commit to user 1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanah  dan  bangunan  merupakan  benda-benda  yang  memegang  peranan penting  dalam  kehidupan  manusia,  Tanah  dan  bangunan  merupakan  salah  satu
kebutuhan pokok manusia kebutuhan papan yang mempengaruhi eksistensi tiap- tiap  individu  karena  setiap  manusia  membutuhkan  tempat  unutuk  menetap.Hak-
hak atas tanah mempunyai peranan sangat penting dalam  kehidupan manusia ini, makin  maju  masyarakat,  makin  padat  penduduknya,  akan  menambah  lagi
pentingnya kedudukan hak-hak atas tanah itu. Mengingat  besarnya  peranan  hak-hak  atas  tanah  dengan  makin
meningkatnya  harga  tanah,  maka  dengan  berlakunya  Undang-Undang  Pokok Agraria  beserta  perturan-peraturan  pelaksanaannya,  peralihan  hak  atas  tanah  itu
dipandang  perlu  ditingkatkan  lebih  tinggi  dan  diatur  tersendiri.Dalam pembangunan  nasional  peranan  tanah  bagi  pemenuhan  berbagai  keperluan  akan
meningkat baik untuk keperluan pemukiman maupun kegiatan usaha. Sehubungan dengan  itu  akan  meningkat  pula  kebutuhan  akan  dukungan  jaminan  kepastian
hukum di bidang pertanahan. Sehubungan  dengan  itu  Undang-undang  Nomor  5  Tahun  1960  tentang
Peraturan  Dasar  Pokok-pokok  Agraria,  dalam  Pasal  19  memerintahkan diselenggarakannya  pendaftaran  tanah  dalam  rangka  menjamin  kepastian  hukum
di  bidang  pertanahan.  Melalui  pendaftaran  tanah  tersebut  akan  menghasilkan surat-surat  tanda  bukti  yang  berlaku  sebagai  alat  pembuktian  yang  kuat,  lazim
disebut sertifikat hak  Efendi Perangin,1986: 3 Hal  Pendaftaran  Tanah  ini    kemudian  diatur  lebih  lanjut  dengan
Peraturan  Pemerintah    Nomor  24  Tahun  1997  tentang  Pendaftaran  Tanah  PP yang  menjadi dasar kegiatan pendaftaran tanah di  seluruh Indonesia.
1
commit to user 2
Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah  akta PPAT  merupakan salah satu unsur  utama  dalam  rangka  pemeliharaan  data  pendaftaran  tanah,  maka  pokok-
pokok  tugas  Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah  PPAT  serta  cara  melaksanakannya mendapat pengaturan juga dalam Peraturan Pemerintah ini.
Hal  yang  perlu  diketahui  dan  dipahami  berkaitan  dengan  pendaftaran peralihan  hak  pada  Peraturan  Pemerintah  Nomor  24  Tahun  1997  tentang
Pendaftaran  Tanah  PP  Pasal  37  antara  lain  :  peralihan  hak  atas  tanah  dan  hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan
dalam  perusahaan  dan  perbuatan  hukum  pemindahan  hak  lainnya,  kecuali pemindahan  hak  melaui  lelang  hanya  dapat  didaftarkan  jika  dibuktikan  dengan
akta  yang  dibuat  oleh  PPAT  yang  berwewenang  menurut  ketentuan  peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 37 ayat 1.
Kecuali  pewarisan  dan  lelang,  semua  macam  peralihan  hak  harus dilakukan  di  Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah  PPAT  dan  dibuktikan  dengan  Akta
yang dibuatnya. Jual beli tanah hak milik, misalnya, harus dilakukan di PPAT dan dibuatkan Akta Jual Beli.
Di dalam UU BPHTB pasal 24 ditetapkan ketentuan bagi pejabat PPATNotaris dan Kepala Kantor Lelang Negara  bahwa:
1 Pejabat PPATNotaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan
hak atas tanah dan atau bangunan pada saat setelah WP menyerahkan bukti pembayaran pajak BPHTB berupa Surat Setoran BPHTB
2 Kepala  Kantor  Lelang  hanya  dapat  menandatangani  risalah  lelang
perolehan  hak  atas  tanah  dan  atau  bangunan  setelah  WP menyerahkan  bukti  pembayaran  BPHTB  berupa  Surat  Setoran
BPHTB
2.a    Pejabat  yang  berwenang  menandatangani  dan  menerbitkan  surat keputusan  pemberian  hak  atas  tanah  hanya  dapat  menandatangani
dan menerbitkan surat dimaksud pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti  pembayaran  pajak  berupa  Surat  Setoran  Bea  Perolehan  Hak
atas Tanah dan Bangunan.
3 Terhadap  pendaftaran  peralihan  hak  atas  tanah  karena  waris  atau
hibah  wasiat  hanya  dapat  dilakukan  oleh  Pejabat  Pertanahan KabupatenKota  pada  saat  Wajib  Pajak  menyerahkan  bukti
pembayaran  pajak  berupa  Surat  Setoran  Bea  Perolehan  Hak  atas Tanah dan Bangunan.
commit to user 3
Di  dalam  UU  BPHTB  pasal  25  ditetapkan  ketentuan  bagi  pejabat PPATNotaris dan Kepala Kantor Lelang Negara  bahwa:
1      Pejabat  Pembuat  Akta  TanahNotaris  dan  Kepala  Kantor  Lelang Negara  melaporkan  pembuatan  akta  atau  Risalah  Lelang  perolehan
hak atas tanah kepada Direktorat Jenderal Pajak selambat-lambatnya pada tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya.
2      Tata cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah
Dari  ketentuan  pasal-pasal  tersebut,  menunjukkan  bahwa  ketika masyarakat  memerlukan  pelayanan  untuk  membuat  akta  peralihan  hak  harus
terlebih dahulu melakukan pelunasan pembayaran pajak BPHTB. Besarnya  BPHTB  terutang  adalah  Nilai  Perolehan  Objek  Pajak
NPOPdikurangi Nilai
Perolehan Objek
Pajak Tidak
Kena Pajak
NPOPTKPdikalikan tarif 5  lima persen. Secara matematis adalah BPHTB =
5  X NPOP - NPOPTKP
Dalam pelaksanaan proses jual beli fungsi PPAT dalam Undang-Undang No  20  Tahun  2000  tentang  BPHTB  sebagai  pejabat  umum  yang  mengesahkan
terjadinya transaksi pengalihan hak atas tanah dan bangunan di mana disyaratkan agar  sebelum  menandatangani  akta  dipenuhi  segala  syarat-syarat,  termasuk
didalamnya pembayaran pajak BPHTB. Sanksi  yang  ditujukan  terhadap  PPAT    juga  meupakan  sebagai
penyadaran,  bahwa  PPAT  dalam  melakukan  tugas  jabatannya  telah  melanggar ketentuan-ketentuan  mengenai  pelaksanaan  tugas  jabatan  PPAT.  Di  samping  itu,
pemeberian  sanksi  terhadap  PPAT  juga  untuk  melindungi  masyarakat  dari tindakan  PPAT  yang  dapat  merugikan  masyrakat,  misalnya  membuat  akta  yang
tidak melindungi hak-hak yang bersangkutan.
commit to user 4
Penulis ingin mengetahui apakah PPAT  dalam  melaksanakan proses jual beli  sudah  sesuai  dengan  Undang-Undang  No  20  Tahun  2000  tentang  BPHTB.
Berdasar  latar  belakang  yang  terurai  diatas,  maka  penulis  tertarik  untuk mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi dengan judul :
“FUNGSI  PPAT  DALAM  PELAKSANAAN  UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN 2000 TENTANG BPHTB DALAM JUAL BELI HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN DIKOTA SURAKARTA”.
B. Perumusan Masalah