1998 -
KUHPer -
Per KBPN No 1 Tahun 2006
Pendaftaran Peralihan Hak karena Jual Beli
- Akta Jual Beli
- BPHTB
Fakta Hukum - Penandatanganan akta Jual
beli yang mendahului pembayaran BPHTB.
Kesimpulan Akibat Hukum Terhadap
PPAT
commit to user 23
Maka  digunakan  Interpretasi  gramatikal  atau  berdasrkan  kata-kata  yang digunakan  dalam  Undang-Undang  akan  dapat  dilakukan  apabila  kata-kata  yang
digunakan  di  dalam  undang-undang  itu  singkat  artinya  tidak  bertele-tele,  tajam artinya akurat mengenai apa yang dimaksud dan tidak mengandung sesuatu  yang
bermakna ganda. Hal ini sesuai dengan karakter Undang-Undang sebagai perintah atau  aturan  ataupun  larangan.  Tidak  semua  Undang-Undang  mengandung  kata-
kata yang singkat, tajam dan tidak bermakna ganda. Dalam hal ini, tidak mungkin dilakukan  interpretasi  menurut  kata-kata  dalam  Undang-Undang  Peter
Mahmud,2005 :112 Setelah  diporelah  data-data  yang  diperlukan,  maka  penulis  menyimpulkan
dalam  prakteknya  apakah  sesuai  dengan  teori  dalam  perturan  Perundang- Undangan.
commit to user 24
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN